Home / Pernikahan / Ketika Istri Mati Rasa / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Ketika Istri Mati Rasa : Chapter 121 - Chapter 130

149 Chapters

Kejahatan Desti

"Mbak, aku barusan kehilangan dompet dan seluruh uang." Radit mengadu pada Ratmi. Napas lelaki itu tersengal-sengal. "Innalillahi … lalu sekarang kamu di mana?" tanya Ratmi penuh dengan rasa khawatir.Belum sempat menjawab handphone Radit telah mati. Radit lupa mengisi baterai pada handphonenya.Radit terkulai lemas di atas pos ronda. Pikirannya benar-benar kalut dengan semua ini.Dia tidak tahu harus berbuat bagaimana. Kembali ke Pak Rustam, Radit malu. Dengan langkah gontai Radit pergi meninggalkan pos ronda. Dia tak peduli lagi dengan mobil travel yang sedang ditunggunya. Toh, saat ini ia tak lagi memiliki uang untuk membayar ongkos kendaraan tersebut nantinya.Tanpa Radit sadari di belakangnya, ada dua lelaki yang terus membuntuti dan memata-matainya. Orang-orang suruhan Desti.******Di rumahnya, Desti tampak uring-uringan. "Ralia! Ke mana sih kamu? Anak kecil belajar kabur-kaburan. Tidak bisa diatur. Ngerepotin aja!" Desti ngoceh sendiri sembari menutup pintu.Desti baru akan
Read more

Kejahatan Desti 2

POV Author."Jambret! Jambret!" Radit memekik meminta pertolongan. Lelaki itu berusaha mengejar dua lelaki pengendara motor yang menggunakan topeng. Ia berlari ke arah jalan raya. Kopernya ditinggalkan begitu saja di depan konter.Suara Radit yang keras mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya. Beberapa orang yang melintas pun menghentikan motornya. Di belakang Radit ada motor yang sengaja berhenti guna ingin membantu Radit."Ayo kita kejar, Bang!" Seorang lelaki muda menawarkan bantuan pada bapaknya Ralia dan Wildan. Radit segera naik ke atas motor orang tidak dikenalnya. Di belakangnya ada dua orang yang ikut mengejar dengan sepeda motornya."Itu, dia!" Jari telunjuk Radit mengarah pada motor matic yang telah dicopot plat nomornya. Jambret sudah menyusun rencana sedemikian rupa agar nomor kendaraannya tak kenali orang.Dari jarak jauh Radit masih bisa tahu dua pengendara sepeda motor yang menggunakan topeng itu adalah pelaku jambretnya.Sopir Radit pun menambah kecepatan sa
Read more

Pesan Radit Pada Ratmi

POV Author Radit menarik napas dalam-dalam. Napas yang mengisyaratkan adanya beban berat dalam hidupnya.Dua orang di depannya hanya bisa melihat dalam diam. Dalam benak mereka hanya ada rasa kasihan terhadap Radit.Detik berikutnya Radit menekankan nomor Ratmi setelah berusaha keras mengingat-ingat nomor kakak iparnya tersebut."Mbak, ini Radit. Ralia masih di situ?" "Masih, Dit. Kamu di mana sekarang? Kenapa ganti nomor setelah tadi kamu memutuskan sepihak." Nada khawatir terdengar jelas dari suara Ratmi."Ceritanya panjang, Mbak. Tadi handphoneku habis baterai. Lalu, kecolongan tas selempang. Hingga duitnya raib semua. Aku pun baru juga kejambretan uang dari hasil jual handphone yang ada. Ini pake handphone orang, Mbak.""Innalillahi … terus nasib kamu sekarang bagaimana? Kok kamu bisa apes seperti itu, Dit?" Ratmi tidak bisa lagi menyembunyikan rasa penasarannya. Sehingga ia memberondong pertanyaan pada adik iparnya tersebut."Aku yakin semua itu ulahnya Desti, Mbak. Sebenarnya
Read more

Masalah Desti.

POV DestiMenjelang Magrib, aku kedatangan tamu yang memang kutunggu-tunggu sejak tadi. Sebab ia sudah berhasil membantuku. "Kerja bagus, Bro!" Aku menepuk pundak Kancil — orang itu bertugas mengambil harta yang dibawa oleh Bang Radit.Di depanku sudah ada tas selempang, uang senilai satu juta setengah serta kunci motor. Barang itu baru saja diserahkan Kancil padaku."Perkara kecil itu, Bos!" Dia menepuk dadanya penuh percaya diri. Angkuh dan penuh kesombongan itu yang aku nilai dari seorang Kancil.Aku mengangguk menanggapinya. Dia memang lelaki yang bisa diandalkan. Bayangkan, dalam hitungan kurang dari sepuluh jam telah berhasil merampas harta mantan suamiku itu.Apa yang terjadi pada Bang Radit mungkin menyerupai sinetron di IndoSiam, tapi ini nyata. Bukan lagi di layar televisi kejadian itu. Peristiwa kemalingan hingga tiga kali dalam waktu kurang dari sepuluh jam. Ini semua benar-benar sudah kami rencanakan. Setelah kehilangan motor serta uang di tasnya, aku yakin Bang Radit a
Read more

POV Desti 2

"Malah bengong! Berarti kamu sudah siap kehilangan motor!" Kancil kembali menggebrak meja. Akibatnya aku terhenyak kaget hingga tanpa sadar terlonjak ke atas. "Serahkan kontaknya dulu!" Tanganku menengadah ke arah anak buahnya Kancil. "Gampang! Mana duitnya dulu! Ada uang, ada kunci!" Kancil kembali menyentakku. Sial! Kenapa Dia tidak bisa dipermainkan? Tidak ada pilihan lain selain menyerahkan uang tersebut. Sial! Sial! Kenapa aku tidak mendapatkan keuntungan sama sekali dari semua ini? Kenapa malah kancil yang panen uangnya Bang Radit? Niat hati ingin memberikan pelajaran pada mantan suami, malah aku sendiri yang dapat kesialan ini! Segera kurogoh saku celana kulot yang kukenakan. Di dalam ada uang dua juta setengah lagi."Ini uangnya. Mana kontaknya?" Aku sengaja menarik ulur uang tersebut. "Ini. Nah gitu, dong! Kamu kehilangan uang segini, pasti tidak ada artinya. Akan segera dapat ganti lagi dari Irwan. Iya, kan?" Kancil melemparkan kontakku ke lantai. Dengan gerakan cepat
Read more

Tantangan Desti

POV Author"Cari siapa, Mbak?" Desti menyambut tamunya dengan wajah penasaran. Sebab ia merasa tak mengenali wanita di depannya. Kekecewaan jelas terpencar di wajahnya, sebab bukan Irwan yang ia dapati.Alih-alih menjawab pertanyaan tuan rumah. Perempuan cantik dengan gamis bermerk itu malah menilai penampilan Desti. Sebagai tuan rumah, tentu Desti merasa risih ditatap sedemikian oleh orang yang tidak dikenalnya."Mbak, ada masalah apa dengan saya? Kita tidak saling kenal, tapi kenapa tatapan Anda penuh kebencian seperti itu terhadap saya?" Ditatap lama-lama membuat Desti jengah. Merasa diremehkan oleh tamunya membuat Desti sedikit sinis"Kamu memang tidak tahu siapa saya. Tapi, sebaliknya. Saya sangat tahu siapa kamu. Saya ingin masuk dan berbicara padamu di dalam." Tanpa menunggu izin tuan rumah, perempuan beralis tebal itu masuk ke dalam rumah Desti. Ia berjalan dengan santai menuju ke dalam."Heh! Kamu siapa main nyelonong masuk rumahku?" Suara Desti yang tinggi berhasil menghent
Read more

Sidang di Rumah Desti.

"Kamu pikir saya main-main. Bagaimana, asyik, bukan?" Perempuan yang memiliki mata belo itu menatap Desti yang tengah pucat pasi."Si— siapa sebenarnya, kamu? Ke — kenapa bisa memiliki video tersebut?" Dengan gugup dan terbata Desti memberanikan diri untuk bertanya."Desti -Desti … baru tahu siapa lawanmu? Sekarang terus terang lah, apa yang dikatakan Mas Irwan padamu tentang istrinya?" "Percuma aku katakan. Toh, kamu sudah mempermalukan aku seperti ini!""Baiklah kalau begitu. Sepertinya kamu memang harus dikasih pelajaran! Biar tahu siapa lawan bicaramu ini!" Tamunya Desti menghela napas sebentar sebelum akhirnya menghubungi seseorang di sana."Tolong, ambilkan senjataku di dalam mobil untuk menghabisi wanita di rumah ini! Dia masih tidak mau jujur sama aku. Sepertinya memang harus menggunakan kekerasan. Sebab dengan cara baik-baik tidak mempan." Perempuan yang tengah memindai penampilan Desti seolah memutuskan sambungan teleponnya sepihak tanpa menunggu jawaban lawan bicaranya.P
Read more

Sidang di Rumah Desti 2

Irwan mendekati istrinya, menatap ibu dari anak-anaknya dengan wajah penuh permohonan. Lelaki yang merupakan selingkuhan Desti itu berlutut di hadapan pasangan sahnya. Tangannya mencoba menggapai lengan istrinya. Namun, segera ditepis oleh perempuan ayu tersebut. "Mundur! Jangan dekati aku lagi! Mumpung ada di depan semua orang, tolong jatuhkan talak untukku!" Asih mundur dengan tatapan mendelik ke arah suaminya. "Nggak. Ayah tidak akan pernah menjatuhkan talak untuk Bunda. Tidak akan pernah ada perpisahan di antara kita. Bunda jangan terpedaya dengan omongan perempuan jalang itu!" Tangan Irwan menunjuk ke arah Desti.Perempuan yang kena tunjuk, mukanya memerah seketika. Antara malu juga marah. Detik berikutnya dia berdiri. Membalas tatapan tajam Irwan. "Aku menjadi jalang juga gara-gara kamu, Irwan! Rumah tanggaku hancur juga gara-gara rayuan kamu, laki-laki pengecut! Aku tidak pernah menyangka kamu yang pandai menggoda bisa menjadi laki-laki pecundang seperti ini di hadapan kelua
Read more

Bagaimana Nasib Desti?

"Kenapa harus aku? Kenal saja tidak! Enak saja mau melimpahkan tanggung jawab ke aku!" Desti tak terima ditunjukkan oleh Asih. Dia yang tidak tahu apa-apa kenapa harus bertanggung jawab?"Karena kamu adalah calon istrinya Mas Irwan." Asih melirik ke arah Desti. Perempuan yang dilirik pun membalas menatap dengan tajam."Enak saja. Siapa yang mau menikah dengan lelaki pengecut macam dia!" Desti menunjuk muka Irwan."Lalu, tujuanmu selingkuh dengan Mas Irwan itu apa? Untuk bersenang-senang? Karena ulah manusia egois macam kalianlah, orang tua Mas Irwan harus menanggung beban ini. Kamu dan Mas Irwan adalah orang yang membuat semua menjadi berantakan." Asih menjawab dengan cepat. Tidak memberikan kesempatan untuk lawan bicaranya."Kamu harus bertanggung jawab, Desti!" Kini Irwan melemparkan ke arah Desti. "Aku terus yang kamu salahkan! Seolah Kamu merasa paling benar! Kamu merasa menjadi korban pemaksaan dari aku. Begitu?" Desti mendelik ke arah Irwan. Tatapan keduanya seperti orang yang
Read more

Karma untuk Desti

POV Desti"Mas, bangun! Sudah siang ini!" Kugoyang pundak laki-laki yang ada di atas ranjangku.Pria itu selalu saja bangun siang. Kerjanya hanya makan tidur, makan tidur saja. Tanpa mau bekerja untuk mencari nafkah. Aku baru tahu sifat aslinya setelah kami menikah. Ya, dua bulan lalu kami melangsungkan ijab qobul setelah selesai masa Iddahku dari Bang Radit. Atas desakan Mas Irwan, aku telah mengurus perceraian dengan Bang Radit. "Nanti! Nggak sopan banget gangguin orang tidur!" Mas Irwan menyentakku sembari merubah posisi tidurnya. Dari miring berganti tengkurap. "Bangun! Sudah siang! Katanya mau cari kerja?" Sentaknya kubalas dengan hardikan pula. Kini pantatnya kupukul keras dengan bantal guling. Pria pemalas ini masih bergeming dengan posisinya.Lelah aku membujuknya secara lembut. Ini puncak kemarahanku. Sudah ratusan kali aku memintanya bekerja secara baik-baik, tapi tidak ia mengindahkan permintaanku. Irwan terlalu asyik menikmati hidupnya, hingga lupa caranya mencari nafka
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status