Pagi yang cerah, tapi bagi Hazna, pagi terasa mendung, kepalanya pusing, dan ia mendadak malas untuk bangun dari tempat tidur, Hazna mencoba duduk di tempat tidur, punggungnya disandarkan di tumpukan bantal, hatinya boleh hancur dan sedih, tapi ia mencoba bersabar dan iklas dan berusaha tersenyum, demi anak yang tumbuh di rahimnya, tangannya membelai lembut perutnya dan melantunkan doa-doa terbaik untuk bayi yang belum lahir itu.“Haz, Ibu masuk ya,” ucap Mega di balik pintu.“Iya Bu,” sahut Hazna.Pintu kamar terbuka, terlihat ibunya membawa satu nampan berisi segelas susu cokelat, dan nasi uduk.“Ibu bawakan, kamu sarapan, ibu tahu pasti kamu ingin sendiri, kamu harus kuat Haz, jika perceraian harus terjadi, ibu selalu mendukungmu, walau kita dari keluarga sederhana, tapi Ibu tidak mau kamu di permainkan suamimu,” jelas Mega, dengan nada tegas.Hazna, menarik napas pelan, lalu meraih susu cokelat dan menyerutupnya.” Bu, Hazna akan membuat keputusan, jika anakku sudah lahir,” bala
Read more