Semua Bab Ketika Istri Mati Rasa : Bab 101 - Bab 110

149 Bab

Akal Desti

POV DestiHari ini aku akan dijemput oleh Mas Irwan. Kemarin kami sudah janjian untuk jalan-jalan. Aku segera menitipkan Ralia pada gadis di samping rumah. Mobil Pajero memasuki pekarangan. Aku menyuruh lelaki yang kini menjadi kekasih hati masuk rumah terlebih dahulu, sebab belum selesai berdandan. Lima belas menit kemudian aku ke luar kamar dengan kecantikan yang nyaris sempurna. Buktinya, Mas Irwan sampai melongo menatapku. Ke luar dari rumah aku masih mengenakan pakaian tertutup tentu dengan penutup kepala. Kami pun segera berjalan ke arah mobil. Pada tetangga yang melihat dan menyapa, kukatakan lelaki ini adalah saudaraku dari Lampung yang minta ditemani ke daerah Palembang. "Terima kasih, ya, Mas. Sudah mau mengajak jalan-jalan hari ini," ucapku setelah mobil ini meninggalkan desa kami."Sama-sama, Sayang. Itu semua tidak ada artinya bila dibandingkan dengan kebahagiaan yang kamu hadirkan dalam hidup ini. Terima kasih juga sudah membuat hidupku kembali berwarna. Semenjak ken
Baca selengkapnya

Desti Ketahuan?

POV Desti "Aku sedih dan takut, Mas. Bagaimana kalau suamiku benar-benar ingin menceraikan aku setelah mengetahui perselingkuhan kita ini, Mas?" Sebenarnya yang aku tangisi bukan perpisahan dengan Bang Radit. Tapi, aku terluka sebab ibu kandung yang tak menginginkan kehadiranku seperti apa yang diceritakan oleh bapak waktu itu. Dia segera menepikan mobilnya di bahu jalan. Tangan kekarnya merangkul pundakku yang bergetar. Pasti, ia panik melihat aku sesedih ini. "Aku akan memberikan ganti ruginya. Nanti, aku akan memberikan kebun karet dua hektar yang telah kubeli secara diam-diam." Yes! Ini yang aku mau! "Hari ini kita ke Palembang Icon Mall dulu atau hotel dulu, Sayang?" Mas Irwan lelaki yang ceplas-ceplos. Tapi, aku suka dia selalu berbicara apa adanya dan pada intinya."Menurut Mas sebaiknya kita kemana dulu?" Aku tersenyum nakal ke arahnya."Melihat kamu yang cantik seperti ini membuatku tak tahan. Sebaiknya kita ke hotel dulu baru ke Mall." Aku tersenyum tipis menanggapi u
Baca selengkapnya

Menyogok Ralia

POV AuthorRalia berlari menuju dapur selepas bermain dengan teman-temannya di rumah tetangga. Rasa haus menyebabkan ia pulang ke rumah. Segelas air minum telah membasahi tenggorokannya. Gadis kecil itu pun berniat kembali ke tempat main. Namun, langkah Ralia terhenti tepat di depan kamar kosong. Anak kedua Radit itu merasa heran saat pintu kamar tersebut ada yang membuka dari dalam. Sebab ia pikir ibunya sedang ada di toko. Di depan pintu Desti membeku ketika menyadari bahwa mereka tertangkap basah oleh anak semata wayangnya. Ralia memindai dua orang dewasa yang muncul di balik pintu tersebut. Mata Ralia tertuju pada tangan Irwan yang sibuk mengancingkan baju bagian atas. Lelaki itu berdiri di belakang ibunya. Tubuh mungil Desti tak mampu menghalangi pandangan Ralia terhadap Irwan yang bertubuh jangkung. "Ibu sama Om Irwan ngapain di dalam kamar?" "Eh … ini … ibu habis ngerokin Om Irwan. Iya, ibu habis ngerokin. Om Irwan suka seperti ayah. Masuk angin. Jadi, harus segera dikerok
Baca selengkapnya

Perdebatan Hebat

****Jam dua belas siang, Radit telah kembali ke rumah. Setelah membersihkan diri lelaki itu berjalan menuju meja makan setelah sebelumnya ia memastikan bahwa ibunya telah makan. "Waw … anak ayah makan pake apa itu?" Tangan Radit menunjuk pada piring putrinya. "Pake sate, Ayah. Ayah mau?" Ralia menyodorkan tiga tusuk sate pada lelaki yang bergelar ayah tersebut.Merasa ada yang janggal Radit segera menggelengkan kepalanya."Siapa yang membelikan sate, Ralia?" Radit menahan rasa lapar demi mendapatkan jawaban yang mengganjal di hatinya. Akhir-akhir ini Desti sangat jarang membelikan makanan yang enak untuk mereka dengan alasan mengirit uang. Radit yang sadar dengan pendapatannya, pun tak mempermasalahkan hal tersebut. Sehingga wajar bila ia merasa aneh bila tiba-tiba banyak sate di meja makan. "Ibu yang membelikan sate, Ayah." Anak perempuan itu menjawab di sela mamahannya. Ralia terlihat sangat menikmati santapannya.Radit tak lagi memberikan pertanyaan sebab ia berpikir mungkin D
Baca selengkapnya

Meninggalnya Ibu

Ketika Istri Mati Rasa POV RaditLekas kubawa lari ke arah sumber suara yang berada di dalam. "Innalillahi … Ibu …." Ibu terjatuh dengan kursi roda ada di atasnya. Segera kusingkirkan kursi yang menindihnya. Kubopong Ibu dengan segera ke arah ruang tamu. Kepala beliau kuletakkan di atas paha ini. "Ibu bertahan, ya! Desti … cepat panggilkan bidan Ros ke sini!" Kubentak perempuan yang hanya mengikuti dan kini berdiri di samping kami.Wanita itu berlari pergi ke luar rumah setelah mendapatkan titahku. Tidak ada pengertiannya sama sekali! Dasar! "Dit! Suruh istrimu bertaubat. Jangan bawa laki-laki lain ke rumah ini lagi." Suara ibu yang terbata dan sangat pelan mengalihkan pandanganku dari Desti ke arah Ibu. Deg! Apa artinya ibu mengetahui perbuatan Desti yang memasukkan Irwan ke dalam kamar? Ya Allah … apa ibu terjatuh karena tekanan darahnya yang tinggi sebab melihat Desti dengan lelaki lain? "Ya, Bu. Nanti Radit nasihati Desti." Mataku menamanas. Tiba-tiba merasa menjadi anak y
Baca selengkapnya

Kedatangannya

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun. Sejak kapan ibunya tidak ada, Pak?" Pak RT melangkah mendekat ke arah tubuh Ibu."Sejak lima belas menit yang lalu, Pak. Kami sangat sedih dan masih syok hingga saat ini. Kami kaget karena beliau tidak sakit terlebih dahulu. Tiba-tiba saja ibu terjatuh." Aku tak sepenuhnya berbohong. Mengatakan apa adanya pun tak mungkin. "Kalau begitu saya pamit dulu untuk mengumumkan pada warga. Setelahnya saya akan kembali ke sini." "Terima kasih banyak, Pak." Kepala kuangukkan pada Pak RT. Setelah memastikan ketua rukun tetangga itu pergi kudekati Desti."Urusan kita belum selesai, Desti! Aku tahu kamu pasti bahagia atas meninggalnya ibuku. Namun, tolong jangan tunjukkan kepuasanmu di depan orang-orang yang bertakziah nantinya. Bisa kan kamu akting sedih di depan mereka? Dan jangan membuat ulah yang membuatmu malu selama ibu belum dimakamkan!"Kembali kutunjuk muka Desti yang berada tepat di depan diri ini. Aku yakin perempuan itu bersorak senang di dalam hati
Baca selengkapnya

Kedatangan Alina

POV AuthorRadit memejamkan mata sekian detik. Dia berharap apa yang dilihatnya kali ini hanyalah halusinasi semata. Sebab ia tak yakin dengan penglihatannya. Namun, apa yang dianggap halusinasi itu tak juga enyah saat indra penglihatannya dibuka. Malah semakin mendekat ke arahnya. Menyadari ini bukan sekedar mimpi atau halusinasi lelaki itu berusaha keras untuk menetralkan perasaannya yang sakit. Sakit melihat tangan Alina digenggam laki-laki lain. Sakit menatap anak laki-laki satu-satunya dituntun oleh pria lain. Ya, Randu menuntun anak istrinya di masing-masing tangannya sejak meninggalkan mobil yang terparkir di rumah yang ada di seberang kediaman Desti. Pria yang sedang berduka itu berusaha untuk melengkungkan bibirnya hingga membentuk senyuman. Ia berusaha tersenyum karena pada akhirnya ada keluarga yang datang di saat merasa kehilangan. Sebab di belakang Randu ada saudara-saudara Radit yang turut serta. Mata Radit menatap tak percaya pada orang-orang yang berjalan ke arahnya
Baca selengkapnya

Desti Membuat Keonaran

Niswa membalikkan badan. Perempuan yang dekat dengan Alina itu pun menghentikan langkah kakinya. Ia tatap dalam-dalam manik coklat milik Desti."Benarkah begitu? Tapi, kami juga tidak merasa bersalah sama sekali terhadap kalian. Sebab yang kami bicarakan itu nyata. Dan tidak ada hubungannya dengan kalian. Toh, selama ini juga yang tersakiti itu Alina bukan kalian." Niswa memberikan jawaban yang menohok bagi Desti. "Kata siapa kami tidak tersakiti, Mbak? Wanita itu serakah. Merampas hak Bang Radit. Dia telah menguras harta gono-gini. Masih dibilang tidak nyakitin kami?" Desti menjawab ketus sembari berjalan. "Mbak Nanik berangkat jam berapa dari rumah?" Radit sengaja menengahi mereka dengan mengalihkan pertanyaan. Tersebab, Radit tahu Niswa akan memberikan jawaban yang akan semakin menyudutkannya. "Jam dua pagi kayanya, Dit. Kami berangkat ke rumah Mbak Niswa dulu. Dari sana baru dijemput oleh Randu." Nanik menggandeng tangan Niswa lalu mengelus-ngelusnya. Nanik paham perempuan di s
Baca selengkapnya

Jawaban Alina yang Menohok

"Ya sudah, nggak papa kalau tidak mau. Bukan salah Wildan kalau akhirnya ia bersikap seperti itu. Ini murni salahku yang mengabaikannya selama ini." Radit tertunduk sedih. Suaranya bergetar. Apa yang ia katakan tulus dari dalam hati. Sebab ia merasa semua ini akibat perbuatannya selama ini. Selain itu,Radit sengaja segera menjawab demikian, sebab Desti sudah siap membuka mulut untuk menjawab kembali. Radit hapal betul karakter istrinya yang tak mau kalah. Radit sangat malu terhadap Randu dan Alina gara-gara mulut Desti yang tak memiliki saringan sama sekali. "Bagus kalau kamu akhirnya sadar, Radit! Ini kan buah dari perbuatanmu selama ini. Terima dan hadapi dengan kepala tegak!" pungkas Niswa sembari menepuk pundak sepupunya itu. Radit menganggukkan kepala sebagai responnya. Sebenarnya Niswa kasihan terhadap Radit yang mendapatkan penolakan Wildan. Namun, ia tak tahan bila Alina disalahkan oleh Desti. "Cepat atau lambat nanti anaknya pasti mengerti, Bro. Harap bersabar. Mungkin
Baca selengkapnya

Penyesalan Radit 1

POV RaditSelalu ada hikmah di balik musibah. Aku mencoba berpikir positif terhadap kematian ibu. Kehadiran Wildan adalah salah satu hikmah atas meninggalnya ibu saat ini. Aku yakin seratus persen, Alina tidak akan pernah membawa anak kami datang kemari kalau bukan untuk takziah. Dan ini sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku yang bisa melihat dan menatap Wildan secara langsung meskipun, anak lelaki itu masih enggan aku pangku. Padahal, dulu ia akan merajuk bila aku tak langsung menyapanya di saat pulang ke rumah Alina. Namun, itu menjadi sebuah kewajaran karena akulah yang menyebabkan dia berubah.Aku harus mengucapkan ribuan terima kasih pada Alina yang telah sudi datang ke sini. Wanita itu memang memiliki hati seluas samudera. Dari sorot matanya aku bisa melihat ketulusan Alina. Tidak ada niat apa pun ia datang ke sini selain untuk takziah. Sebab itulah rasa penyesalan telah menyia-nyiakannya kembali membelenggu relung hatiku. Berkat keluasan hati Alina lah ia bisa membawa Wildan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status