Home / Rumah Tangga / Karma untuk Suami Pelit / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Karma untuk Suami Pelit: Chapter 201 - Chapter 210

231 Chapters

201. Pelit

Dua hari setelah kejadian di jalan sepi itu, toko Pak Trimo kedatangan tamu yang tak lain adalah Pak Narto beserta Bu Narto. Mereka datang bersama Yesi tentunya. Ternyata Pak Narto dan Pak Trimo memang masih saudara meskipun sudah agak jauh, terbukti dengan keakraban mereka saat pertama bertemu. Perasaan canggung tiba-tiba kurasakan, lantaran malu pada sepasang suami istri itu. Tempo hari aku diberi ongkos untuk pulang kampung, bahkan diantarkan oleh salah satu tetangga mereka ke terminal. Tapi nyatanya aku masih di sini, serasa telah mengkhianati kepercayaan keduanya."Tumben, ada apa kalian datang ke sini? Biasanya yang berbelanja orang suruhan kalian?" tanya Pak Trimo setelah mereka berbasa-basi.Karena jarak kami tidak begitu jauh, aku dapat mendengar dengan jelas percakapan mereka. Selain karena suara keduanya juga cukup keras."Kami ada perlu dengan Nak Erik. Apa boleh kami meminjamnya sebentar?" Pak Narto tertawa."Jadi, kalian kenal sama Erik?""Kenal. Kebetulan kemarin dia y
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

202. Pekerjaan Baru

Hari ini aku berpamitan pada Pak Trimo dan Mas Tono juga teman-teman yang lain. Seorang pemuda bernama Sukri datang menjemputku. Kemarin Pak Trimo mengatakan kalau kedatangan Pak Narto tempo hari untuk memintaku bekerja padanya. Kata Pak Trimo, sebenarnya dia keberatan melepaskanku untuk pak Narto tapi tidak ada alasan untuk menolak keinginan saudaranya itu. "Selain itu, di toko ini memang tidak kekurangan pegawai. Saat kamu melamar bekerja di sini, aku sedang tidak membutuhkan pegawai baru. Kamu diterima kerja atas dasar kasihan saja. Syukurlah Narto datang untuk memintamu. Jadi dengan begitu, pengeluaranku sedikit berkurang." Begitu kata Pak Trimo ketika aku berpamitan.Ya ampun, benar-benar Pak Trimo ini memang perhitungan. Pantas saja dia begitu mudah mengizinkanku bekerja di tempatnya Pak Narto. Bagiku kerja di mana saja tidak masalah, yang penting saat ini aku bisa menghasilkan uang untuk makan dan bertahan hidup. "Padahal aku sudah cocok sama kamu. Eh, malah pertemuan kita ha
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

203. Nafkah

AlinSejak pagi tadi Dendra terus-menerus rewel. Padahal ia sedang tidak sakit, suhu badannya juga normal. Orang tua bilang, anak kecil itu sangat peka pada keadaan orang tuanya, apalagi hati ibunya. Tiga hari ini, aku memang tengah bersitegang dengan Dika. Sudah satu minggu, pria itu tidak pernah pulang membawa uang. Katanya tidak ada penumpang yang menggunakan jasa ojeknya. Uang parkir di pasar pun hanya cukup untuk sekedar membeli kopi dan sebatang rokok. Empat hari yang lalu aku sudah meminjam uang pada ibu untuk membeli diaper buat Dendra. Ibu bilang pake aja, jangan mikir untuk mengembalikan. Tapi aku tidak enak kalau terus menerus harus meminta pada orang tua. Selama aku menikah, makan juga nurut pada ibu karena memang keuanganku tak seperti dulu.Pada Dika, aku menyarankan untuk mencari pekerjaan lain. Daripada terus-menerus mengandalkan profesinya yang sekarang. Bukan sedang meremehkan. Di pedesaan, sekarang sudah hampir semua rumah mempunyai kendaraan berupa sepeda motor. J
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

204. Tobat, Mas!

Mengetahui pekerjaan Dika selain tukang ojek dan parkir, jujur saja aku sempat syok. Teringat bagaimana dulu aku mampu menggaet pria-pria kaya yang kerja di kantoran. Pria terhormat yang mempunyai kedudukan tinggi itu bahkan rela meninggalkan istrinya demi aku. Tak jarang dari mereka pun hartanya habis terkuras. Namun sekarang, yang jadi pasangan hidupku justru orang biasa saja. Secara fisik, Dika memang sempurna. Tapi selain itu, semuanya nol besar. Aku pun tidak bisa menolak takdir ini, sebab saat itu anak yang kukandung butuh pengakuan seorang ayah. Untuk menyelamatkan nama baik, aku mengorbankan masa depanku."Aku pergi dulu. Kamu di rumah jangan bengong terus. Jadilah istri yang solehah. Doakan kalau suami kerja itu, supaya sukses dan berhasil. Kemarin aku gagal mencuri motor karena kamu tidak mendoakan suamimu ini," ucap Dika sambil mengancingkan kemeja. Meskipun pekerjaannya ojek dan tukang parkir, tapi penampilannya tidak kalah keren dari para bos besar. Dika selalu menggunak
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more

205. Menghilang

RekaSudah hampir satu bulan, Mas Rico tidak juga ada kabarnya. Malam itu, setelah diminta pergi oleh yang punya kontrakan, Mas Riko entah menginap di mana. Aku menyarankan supaya dia mencari kontrakan yang tidak jauh dari tempatku, agar kami bisa saling mengunjungi. Apalagi saat ini Mas Riko sedang memulainya semuanya dari nol. Lama menunggu kabarnya hingga aku ketiduran.Paginya, Mas Riko benar-benar menghilang. Nomornya tidak bisa dihubungi. Jelas saja aku panik, tapi tak bisa berbuat banyak. Sambil menunggu angkutan, aku bertanya pada orang-orang sekitar. Siapa tahu semalam ada yang melihat Mas Riko. Tapi semua orang yang kutemui menggeleng.Akhirnya, setiap pulang kerja aku mencoba bertanya pada beberapa pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar, barangkali ada yang sempat bertemu dengan kakakku itu. Tak lupa aku menunjukkan fotonya itu. Jawaban yang kutemui tetap sama, tidak tahu."Saya sibuk jualan dan melayani pembeli. Jadi meskipun ada mampir ke sini, pasti saya tidak akan
last updateLast Updated : 2023-05-14
Read more

206. Tidak Fokus

Karena nomor teleponnya tidak bisa dihubungi, aku mencoba mengirim pesan pada messenger akun media sosialnya. Tapi sepertinya semua akunnya non aktif. Jangan-jangan ponsel mas Riko ada yang mencuri atau dijual untuk keperluan makan. Tapi bukankah aku sudah memberinya uang yang cukup? Lagi-lagi otakku dipenuhi oleh pertanyaan.Sore ini sepulang dari kantor aku pergi pergi ke sebuah cafe. Tadi ada beberapa teman yang mengajakku makan bareng, tapi aku menolaknya. Karena ingin menikmati kesendirian sambil mencari kabar tentang keberadaan Mas Riko. Sengaja kupilih tempat yang agak jauh dari tempat kerja dan kontrakan, siapa tahu mendapat petunjuk. Menghabiskan waktu selama dua jam dengan beberapa makanan yang kupesan, akhirnya aku bosan juga. Hari sudah gelap ketika aku keluar dari kafe. Kepalaku terasa agak pusing karena sejak tadi terus menerus menatap layar ponsel. Ketika baru saja sampai di pelataran cafe, baru teringat sesuatu. Tadi di dalam aku belum sempat memesan taksi. Celinguk
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

207. Telepon dari Siapa?

Pria yang masih berdiri di samping tempat tidurku ini ganteng, tapi juga judes. Meskipun dia telah menolongku membawa ke tempat ini, tapi dia juga yang menabrakku tadi. Anggaplah itu sebagai bentuk tanggung jawabnya. Eh, malah dia bilang akulah yang menabrak mobilnya, tetap saja dia juga salah karena tidak berhati-hati dalam berkendara. "Kamu jangan mencoba untuk berbohong, sebab aku kenal dengan orang yang punya perusahaan ini. Bisa saja aku melaporkan kalau salah satu karyawannya berperilaku tidak baik, apalagi kamu masih karyawan baru." Aku terdiam, memalingkan wajah sambil menghela panjang. Jika benar pria ini melaporkan pada atasanku, maka aku terancam kehilangan pekerjaan. Itu jangan sampai terjadi sebab mencari pekerjaan zaman sekarang ini benar-benar susah. Aku sempat ditolak di beberapa perusahaan dengan alasan mereka hanya menerima karyawan yang sudah berpengalaman."Kalau tidak ada keluargamu yang dapat dihubungi, lalu siapa yang akan menjagamu di sini?" "Anda yang menab
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

208. Susah Beraktivitas

Kalau bukan pengaruh obat mungkin semalam aku tidak akan bisa memejamkan mata. Banyak sekali hal yang melintas di pikiranku. Kabar Mas Riko, Ibu, dan keadaanku sendiri. Pagi ini aku membuka mata ketika dua orang perawat memasuki ruanganku. Lalu mengganti bajuku dengan pakaian lain yang khusus sudah disediakan. Tangan kananku benar-benar tidak bisa beraktivitas. Kata perawat barusan, sendi di bagian siku sedikit bermasalah akibat jatuh ke samping. Diduga, tangan ini kugunakan untuk menahan bobot tubuhku tapi kurang keseimbangan."Usahakan untuk tidak banyak bergerak dulu, ya, Mbak," pesan salah seorangnya sebelum meninggalkan ruanganku."Tapi ... bagaimana nanti saya makan?" Pertanyaanku membuat keduanya berhenti."Tenang saja, Mbak. Kami bertanggung jawab pada Anda."Setelah itu keduanya pergi dan menutup pintu. Lalu bagaimana aku menghubungi Ibu? Beliau tentu khawatir karena biasanya aku menghubunginya selepas pulang kerja. Sekarang, ponselku juga entah di mana. Tak terasa air mata
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

209. Diurus

"Kamu jangan sungkan, ya. Selama di rumah sakit, Tante yang akan merawatmu." "Tapi, Tante .... ""Tidak ada tapi-tapian, Tante harus ikut bertanggung jawab karena ini akibat perbuatan anak Tante. Sebenarnya dari semalam Tante sudah ingin ke sini. Ketika Joan datang, Tante sudah minta diantar, tapi dia bilang besok pagi saja. Dia juga bilang kalau kamu sebatang kara di kota ini. Tante jadi sangat merasa berdosa. Maaf, ya, Joan belum bisa move on. Dia ditinggal nikah dua kali oleh wanita yang sama. Meski sudah hampir dua tahun, tapi Joan masih sering melamun. Sepertinya kemarin juga ia melamun ketika menyetir, hingga tidak menyadari kalau ada orang yang menyeberang." Panjang lebar wanita ini menjelaskan tanpa jeda.Sebenarnya aku tidak percaya, masa iya orang yang punya tampilan seperti Joan bisa ditinggal nikah, selama dua kali pula oleh orang yang sama. Secara dia cukup tampan untuk ukuran pria jaman sekarang."Sekarang kamu makan dulu, ya. Tante yang suapin, tolong jangan bikin Tant
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

210. Merepotkan

Jari Tante Anita cekatan menulis di layar ponselnya ketika aku menyebutkan angka-angka. Tak lama terdengar suara khas pertanda panggilan sedang dihubungkan. Namun Ibu tidak juga menjawab. Aku baru ingat tentang satu hal. Dulu pernah berpesan padanya supaya tidak menjawab panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Khawatir Karena sekarang banyak penipuan melalui telepon, bahkan pelaku hipnotis juga ada yang melalui sambungan telepon."Tidak diangkat?" Tante Anita bertanya sambil menatap layar ponselnya."Iya, Tante. Ibu memang pernah saya larang untuk menerima telepon nomor yang tidak dikenal.""Oh, pantesan. Sampai beberapa kali panggilan pun, ibumu tidak akan pernah mengangkatnya. Kecuali kamu kirim pesan terlebih dahulu. Sekarang biar Tante kirim pesan dulu, bagaimana kalimatnya?""Maaf Tante, jadi merepotkan lagi." Aku semakin merasa tidak enak karena terus menerus merepotkan orang yang baru saja kukenal beberapa jam itu."Katakan. Apa yang ingin kamu tulis untuk ibumu?""Maaf, tolon
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more
PREV
1
...
192021222324
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status