Dia pikir nikah itu gampang?"Kamu yakin sudah siap untuk menikah, Wid?" tanyaku tanpa menatapnya. Kubawa langkah kaki menuju bangku panjang yang terletak di bawah pohon mangga. Tak jauh dari parkir mobilku.Segera, kuhempaskan bobot ini ke kursi panjang berbahan kayu. "Ini bukan masalah siap tak siap, Bang. Akan tetapi, ini menyangkut amanah." Widuri mengambil tempat di samping kananku. "Wid, maaf, saya tidak bisa memenuhi amanat ibumu. Saya akan berusaha keras untuk menjagamu dengan cara saya. Tetapi, tidak untuk menikahimu. Kamu masih kecil, sebaiknya fokus dulu pada pendidikan. Tahun ajaran baru nanti silakan kamu mendaftar kuliah. Saya akan membiayai hingga kamu bergelar sarjana." Kutatap lekat wajah polos itu."Tapi, aku ingin menjalankan amanah ibu, Mas." Widuri masih mempertahankan keinginannya."Widuri! Amanah ibumu itu tidak wajib untuk saya penuhi. Tidak mungkin saya menikahi kamu yang sudah saya anggap seperti adik sendiri," tegasku dengan nada setengah menyentak. Anak k
Read more