Home / Pernikahan / Ketika Istri Mati Rasa / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Ketika Istri Mati Rasa : Chapter 91 - Chapter 100

149 Chapters

Alina Menjadi Ragu

Di kamar.Randu duduk di sisi ranjang pengantin. Mata elang itu menyorot ke arah istrinya yang sedang duduk di depan meja rias. Dia tak berkedip saat memandang wajah istrinya yang terlihat jelas dari pantulan cermin. Pria itu membalas senyuman Alina yang mengembangkan di balik sorot kaca.Tak butuh waktu lama, perempuan yang telah memiliki satu anak itu selesai membersihkan mukanya. Mengatur napas sejenak, sebelum akhirnya menarik kursi ke belakang, berdiri dan memutarkan tubuhnya menghadap ke arah suaminya. Pelan, Alina melangkah menuju Randu yang sedang terdiam. "Bang. Suka minum air putih tengah malam?" Alina sengaja melontarkan pertanyaan guna membunuh kecanggungan di antara keduanya. "Boleh kalau mau disediakan, Sayang. Tapi, sebelumnya sini dulu!" Randu menepuk kasur di sisi kanannya."Terima kasih sudah menerima Abang." Randu mengubah posisi duduknya. Kedua kakinya ia angkat kemudian bersila. Tatapannya pun menghadap ke arah kepala ranjang. Di depannya ada wanita yang kini r
Read more

Kejujuran Randu

Randu membuka mata bersamaan dengan dering handphonenya yang nyaring. Pria itu memilih mengabaikan panggilan masuk hingga jeritan benda canggih itu berhenti sendiri. Mata elang Randu mengerjap kemudian menoleh ke samping. Akan tetapi, sudah tidak ia temukan istrinya di sana. Lelaki yang baru menikah kemarin pagi itu bangun dari posisi berbaring. Dibawa duduk tubuh atletisnya. Punggung ia sandarkan ke kepala ranjang. Pria berdarah Jawa -Sunda itu berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya. Setelah nyawa terkumpul, ia edarkan tatapan tajamnya. Sorot matanya pun menyapu seluruh penjuru kamar, berusaha mencari keberadaan istrinya. Tapi, tidak juga ia temukan. Randu pun menoleh ke arah pintu kamar mandi sembari mempertajam pendengaran. Siapa tahu istrinya ada di dalam sana. Namun, usahanya sia-sia sebab tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Gemercik suara air pun tak terdengar oleh telinga Randu. Tentu, Alina tidak akan ia temukan, sebab perempuan itu sedang berada di mushola priba
Read more

Perasaan Randu

"Dia anak yatim piatu yang tidak memiliki keluarga kandung lagi. Saat ini Widuri sedang sakit. Entah mengapa ia menelpon Abang. Meminta untuk ke sana. Padahal, di dekatnya ada budenya." Randu menghela napas. "Abang sudah membaca pesan Widuri? Maaf tadi aku membukanya." "Pesan? Nggak tahu malah!" Randu yang memang tidak tahu menggelengkan kepalanya. Tangannya pun segera meraih benda pipih berbentuk persegi panjang miliknya. "Bang. Sejauh ini perasaan Abang ke Widuri itu seperti apa?" Alina ingin tahu kejujuran suaminya."Hanya menganggap adik meskipun, ia menaruh harapan besar pada Abang." Alina menatap manik hitam milik suaminya. Berusaha mencari kebohongan dari sana. Sayangnya ia hanya menemukan kejujuran di mata itu. Tidak ada dusta dari sorotnya."Bang, boleh aku ngasih saran?" "Apa itu, Sayang. Abang dengan senang hati akan menerimanya.""Widuri itu sepertinya menyukai Abang. Tolong, jangan memberikan celah untuk orang ketiga ke dalam rumah tangga kita. Aku tahu Abang tidak be
Read more

Pembalasan untuk Radit

POV Radit. Hari ini cukup melelahkan bagiku. Bagaimana tidak, langit yang semula cerah tiba-tiba mendung. Sudah pasti getah-getah karet hasil sadapan ku pagi ini pun wajib diberikan obat pengental. Aku yang baru selesai menyadap pun harus berlari-lari di antara barang-barang karet yang menjulang tinggi, dalam rangka meneteskan obat ke tempurung- tempurung yang berisi getah tersebut. Belum selesai memberi obat, rintik hujan mulai turun, tak butuh waktu air itu menjadi besar. Rasa lelah kian bertambah berkali lipat. Aku berteduh di bawah saung kecil milik Pak Seno — pemilik kebun karet yang kusadap ini. Aku menatap sekeliling. Kupandangi pohon-pohon karet yang sedang terguyur air hujan. Ingatkan kembali ke masa dulu, seolah sedang mengulang masa lalu. Dulu aku pun pernah kehujanan di kebun karet. Namun, bedanya dulu aku menyadap di tempat sendiri. Hasilnya aku nikmati sendiri tanpa dibagi pada orang lain. Kali ini aku menyadap di kebun orang dengan cara bagi hasil. Bekerja di kebun o
Read more

Permintaan Widuri

POV Author "Ada yang bisa saya bantu?" tanya Alina setelah menginjakkan kaki di ruang kerjanya. Perempuan yang sedang tertunduk itu menoleh ke arah sumber suara. Paha kanan yang semula ia tumpahkan ke paha kiri kini diturunkan dengan sendiri. Seketika ia merasa minder dengan sosok anggun di depannya. Hawa kekalahan sudah ia rasakan lantaran, wanita yang ia temui lebih berkelas dari pikirannya selama ini. Keanggunan Alina yang hanya dibalut baju gamis polos sudah membuat nyalinya menciut. Namun, gadis tersebut berusaha terlihat tenang di hadapan Alina."Pantas saja Mas Randu sudah bisa move on dari kakakku. Ternyata istri barunya sangat cantik. Wajar saja kalau ia tak mau menikahi aku," gumam Widuri di dalam hati. Ada kekaguman dari benak gadis itu pada istrinya Randu. Mata coklat itu tak lepas menyoroti wajah Alina yang cantik alami.Alih-alih menjawab pertanyaan Alina, Widuri malah sibuk memindai dan menilai wajah nyonya Randu.Dagu lancip, pipi mulus, alis bak bulan sabit meskipun
Read more

Ancaman Alina untuk Widuri

POV AuthorAlina urung mengerjakan ide jahilnya untuk Widuri, tersebab wanita itu harus segera mengangkat telpon dari Bu Fatimah — pembina pengajian tempat Alina mengaji selama tinggal di daerah sini."Saya di rumah, Ummi," ungkap Alina setelah membalas salam dari lawan bicaranya senyum manisnya tak luput menghiasi bibirnya meskipun, lawannya di sana tak melihat. " ….""Monggo, Ummi. Saya tunggu di rumah. Jam berapa Ummi mau kemari?" Alina menatap lurus ke arah Widuri yang sedang menarik napas panjang. "....""Ooh, Maa Shaa Allah … boleh banget. Terima kasih banyak, Umm." Ummi Fatimah menawari untuk membawakan buah semangka yang dipetik dari kebunnya sendiri. "....""Waalaikumsalam Warahmatullah …."Alina ada janji dengan Ummi Fatimah. Sebentar lagi beliau sampai ke rumah Alina. Mereka akan membahas mengenai program Jumat berkah. Selain itu, rencananya mereka pun akan mulai membahas warung makan yang akan menjual aneka menu murah. Mereka akan menjual sepiring nasi beserta lauk deng
Read more

Harga Diri Radit yang Dibeli Seharga Baju?

Alina kembali menjatuhkan bobot tubuhnya dengan tangan mengusap dada. Istighfar tak lupa ia rapalkan guna menghilangkan emosi yang ingin meledak. Wajah kesal Alina berubah seketika saat tamu yang ditunggu telah menapakkan kaki di teras rumahnya. Alina bangkit dari duduk, lalu perempuan itu berjalan ke arah pintu guna menyambut Ummi Fatimah. Berbincang dengan Ummi Fatimah mampu mengalihkan emosi Alina. Kini fokusnya ke arah bisnis di jalan Allah. Alina dan Ummi Fatimah sedang merundingkan teknis tentang rumah makan yang akan mereka jalankan beberapa hari ke depan. Memang, mereka tidak tinggal di kota besar yang di mana banyak orang yang menahan lapar sebab tak memiliki uang yang cukup. Namun, mereka berdua ingin memberikan kemudahan untuk membeli makanan dengan harga yang sangat murah pada orang-orang yang tak banyak memiliki uang. Di sini Alina akan berperan menjadi vendor yang menyuplai lauk pauknya. Dari pihak Ummi Fatimah, akan menyediakan nasi. Uang dua ribu lima ratus tersebut
Read more

Jatuh Cinta Lagi

POV AuthorDi atas sana terlihat lukisan Sang Pencipta yang sangat indah. Kombinasi biru langit, hitam putih warna awan serta bentuknya yang unik, merahnya cahaya mentari yang akan segera terbit. Burung-burung pun berkicau di atas dahan-dahan. Di atas sana langit cerah. Secerah hati kedua insan yang sedang berbahagia setelah melewati malam panjang mereka. Di kamar, dua manusia berbeda jenis yang disatukan dalam mahligai pernikahan itu sedang duduk bersisian, di atas sajadah masing-masing. Mereka sama-sama memegang buku kecil yang berisi kumpulan dzikir-dzikir. Saat ini mereka berdua sama-sama sedang merapalkan dzikir pagi. Pemandangan yang menentramkan jiwa bagi siapapun. Alina menutup buku kecil yang ada dalam genggamannya. Wanita cantik itu menyeka ujung matanya yang telah basah oleh cairan bening."Kenapa, Sayang? Abang ada salah?" Randu menangkup wajah sang istri setelah sebelumnya meletakkan buku dzikir di ujung sajadahnya. Alina menggelengkan kepala. Tapi, butiran bening itu
Read more

Fitnah Murahan

POV Author Suasana pagi yang romantis mendadak mencengkam bagi Alina. Bukan karena merasa bersalah karena diketahui kebusukan oleh suaminya, bukan. Namun, Alina khawatir Randu akan membenarkan foto tersebut sehingga tidak mau menerima penjelasan dari istrinya. Itu ketakutan terbesar Alina saat ini. Perempuan yang pernah gagal membina rumah tangga itu tiba-tiba dibayangi kegagalan lagi. Alina menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Mata perempuan itu tertuju pada foto dirinya yang sedang memegang rokok di sebuah cafe. Duduk di depannya seorang lelaki. Di dalam potret tersebut Alina tampak senyum bahagia. Seolah menggambarkan dirinya sedang berkencan dengan lelaki lain. "Apa Abang percaya dengan semua ini?" tanya Alina. Randu hanya terdiam matanya fokus pada layar handphone di hadapannya. Sebenarnya Randu bukan sengaja mengacuhkan sang istri. Namun, mata laki-laki itu sedang fokus pada layar handphone yang menampilkan foto Alina yang sedang memegang rokok. Bukankah lelaki yang sedang fo
Read more

Bulan Madu

"Yang sesungguhnya bagaimana?" Randu melembutkan suaranya. Sesekali tangan kekar itu mengelap bekas air mata di pipi Alina."Abang masih ingat tiga hari lalu? Aku sempat meminta izin untuk bertemu dengan kawan SMA di sebuah ke cafe. sebelum menjemput Wildan dari sekolah."Randu mengangguk. Pria itu dengan sabar siap mendengarkan cerita sang istri.Ya, memang tiga hari lalu Alina menemui temannya di sebuah cafe. Risa — teman Alina berjanji akan melepas rindu di cafe. Risa tidak bisa mampir ke kediaman Alina sebab ia harus siap-siap berangkat ke Jakarta. Setelahnya, ia kembali terbang ke Kalimantan. Waktu di Lampung yang mepet membuat mereka — Alina dan Risa sepakat untuk bertemu di cafe. Tempat foto itu diambil.Memang, di dalam pertemuan tersebut tidak hanya berdua. ada lelaki yang tak lain adalah suaminya Risa. Tentu, mereka duduk bertiga. Namun, entah siapa yang telah mengambil gambar tersebut hingga tampak hanya berdua. Alina dengan lelaki yang menjadi suaminya Risa. Dan lebih gila
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status