Semua Bab Ketika Istri Mati Rasa : Bab 71 - Bab 80

149 Bab

Kotak persegi

"Mbak, bolehkan saya mengajak Wildan jalan-jalan?" Aku terperanjat kaget mendengar suara Bang Randu. Celingak-celinguk aku mencari keberadaan wanita tadi. Tapi, nihil di sekitar kami tidak ada apa-apa."Lin, kamu ngelamunin apa, sih. Ditanya dari tadi lho. Kenapa diam aja?" ucap Mbak Niswa sembari menyenggol lenganku. Astaghfirullah … jadi tadi aku hanya melamun? Tapi, bagaimana kalau lamunanku itu menjadi kenyataan? Aku bergidik ngeri membayangkan istrinya Bang Randu yang datang secara tiba-tiba. Bukan hanya nama baikku sebagai janda yang hancur, tapi sebagai pengusaha pun namaku akan rusak."Bukannya saya tidak mengizinkan, Bang. Tapi, bagaimana dengan istri Abang? Apakah dia memperbolehkan Abang jalan-jalan dengan anak saya? Kalau memang tidak ada izin dari istri Abang lebih baik tidak usah membawa Wildan keluar, Bang. Saya hanya tidak mau ada yang melabeli sebagai janda yang tidak baik. Terlebih, saya ini pengusaha. Harap Bang Randu bisa memaklumi kekhawatiran saya ini." Kutanggu
Baca selengkapnya

POV Radit 1

POV RaditTidak sia-sia aku mencari kontak Alina. Ya, meskipun bukan nomor pribadi setidaknya aku masih bisa berbicara padanya. Justru ada keuntungan tersendiri bagiku dengan nomor bisnisnya ini. Setidaknya bila dia memblokir nomorku yang ini, aku masih bisa menghubungi dengan nomor yang lainnya. Mumpung Desti sedang sibuk di toko. Aku akan menelpon Alina. Alasannya sih menanyakan Wildan. Sejujurnya aku ingin mendengar suara wanita yang masih ada namanya di sudut hatiku yang lainnya.Yes … terhubung. Hatiku berdebar tak karuan. Layaknya anak abege yang mau bertemu pacarnya. "Dengan Langgeng catering di sini. Ada yang bisa kami bantu?" Sial, ini bukan suara Alina. Mungkin, asistennya."Bisa bicara dengan Bu Alina?" Aku harus bisa bicara dengan mantan istri pertama itu."Ini dari siapa?" Pertanyaan gadis itu sangat menjengkelkan. Apa susahnya sih langsung dikasihkan ke Alina tanpa harus bertanya dari siapa? Ibunya Wildan pasti akan menolak bila tahu ini dari aku."Langsung saja kasihk
Baca selengkapnya

Radit Meradang

"Lin, kamu masih di sana, kan?" Aku memastikan keberadaannya."Aku lamaran atau belum tidak ada sangkut pautnya dengan kamu, Mas! Jadi jangan kepo dengan kehidupanku selanjutnya. Satu hal lagi. Aku akan memberikan seorang Ayah yang berkualitas untuk Wildan. Bukan lelaki seperti kamu, Mas! Tentu aku akan menikah dengan pria yang jelas bibit, bebet, bobotnya selain itu dia pun harus menyayangi anak semata wayangku. Bukan seperti bapaknya yang tega membuang anak kesayanganku. Mulai detik ini jangan pernah mencemaskan keadaan dan masa depan Wildan lagi. Dia sudah tidak butuh bapak macam kamu, Mas!" Alina berhasil menumpahkan seluruh unek-uneknya.Kata-kata yang ke luar dari mulut Alina sungguh sangat tajam. Tapi, aku harus tetap tenang. Tidak boleh terpancing emosi ini. Aku mengatur napas sebelum kembali menjawab ucapan Alina yang sebenarnya sangat menyakitkan hati ini."Apa tidak sebaiknya Wildan itu berkumpul dengan kedua orang tuanya, Lin? Daripada dengan bapak sambung yang notabenenya
Baca selengkapnya

Berita Duka

"Mbak, tolong terima ini, ya. Tadi waktu jalan-jalan sama anak-anak secara nggak sengaja aku melihat ini. Bagus. Aku pikir akan cocok untuk Mbak Alina." Bang Randu kembali menyodorkan kotak persegi yang belum aku ketahui apa isinya tersebut.Aku tak paham kenapa lelaki itu menyebutkan dirinya aku. Padahal, tadi siang masih menyebut saya untuk dirinya sendiri. "Bang, saya ucapkan terima kasih banyak atas hadiah ini. Tapi, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya. Lebih baik untuk istri Bang Randu di rumah." Dengan halus dan sesopan mungkin aku menolak pemberian lelaki tersebut. Alangkah tidak tahu dirinya, bila aku menerima pemberian lelaki yang telah beristri. Berarti aku gagal menjadi janda bermartabat. Bang Randu hanya mengulum senyum saat mendapatkan penolakanku."Ini saya beli khusus untuk Mbak Alina. Jangan risaukan masalah istri saya." Dengan tenang lelaki itu kekeuh menyodorkan benda berwarna hitam padaku.Aku hanya terdiam di tempat, mata ini menelisik raut Bang Randu yang t
Baca selengkapnya

Pengakuan Randu

"Mbak Alina. Sampai detik ini aku belum menikah lagi. Jadi, jangan merasa menjadi wanita yang merebut suami orang. Sungguh, saya masih duda. Sekarang, ayo, kita berangkat!" Mematung diri ini setelah mendengar penjelasan Bang Randu. Dia masih sendiri? Sedikit lega hati ini. Setidaknya aku tidak akan merasa bersalah terhadap wanita lain yang kuduga istrinya. Satu jam kemudian kami sudah bersiap meninggalkan rumah. Mbak Niswa turut serta bersama kami. Tidak mungkin aku pergi hanya bertiga dengan lelaki yang bukan mahram. Kali ini Wulan tidak lagi bisa mendampingiku. Hari pernikahan yang semakin dekat, membuatku tak ingin merepotkannya. Tadi sore Wulan sudah aku suruh pulang. Kuberikan izin libur setengah bulan. Besok pagi akan kupintakan izin tidak masuk sekolah untuk Wildan. Mbak Niswa pun akan melakukan hal serupa.Ini perjalanan pertamaku ke Rawajitu. Kami hanya asal jalan dengan petunjuk alamat yang telah dikirimkan Bang Zaki.Sejak memasuki mobil milik Bang Randu kami hanya terdi
Baca selengkapnya

Wasiat Mbak Mela

Kubuka amplop putih ini dengan diselimuti segenap rasa penasaran. Mulai kurobek ujungnya. Isinya kertas putih yang dilipat-lipat dengan baik oleh Mbak Mela. Segera kubuka lipatan kertas dengan perasaan yang tak karuan. Mulai kubaca dengan seksama rangkaian huruf demi huruf yang ditulis oleh Mbak Mela. "Assalamualaikum, De Alina.Saat surat ini ada di tanganmu berarti Mbak sudah tidak ada di dunia ini. Lin, kamu wanita baik dan selalu tulus terhadap orang lain. Sebab itu Mbak menitipkan Naya padamu, De. Bang Zaki tidak mungkin sanggup mengasuhnya seorang diri. Tidak mungkin pula orang tua Mbak yang sudah sepuh ikut menjaganya. Kamu kan tahu Mbak anak tunggal. Tidak ada saudara yang bisa membantu merawat Naya. Naya butuh sosok seorang Ibu yang seperti dirimu, De. Gampang bagi abangmu untuk menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, Mbak nggak rela bila anak semata wayang kami diberikan ibu tiri yang tidak sesuai keinginan Mbak, Lin. Mbak takut perempuan yang menikahi abangmu tidak sayan
Baca selengkapnya

Dilema Alina

Perempuan yang telah menjadi ibu sambungku pun segera meraihnya. Kacamata yang masuh dalam wadahnya pun segera beliau ambil. Benda itu kini sudah bertengger di hidung istrinya Bapak. Bunda mulai membaca dengan bantuan kaca mata tersebut."Bun. Baca yang keras coba, biar Bapak tahu isi suratnya tanpa harus membaca sendiri." Bapak memang sudah tidak jelas penglihatannya. Beliau harus dibantu kacamata saat membaca. Saat ini benda tersebut sedang tidak ia bawa.Kami semua terdiam mendengar Bunda membacakan isi surat tersebut. Raut Bunda dan Bapak pun berubah setelahnya. Beban berat jelas teroeta di wajah Bapak. Entah apa yang beliau pikirkan saat ini? "Menurut Abang, gimana ini?" Bunda bertanya pada putra keduanya yang sedang menunduk menatap keramik bercorak kayu yang saat ini menjadi tempat duduk kami.Bang Zaki segera mendongak saat namanya disebut Ibunya. "Untuk saat ini aku tidak bisa berpikir apapun, Bun. Kita bicarakan nanti setelah aku siap dengan semua ini." Aku paham dengan p
Baca selengkapnya

Apakah Trauma?

Kami pulang dari rumah ustadz Badrun saat matahari kembali ke peraduannya setelah pengabdiannya menerangi bumi.Langit tampak cerah dengan warna jingga, senja ini sangat indah untuk ditatap berlama-lama. Secerah hatiku saat ini. Mobil telah terparkir sempurna di garasi. Dari spion mobil aku melihat seorang wanita sedang tersenyum sumringah. Menggambarkan hatinya yang sedang bahagia. Itulah diriku saat ini.Ringan langkah kaki ini saat kubawa masuk ke dalam rumah. Tersebab beban di pundak telah terangkat. Plong itu yang dada ini rasakan ketika pulang dari Ustadz Badrun. Lega, itu yang aku rasakan saat ini, akibat penjelasan ustadz Badrun. Menurut beliau tadi pernikahan antara aku dan Bang Zaki tidak perlu dilaksanakan. Ustadz Badrun bilang, aku tidak wajib memenuhi permintaan Mbak Mela tersebut. Selain karena bukan bapakku yang memintanya, pernikahan itu harus ada izin dari aku. Artinya aku harus siap dan memang menghendaki pernikahan tersebut. Kenyataannya, aku sama sekali tidak
Baca selengkapnya

Lelaki itu?

Aku terdiam beberapa saat. Kutatap kedua orang tua yang ada di seberangku. Keingintahuan mereka jelas membayang dari keduanya."Sejujurnya di hati Alina ada rasa takut akan mendapatkan lelaki yang serupa dengan Bapaknya Wildan, Pak." Aku takut tidak menemukan lelaki yang tulus. Takut tidak ada pria yang bisa menerima aku apa adanya, tapi karena ada apanya. "Lin, Bunda juga pernah mengalami kegagalan dengan bapaknya Bang Sukri. Masalah kehancuran rumah tangga kami pun sama dengan yang kamu rasakan, Nduk. Lelaki itu dengan terang-terangan membawa selingkuhannya pulang ke rumah.Padahal, saat itu mereka belum menikah. Di depan Bunda mereka bermesraan tanpa rasa malu. Sakit hati Bunda? Sangat sakit. Saat itu hati ini rasanya bagai ditusuk dengan ribuan jarum. Sakitnya tak terperi lagi. Bahkan sempat meninggalkan rasa trauma di hati Bunda. Saat itu sempat ada kekhawatiran sama persis seperti apa yang kami rasakan saat ini, Nduk. Akan tetapi, keluarga Bunda berhasil menyakinkan bahwa di
Baca selengkapnya

Pesan yang Membuat tersenyum

Jam delapan malam aku baru bisa meninggalkan rumah Wulan. Sesampainya di rumah aku tidak langsung bisa istirahat. Kutemu anak semata wayangku terlebih dahulu. Biasa, mengecek Wildan yang ternyata sedang kesulitan mengerjakan PRnya. Dia tidak turut ke pestanya Wulan. Anak itu di rumah dengan Bunda dan Bapak. Akhirnya aku bisa merebahkan diri di kamar setelah mesin penunjuk waktu berada di angka sembilan tiga puluh tepat. Bahagia itu sederhana, bisa memeluk bantal dan guling di atas kasur empuk saat tubuh terasa sangat lelah. Itulah yang aku rasakan saat ini. Seharian dipajang di atas panggung pelaminan badan ini merasakan kelelahan yang teramat. Mata ini nyaris terpejam, sebelum akhirnya ada notifikasi pesan masuk ke handphone yang sengaja aku letakkan di samping bantal."Terima kasih atas semua bantuannya, Mbak Alina. Saya tahu pernikahan Wulan dan Danu bisa berjalan dengan lancar atas campur tangan Mbak Alina. Danu sudah cerita banyak tentang Mbak Alina pada saya. Termasuk bantuan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status