"Mbak, bolehkan saya mengajak Wildan jalan-jalan?" Aku terperanjat kaget mendengar suara Bang Randu. Celingak-celinguk aku mencari keberadaan wanita tadi. Tapi, nihil di sekitar kami tidak ada apa-apa."Lin, kamu ngelamunin apa, sih. Ditanya dari tadi lho. Kenapa diam aja?" ucap Mbak Niswa sembari menyenggol lenganku. Astaghfirullah … jadi tadi aku hanya melamun? Tapi, bagaimana kalau lamunanku itu menjadi kenyataan? Aku bergidik ngeri membayangkan istrinya Bang Randu yang datang secara tiba-tiba. Bukan hanya nama baikku sebagai janda yang hancur, tapi sebagai pengusaha pun namaku akan rusak."Bukannya saya tidak mengizinkan, Bang. Tapi, bagaimana dengan istri Abang? Apakah dia memperbolehkan Abang jalan-jalan dengan anak saya? Kalau memang tidak ada izin dari istri Abang lebih baik tidak usah membawa Wildan keluar, Bang. Saya hanya tidak mau ada yang melabeli sebagai janda yang tidak baik. Terlebih, saya ini pengusaha. Harap Bang Randu bisa memaklumi kekhawatiran saya ini." Kutanggu
Baca selengkapnya