All Chapters of Nona CEO Looking for Love: Chapter 71 - Chapter 80
82 Chapters
71. Tidak Sendirian
Sampai di rumah Mommy Ranty, ternyata sudah ada Sukma. Perempuan yang menghilang beberapa bulan itu, duduk sambil menangis. Bahunya naik-turun menandakan betapa sesaknya ia."Mama."Isyana yang melihat sang ibu, langsung menghambur ke pelukan. Betapa ia sangat rindu belaian ibunya. Orang yang membawanya ke sini, sekaligus orang yang memintanya cepat mencari jodoh. Hal ini menjadi celah bapaknya untuk menjodohkan Isyana dengan pria pilihannya."Kau baik-baik saja kan? Maafin Mama ya."Sukma seperti tidak sanggup menatap wajah anaknya. Perempuan kecil yang tumbuh dewasa dengan cepat. Selalu saja dia, membuat hidup Isyana sulit. Sukma sampai tidak tahu harus mengatakan apa, selain maaf."Iya Ma. Alhamdulillah Isyana mendapat teman yang baik seperti Joseline. Dia yang mau menampung Isyana. Mama ke mana aja? Katanya gak pulang ke rumah lagi."Sukma mengangguk. Bersyukur sekali Isyana masih bisa selamat."Bapakmu itu seperti orang gila di sini. Berkali-kali mengamuk, acak-acak barang. Anehn
Read more
72. Tersedak
"Sebagai seorang pria, sebaiknya Anda masuk dan bicara baik-baik. Seharusnya juga ikut saya ke masjid dan lakukan salat tiga rakaat."Pundak Danu telah ditepuk oleh Asher. Sebelum mereka benar-benar pergi dari halaman rumahnya. "Kau siapa?" Tanya Danu heran dengan pria bule yang menegurnya. Dia merasa asing seperti tidak pernah melihat pria ini."Perkenalkan saya Asher. Saya calon menantu Anda."Asher menjabat tangan Danu dengan erat. Tidak ada keraguan dari perlakuannya. Sifatnya tegas dan tidak sedikitpun gentar. Mungkin sadar dengan kualitasnya yang lebih tinggi, dibandingkan Danu saat ini. Paling tidak begitu menurut calon ibu mertuanya. Sombong sedikit tidak masalah sepertinya."Oh, gara-gara kau Isyana kabur."Danu mengeratkan rahangnya. Berpikir Isyana tidak memiliki kekasih sama sekali. Perempuan itu gila sekali kerja dan tidak memikirkan untuk berkencan. Wajar saja ketika ada seseorang yang mengaku calon menantunya, dia akan kesulitan untuk berpikir. Apa ini benar atau hany
Read more
73. Situasi Panas
Danu masih memegangi tenggorokannya yang terasa sakit. Akibat insiden tersedak tulang itu, dia merasa sedikit trauma. Susah payah dia mengeluarkan tulang yang menyangkut tiang tenggorokan. Karena bukannya membantu, ibu dan anak yang ada di depannya justru menertawakan dia. Beruntung Asher dan mertuanya pulang dari masjid. Mereka yang membantu Danu untuk meloloskan diri dari tulang sialan itu."Apa kau lihat-lihat?" hardik Sukma yang masih saja kesel dengan kehadiran pria ini."Kau memang tidak ada kasihan kepadaku. Durhaka kau Sukma!" hardik Danu setelahnya."Ck, selalu saja kata-kata itu yang kau keluarkan. Kau pikir kau tidak zalim kepadaku. Tidak memberi nafkah baik secara lahir maupun batin. Tidak memberikan rasa nyaman dan aman. Kau pikir kau sempurna sebagai seorang bapak dan juga suami?"Sukma tidak mau kalah dengan ini. Terus aja dia mendebat dengan suaminya. "Sudah hentikan pertikaian kalian. Kita mulai diskusi saja mengenai apa yang seharusnya kita lakukan."Jalu menengahi
Read more
74. Psikopat Bule
Pondok kecil di belakang rumah Nenek Asma, menjadi tempat yang pas untuk melarikan Isyana yang terluka hatinya.Sengaja dibangun karena ide dari Asher. Dia seringkali memergoki Isyana yang memegangi kepala karena pekerjaannya yang berat. Tidak heran membuat sebuah pondokan, menjadi tempat yang baik untuk gadis itu melepas stres.Ternyata berguna juga untuk hari ini. Ditemani lampu kuning yang memancar menggantikan sinar rembulan yang hari ini tidak ada. "Apa aku tampak menyedihkan?" tanya Isyana yang menunduk dalam. Menunjukkan wajahnya di hadapan Asher saja dia tidak mampu."Tidak. Kau justru sangat hebat."Asher tidak berbohong hanya untuk menyenangkan hati perempuan ini. Selama mengenal Isyana Gadis itu selalu memukau. Memberikan Dia potongan-potongan indah dalam hidup. Sifatnya yang tegas, bisa juga lembut. Menjadikan dia tidak bosan untuk berinteraksi dengan Isyana."Hebat dari mana. Aku bahkan mendoakan bapakku sendiri mati."Ucapan Isyana begitu merana. Seorang anak yang harus
Read more
75. Malam yang Panjang
"Nah ini dia calonnya sudah datang."Hanya tiga orang yang tahu, apa yang terjadi di dalam rumah. Semua pergi selain Kakek Jalu yang menjadi penengah. Setelah kembali, justru kondisi telah ramai.Bapak tua memakai sorban dengan baju koko putih dan sarung seperti hendak beribadah. Datang ke rumah Asher dengan membawa tas dokumen."Jadi yang akan dinikahkan, Gadis ini yang bernama Isyana dengan kekasihnya. Berbuat mesum ya?" ucap pria tua itu dengan senyum mengejek."Eh enak aja. Bukan dengan bule kampung ini. Melainkan keponakanku dengan calon suaminya. Pak Manto."Sari berkata dengan lantang. Mana mungkin dia menyerahkan keponakannya dengan pria bule yang tidak matang ini. Habis sudah dulu dia ditipu dengan Isyana yang berpura-pura berkekasih Asher. Padahal setelah di selidiki Asher hanyalah sopirnya."Loh calonnya sudah …."Pria tua yang ternyata penghulu itu tidak melanjutkan ejekannya. Padahal sudah jelas sekali kalau Isyana tidak cocok dengan pria tua yang berperut buncit itu"Su
Read more
76. Sini dong, Istri!
Menghadapi malam pertama dengan suami sendiri, tentu saja ada rasa tidak nyaman di hati Isyana. Bukan karena dia tidak ingin, hanya saja masih belum percaya dengan kenyataan ini.Sementara itu Asher terlihat mendekat. Memang lebih dulu Isyana yang masuk kamar. Pria itu telah menekan kunci sebanyak dua kali. Membuat Isyana gugup saja."Kok dikunci?" tanya Isyana gugup. Ludahnya bahkan dicerna dengan cepat. Seperti tahu tidak ada waktu lagi untuk mencerna segala yang terjadi."Kita sama-sama lelah, butuh waktu untuk istirahat."Tentu saja sangat lelah. Isyana saja mengakui hal ini. Niatnya hanya kabur dari Bapaknya tanpa menikah dulu. Tapi justru dia dinikahkan saat itu juga."Kau mau apa?"Isyana gugup saat Asher sudah satu langkah di depannya. Tangannya terulur menyentuh kepala Isyana. Dengan suara lirih yang masih bisa didengar, Asher kembali melantunkan doa."Ya Allah, kepada-Mu aku memohon kebaikan istriku dan kebaikan sifat yang Engkau ciptakan untuknya. Aku berlindung kepada-Mu d
Read more
77. Lanjutkan yang Semalam
Meja makan sudah penuh dengan anggota keluarga Isyana dan juga Asher. Ini juga termasuk Danu yang saat ini lahap memakan masakan ala rumahan tersebut. Dia tidak pernah sungkan dalam melahap setiap masakan yang disendok ke dalam mulutnya. Orang ini memang berjiwa bebal tanpa kenal rasa malu.Pandangan Isyana langsung menyapu ke sekitar. Perlu bertanya langsung kepada ibunya, mengapa peristiwa semalam dan juga pagi ini terjadi. Bapaknya bukan pria yang mudah untuk dibujuk. Terlebih pagi ini dia begitu lahap tidak memudulikan apapun lagi."Isyana, kata Asher dia sudah membeli rumah untuk kalian tinggal. Apa itu berarti kau akan tinggal di kota ini?"Isyana menoleh ke arah suaminya. Mereka belum sempat membicarakan hal ini. Semalam dilalui dengan sangat canggung, masing-masing terlelap tanpa membahas lebih jauh mengenai apa rencana ke depan.Jadi untuk pertanyaan Sukma kali ini, belum memiliki jawaban."Belum tahu, Ma. Kalau sudah suami istri kan memang harus ikut suami. Jadi tergantung
Read more
78. Pembicaraan di Kamar Hotel
"Abdul."Asher menyalami pria berhidung mancung di depannya. Di sampingnya masih ada Isyana yang setia dia seret. Tidak pergi atau pun banyak protes."Langsung saja. Oh ya, selamat atas pernikahan kalian. Ditunggu undangannya."Abdul melirik ke arah Isyana. Tersenyum kecil sebagai bentuk kesopanan. Isyana juga melakukan hal yang sama. Tidak menyangka akan bertemu kenalan Asher di sini."Ya tentu. Setelah ini beres, kita akan urus pesta. Kami pergi dulu, sebelumnya kenalkan ini Isyana, istriku.""Ah salam kenal."Abdul mengangguk. Dengan sopan menyatukan tangan di depan dada. Berkenalan tanpa ingin bersentuhan. Seketika Isyana tampak sungkan. Untung saja dia tidak sembarang menyodorkan tangan seperti biasanya."Katakan apa yang kalian inginkan sebagai hadiah." "Ck, terserah kau saja. Kami permisi dulu."Abdul mengangguk, tidak menghalangi langkah kaki mereka. Masalah hadiah, dia juga akan memikirkan nanti. Setelahnya, dia berbalik badan menjauh."Kau kenal dengan pengusaha Indonesia.
Read more
79. Toxic
Isyana tidak bisa ikut masuk. Hanya Asher yang diijinkan, lantaran dia termasuk pembeli saham. Menyikapi ini, hal yang bisa dilakukan Isyana agar tidak bosan, adalah berjalan di sekitar hotel. Area pertemuan, satu lantai dengan kolam renang pertama di hotel ini. Memang dari segi bintang, hotel ini masih di bawah yang ada di ibu kota atau kota besar lain. Tapi di kota ini, hotel milik keluarga Basel yang paling terbesar dengan segala fasilitas yang ada.Baru menginjakkan kaki di area kolam, pemandangan di dalam begitu membuat kesal. Terlihat orang seusianya yang paling dihindari selama hidupnya."Wah ada Nona dari Jakarta nih."Tampang Helen begitu mengejek. Dia menurunkan kacamata sampai di pangkal hidung. Memperlihatkan matanya yang sedang mengamati Isyana."Syan, kok kau di sini? Lagi sama siapa?"Cakra sudah menerobos tubuh Helen, bahkan sampai menyenggol bahunya. Hal ini membuat gadis itu tidak nyaman. "Eh Cakra."Cakra tidak peduli. Menurutnya melihat Isyana sudah cukup membuat
Read more
80. Kompensasi
"Jadi kalian yang udah nyuruh pria itu buat nikah sama gue?"Siapa yang tidak kesal jika dalang dari penghancur kehidupan ada di depan mata. Kalau saja dia tidak melihat CCTV di area depan, ingin sekali menerjunkan Helen dan juga Cakra ke kolam renang paling dalam."Eh gak gitu ya. Kita aja baru tahu tadi pas rapat. Pak Manto kesal banget karena gak bisa nikah sama Lo."Helen membela diri. Dia saja baru tahu kalau investor papinya mendadak menarik diri dari rencana ini. Siapa juga yang ingin kehilangan uang banyak. Alasan mereka menemui Isyana, untuk meminta penjelasan. Menjadi anggota dewan membutuhkan uang yang banyak untuk proses kampanye. Orang tua Cakra dan juga Helen, memilih membuka usaha juga, andai di periode berikutnya tidak terpilih, keuangan mereka masih aman."Lah terus Lo tahu dari mana, gua gagal dinikahi sama pria tua itu.""Jadi kan kita rapat. Terus Pak Manto tanya kita foto Lo."Helen memilih menjawab jujur. "Lagian Syan, ngapa Lo nolak sih. Duit si Pak Manto itu g
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status