Dita masih merutuki diri sendiri. Dia benar-benar malu. Ingin rasanya menenggelamkan diri ke dasar bumi. Setelah makan siang, Dita diminta untuk istirahat lebih dulu sebelum sang majikan menjelaskan pekerjaannya."Ih, kamu kok, malah ketawa terus, sih, Sus!" kesal Dita. "Kamu juga kenapa nggak ngasih tahu aku kalau Tuan Daffin yang jemput. Aku nggak enak banget tau, Susi!" pekik Dita pelan. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya."Lagian masa setampan dan segagah itu dikira sopir, sih, Ta." Susi masih tertawa. "Aku sempat nggak percaya, tapi dia juga nggak bilang kalau dia itu bos aku. Dia juga bantu bawain barang-barangku ke bagasi mobil," imbuh Dita. "Dia marah nggak ya, sama aku, Sus?" "Tuan Daffin itu memang baik banget, Ta. Nggak cuman dia aja, sih. Tuan dan Nyonya Besar juga baik banget orangnya. Kamu tenang aja, Tuan Daffin nggak akan marah hanya karena kamu ngira dia sopir," kekeh Susi. Sembari istirahat, Susi sedikit menceritakan tentang pekerjaan Dita di sana.
Read more