Home / Pernikahan / Ketika Istri Mati Rasa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Ketika Istri Mati Rasa : Chapter 81 - Chapter 90

149 Chapters

Silakan Temui Orang Tua Saya

"Apa yang kamu inginkan dariku? Kenapa terus menerus menerorku seperti ini? Belum puas kamu menyakiti hatiku, Mas?" Rasanya darahku mendidih seketika. Untuk apa dia terus-menerus menganggu hidupku? Kalau untuk minta rujuk kembali seharusnya dia tahu itu tidak mungkin terjadi. Kalau dia bilang kangen padaku pria itu pasti paham bahwa hal itu sudah terlambat! Apa yang sebenarnya dia inginkan dari semua ini? "Aku hanya benar-benar kangen sama kamu, Lin. Aku ingin kita bersama lagi. Setidaknya demi Wildan. Aku — aku.""Stop kamu mengkhayal, Mas. Sampai kapan pun keinginanmu itu tidak akan pernah terwujud. Aku tidak butuh lelaki seperti kamu. Kamu dengar sendiri 'kan Wildan tidak mau memiliki bapak macam kamu lagi. Sekarang fokuslah mengurus rumah tanggamu sendiri. Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi!" "Aku tak akan pernah menyerah, Lin. Sampai kapan pun aku tak akan berhenti mengejarmu lagi. Aku menyesal telah menyati dan mengkhianatimu selama ini. Ternyata Desti t
Read more

Bagaimana Kalau Tidak Bisa Memberikan Anak?

"Memangnya, mereka terlibat hutang untuk apa?" Rasa ingin tahu ini tiba-tiba tumbuh dan mendorongku untuk bertanya. Barangkali memang benar untuk biaya pengobatan ibu, misalnya. "Aku juga kurang tahu untuk apa, Mbak. Tetapi, kalau ditelisik rumahnya kini penuh dengan barang-barang lagi. Dulu juga penuh, tapi selepas kebakaran dan kehilangan duit serta mobilnya waktu itu semua barang-barang di rumahnya dijual semua. Rumahnya waktu itu kosong. Kini perabotan sudah kembali terisi dengan penuh." Apa mungkin mereka berhutang untuk memenuhi gaya hidup mereka? Bisa jadi. Aku pun tak seharusnya heran bila mengingat tabiat mereka berdua yang selalu ingin terlihat bergaya meskipun tak memiliki uang. "Lalu, bagaimana kondisi Ibu saat ini?"Kursi kembali kumajukan ke arah meja. Tangan kananku memandikan bolpoin tertutup di atas meja. "Beliau ya seperti biasa. Namun, sekarang semakin kurus dan terlihat tak terurus."Ya Allah … bisa kubayangkan bagaimana kondisi beliau saat ini.Aku bisa membaya
Read more

Tentang Randu

POV Author Seorang pria yang bermata elang sedang duduk tersenyum di kamar. Tatapannya terfokus pada foto yang ia ambil secara diam-diam. Di layar handphonenya, terpampang jelas seorang wanita bergamis dan berkerudung lebar yang sedang merentangkan tangan di bawah pohon karet. Perempuan itu sedang menghirup oksigen di bawah jajaran pohon karet. Ia terlihat menikmati kesejukan di antara pohon yang di sadap tersebut.Senyum Randu semakin lebar kala mengingat kekonyolan dirinya yang sedang memotret wanita itu secara sembunyi-sembunyi. Perempuan dalam potret tersebut adalah Alina. Wanita yang berhasil mengalihkan dunianya setelah kehilangan seorang istri — Harnum Sasmita. Bagi Randu, wanita yang berstatus sebagai single mom itu terlihat cantik, hebat, cerdas, mandiri serta tangguh. Bukan karena cantik, Randu menyukainya. Menurut pria itu kecantikan Alina hanyalah bonus. Sesungguhnya daya pikat Alina terletak pada kelemahlembutan, kesabaran dan pembawaannya yang kalem. Janda bermartabat
Read more

POV Randu

POV Randu.Aku tercenung mendengar permintaan Bu Mus yang berat untuk dilaksanakan. Seandainya, permintaan itu bukan untuk menikahi sudah pasti akan aku kabulkan permohonan Bu Mus. Bagaimana mungkin aku harus menikah dengan bocah itu. Widuri memang cantik, tapi jelas bukan tipeku. Ku pandangi gadis sembilan belas tahun yang bernama lengkap Widuri Sayekti. Dia tertunduk dengan raut sedih. Ada takut kehilangan dari sorot matanya saat tatapan kami bersirobok tadi. Bu Mus adalah satu-satunya keluarga kandung yang ia miliki saat ini. Itu sebabnya, kenapa Bu Mus menitipkan Widuri pada diri ini? Anak itu sudah tak lagi memiliki bapak, kini hanya berdua dengan ibunya. Kakak perempuan satu-satunya pun telah tiada di dunia ini — Harnum. Ya, Bu Mus dua kali menikah. Perkawinan pertamanya dengan bapaknya Harnum. Sayangnya, ayah mertuaku meninggal dunia saat Harnum masih kecil. Bu Mus sempat menjanda selama enam belas tahun. Dia menjadi ayah serta ibu untuk almarhumah istriku. Selepas Harnum lu
Read more

Keputusan Randu

Dia pikir nikah itu gampang?"Kamu yakin sudah siap untuk menikah, Wid?" tanyaku tanpa menatapnya. Kubawa langkah kaki menuju bangku panjang yang terletak di bawah pohon mangga. Tak jauh dari parkir mobilku.Segera, kuhempaskan bobot ini ke kursi panjang berbahan kayu. "Ini bukan masalah siap tak siap, Bang. Akan tetapi, ini menyangkut amanah." Widuri mengambil tempat di samping kananku. "Wid, maaf, saya tidak bisa memenuhi amanat ibumu. Saya akan berusaha keras untuk menjagamu dengan cara saya. Tetapi, tidak untuk menikahimu. Kamu masih kecil, sebaiknya fokus dulu pada pendidikan. Tahun ajaran baru nanti silakan kamu mendaftar kuliah. Saya akan membiayai hingga kamu bergelar sarjana." Kutatap lekat wajah polos itu."Tapi, aku ingin menjalankan amanah ibu, Mas." Widuri masih mempertahankan keinginannya."Widuri! Amanah ibumu itu tidak wajib untuk saya penuhi. Tidak mungkin saya menikahi kamu yang sudah saya anggap seperti adik sendiri," tegasku dengan nada setengah menyentak. Anak k
Read more

Pesan Radit untuk Randu

POV AuthorSeorang pria yang memakai baju batik yang dilapisi jaket kulit membelokkan motornya, ke arah tenda warung nasi goreng yang ada di sisi jalan.Tak jauh dari tempat Radit memarkir motor ada dua orang yang sedang berbincang sembari menunggu pesanan nasi goreng. "Sudah lama aku tidak melihat bosmu — Bang Randu. Kemana dia?" tanya seorang lelaki yang ada di depan tenda. Suara itu menelusup ke telinga Radit. "Dia sedang mempersiapkan pernikahannya di Lampung," jawab pria berbaju kotak-kotak. Alih-alih mencopot helmnya, Radit malah merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. Pria itu sengaja memainkan handphonenya agar bisa leluasa mencuri dengar apa yang dibahas dua orang tersebut. Entah mengapa ada rasa penasaran pada diri Radit terhadap lelaki yang waktu itu membeli lahan mantan istrinya."Syukurlah kalau sudah mau menikah. Hidupnya memang bergelimang harta tapi jiwanya merana. Dia terlalu cinta mati dengan almarhumah istrinya. Padahal, tidak sedikit para bos yang menawa
Read more

Randu ingin membatalkan pernikahan mereka?

****Di Lampung Alina sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi keluarganya. "Nduk, ada tamu di depan. Temukin, gih!" Ucapan Bunda menghentikan tangan Alina yang sedang mencuci sayuran bahan capcay untuk sarapan. Reflek, dia mengernyitkan keningnya. Tak percaya ada orang bertamu sepagi ini.Perempuan itu menatap ke arah alat menunjuk waktu yang ada di atas tembok dapur. Jam setengah tujuh pagi, siapa yang datang berkunjung? Hari ini Alina sengaja masak agak siangan sebab Wildan lagi libur sekolah. "Siapa, Bun?" Tatapan Alina beralih ke ibu sambungnya."Calon suamimu, Nduk. Cepat sana temuin. Siapa tahu memang sangat penting. Pekerjaan ini biar Bunda yang melanjutkannya." Bunda mengambil alih sayuran yang sedang di cuci Alina tadi. Alina semakin melipatkan keningnya. Seolah sedang bertanya pada Bundanya melalui sorot mata itu. 'untuk apa lelaki itu datang ke sini?' Lawannya hanya mengedikkan bahunya ringan. Ada perlu apa Bang Randu datang kemari sepagi ini?Isi kepal
Read more

Keputusan Randu

Alina semakin deg-degan saat Randu menatapknya lekat. Berbagai prasangka memenuhi isi kepala perempuan yang selalu tampil dengan riasan tipis itu. Ia menghembuskan napas pelan untuk mengusir gundah di hatinya."Bapak ke mana, Mbak?" tanya pria berkulit bersih itu tanpa menatap calon istrinya. Kini tangan Randu sibuk membuka tas jinjing yang terletak di samping kanan yang ia bawa dari rumah. "Bapak sedang jalan-jalan bersama Wildan di sekitar kompleks. Sebentar lagi juga pulang." Alina membetulkan letak kerudung yang sebenarnya tidak salah. Dia hanya sedang berusaha mengelabui hatinya yang tidak baik-baik saja. "Ada yang ingin saya sampaikan pada Bapak dan juga Mbak Alina." Lelaki itu kembali menatap Alina setelah tangan kekar itu mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat dari dalam tasnya. Alina pun tidak paham apa isinya. Menembak pun ia tak berani. Takut tak sesuai dengan isi kepalanya."Apa yang ingin Abang katakan?" tanya Alina. Perempuan itu mencoba memberanikan diri. Penasa
Read more

Pembalasan untuk Radit

Hari Ahad pagi di bulan November, rumah Alina sudah ramai oleh sanak famili dan para tetangga satu kompleks yang sengaja datang. Mereka menghadiri undangan dari tuan rumah yang akan melangsungkan pernikahan keduanya.Di sana juga hadir Ririn dan keluarga kecilnya. Kebetulan mereka sedang liburan di daerah Lampung. Sekalian mampir ke rumah Alina. Ada juga Mbak Nanik yang sengaja di undang oleh Alina. Bang Zaki serta anaknya, Bang Sukri dan anaknya. Mereka semua duduk di ruang tamu. Mbak Puji bertugas yang mengatur ini dan itu sebagai perwakilan tuan rumah. Di kamar pengantin. Alina duduk bersama Wulan dan Mbak Niswa. Mereka berbincang ringan menemani Alina yang sedang menunggu ijab kabul dari Randu. Beberapa banyolan kecil pun dikeluarkan oleh Wulan. Orang kepercayaan Alina itu sengaja mengeluarkan candaan untuk mencairkan suasana hati bosnya yang terlihat menegang. Memang, ini pernikahan kedua Alina, tapi rasa tegang itu masih menyelimutinya di hari perkawinannya kali ini. "Lin, Mb
Read more

Pesan Pak Suryo untuk Randu

POV AuthorJam dua belas siang, satu per satu para tamu berpamitan pada tuan rumah, tentu setelah mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Mereka mulai meninggalkan rumah Alina. Tinggal saudara-saudara dekat yang masih tinggal. Termasuk Mbak Niswa dan Mbak Nanik mereka menunggu sopir yang akan mengantarkan pulang ke rumah masing-masing. Tentu, Alina yang memfasilitasi. Dari pihak WO pun sudah mulai bergerak, guna melucuti dekorasi yang tadi menghiasi kediaman pengusaha katering tersebut. Alina tidak mengadakan resepsi yang mewah. Cukup mengundang para tetangga dan sanak saudara. Selain untuk menyaksikan proses ijab qobul, mereka diundang hanya untuk menikmati makanan yang disediakan oleh Langgeng catering sendiri. Tidak ada kotak uang untuk tamu undangan. Inilah konsep pernikahan yang diinginkan oleh Alina dan Randu, hanya mengundang tanpa mengharapkan uang sumbangan. Mereka pun tidak berniat untuk mengadakan resepsi mewah. Dari sini bisa dikatakan Alina dan Randu memiliki visi mis
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status