Seperti saat dulu baru masuk ke rumah Nenek Asma, tentu saja Isyana tidak bisa cepat tidur. Bukan semata-mata lantaran nyeri di kakinya yang masih berisik minta diredakan. Tapi tempat baru ini yang sangat asing.Bau parfum Asher yang sangat maskulin, membuat dadanya begitu gemetar. Sudah sering dia menghidu aroma tersebut saat disopiri Asher ketika bekerja. Tapi ini sangat lain adanya. Satu tarikan napas, wangi Asher begitu melekat. Mencoba menetralkan dengan wewangian yang ada di tasnya, tetap milik Asher yang juara.“Ah, bisa gila kalau di sini terus.”Menahan nyeri, Isyana turun dari ranjang. Perlahan-lahan, menuju ke pintu sampai membuka dan mengintip keadaan di luar. Terasa aman, barulah Isyana, berani melangkahkan kakinya keluar. “Nona sedang apa? Apa perlu sesuatu?” Bahu Isyana yang tadi tegang, menurun. Aksinya ketahuan pemilik rumah. Tentu saja ini bukan hal baik.“Lo belum tidur Ash?” tanya Isyana menoleh.“Ini baru akan masuk kamar. Tadi main catur sama Kakek dulu,” uja
Read more