Semua Bab Pembalasan Istri Sah Ditinggal Kawin Saat Jadi TKI: Bab 1 - Bab 10

78 Bab

Bab 1. Kejutan

Seorang wanita cantik, berkulit putih dengan postur tubuh dan besar ideal tengah berdiri di halaman sebuah rumah. Wanita itu tersenyum menatap bangunan di depannya. Rumah itu tidak mewah, tetapi cukup mencolok dan terlihat paling bagus diantara bangunan lain di sekitarnya. Wanita cantik itu bernama Dita Utami. Setelah 4 tahun menjadi seorang TKI di Dubai, ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan berkumpul kembali bersama keluarga kecilnya yang teramat ia rindukan. Sengaja ia tidak memberitahu perihal kepulangannya kepada suami dan keluarga yang lain. Dita ingin memberikan kejutan untuk mereka. Dengan perasaan gembira yang membuncah, Dita melangkahkan kaki menuju bangunan di depannya. Dua kali mengucapkan salam dan mengetuk pintu, seorang wanita cantik yang menggendong seorang bayi berdiri di depan pintu yang sudah dibuka sembari menjawab salam Dita. Mereka beradu pandang, sama-sama termangu di tempatnya. “Ka-kamu siapa?” tanya Dita yang membuat wanita di depannya mengerutk
Baca selengkapnya

Menampik

Dita mematung dengan mata berkaca-kaca saat mendapati anak perempuan yang berusia 5 tahun tengah berdiri satu meter di depannya. Seketika otot kakinya rapuh dan bibirnya kelu, tidak bisa berkata apa pun. 'Mama?' Sedetik kemudian air mata itu luruh.“Teteh baik-baik aja?” Pertanyaan Nadiya berhasil mengembalikan kesadaran Dita. “I-iya. Maaf, saya hanya ingat sama anak saya di kampung,” ucap Dita seraya menyeka air mata di pipinya. “Ia kemudian jongkok di hadapan anak perempuan tersebut. “Hai, siapa nama kamu?” tanya Dita pada anak tersebut dan tidak mendapat jawaban. Anak itu menatap Nadiya terlebih dahulu. Seolah-olah meminta persetujuan dari wanita itu untuk menjawab pertanyaan wanita asing di depannya. Hati Dita semakin hancur menyaksikan bagaimana dirinya terlihat begitu asing di mata darah dagingnya sendiri. Anak perempuan itu tidak mengenalinya sedikit pun. “Ini Tante Ami, Sayang. Temennya ayah kamu.” Nadiya memberi jawaban atas tatapan anak tersebut. "Enggak usah takut, Tan
Baca selengkapnya

Kenyataan Sebenarnya

“Las, Lastri ….” Dita beteriak memanggil sahabatnya begitu ia sampai dirumah wanita itu. Ia masuk ke rumah mencari sahabatnya. “Iya, Ta," sahut Lastri. "Kamu dari mana? Kok basah gini?” tanya Lastri sembari memutar tubuh Dita yang sudah basah setengah dari celana panjang yang dipakai. “Kamu tega benget ngerjain, aku, Las.” Dita memberengut dan duduk di bangku yang ada di dapur. Kebetulan Lastri sedang memasak. “Ngerjain apa?” Latri mengerutkan kening tidak mengerti dengan ucapan sahabatnya. Lastri kemudian mengangkat ikan goreng yang ada dalam penggorengan dan mematikan kompor. “Kamu sudah ketemu sama Bimo?” tanyanya kemudian. Ia duduk di kursi sebelah Dita. “Belum,” jawab Dita sembari menggeleng. “Tapi aku ketemu sama perempuan yang ngaku sebagai istri A Bimo,” sambungnya. “Terus?” Jantung Lastri berdetak lebih cepat. Kenapa Dita tidak terlihat sedih, dia malah terlihat sedikit kesal saja? Apa yang sebenarnya terjadi di sana? pertanyaan itu memenuhi benak Lastri. “Kamu jahat b
Baca selengkapnya

Bertemu

Bimo segera membuang kemungkinan yang melintas dalam pikirannya. Jika wanita itu Dita, Nadiya pasti akan mengenalinya, karena Nadiya pernah melihat Dita melalui foto yang ada di ponsel dan album yang ia simpan. Lagi lupa, Dita pasti akan mengabari jika kembali ke Indonesia, karena bagaimanapun Bimo adalah suaminya. "Ciri-cirinya gimana?" tanya Bimo. Ia ingin memastikan sesuatu."Orangnya cantik pokoknya. Putih, bersih, mulus, senyumnya manis banget. Aku aja yang perempuan suka liat dia," jawab Nadiya yang terdengar begitu antusias saat menjabarkan ciri-ciri wanita yang bertamu ke rumah mereka pagi tadi. "Orangnya tinggi atau pendek?" tanya Bimo lagi."Em ... lebih tinggi sedikit dari aku. Orangnya montok, A. Aku aja iri sama bentuk tubuhnya." Kembali Nadiya memuji wanita yang bernama Ami. Bimo manggut-manggut mendengar jawaban sang istri. Sepertinya wanita yang mengaku sebagai teman SMP nya itu memang bukan Dita. Ciri-ciri yang disebutkan oleh Nadiya tadi tidak ada pada diri Dita.
Baca selengkapnya

Keputusan

Hujan deras yang mengguyur desa tidak membuat Dita menghentikan laju motor yang sedang ia kendarai. Wanita itu sengaja membiarkan tumpahan air langit malam itu mengguyur tubuhnya. Berharap akan meluruhkan rasa sakit yang sedang ia rasakan dan meredam tangis pilu yang tidak dapat ia tahan lagi. Takdir benar-benar sedang bermain dengannya. Setelah langkahnya hampir sampai pada titik dimana Dita akan menggapai semua impian yang selama ini ia ukir untuk keluarga kecilnya, semesta ternyata berkata lain. Impian itu hancur, melebur bersama kecewa dan luka tak kasat mata yang mengaga begitu besar. Rasanya sangat perih. Sekuat apa pun Dita mempersiapkan diri untuk hari ini, tetap saja tangis kekecewaan itu tak kuasa ia bendung. Diamnya Bimo menjadi jawaban untuk Dita. Tidak ada penjelasan yang pria itu berikan. Hatinya benar-benar hancur dan Bimo telah behasil membuat kepingan itu bertaburan. “Dita!” teriak Lasri yang berhasil membuat suaminya yang ada di dalam kamar segera keluar meghamp
Baca selengkapnya

Benar-benar Cerai

Dita diam mematung mendengar ucapan ibu mertuanya. Wanita paruh baya itu tersenyum puas mendengar keputusan putranya. Cairan bening sudah menggenang di pelupuk mata. Sekali kedip saja, maka kristal bening itu akan jatuh tanpa izin.Dita menatap orang-orang yang ada di sana, Bimo bahkan tidak mau mengangkat kepala untuk melihatnya. "Lihat aku, A. Apa kamu tidak bisa membiarkan aku membawa putriku? Aku yakin, kamu masih punya hati, A," ucap Dita cukup pelan. "Lihat aku. Kenapa kamu tidak berani menatapku?" lanjutanya. "Cukup, Teh. Apa kamu tidak mendengar ucapan A Bimo yang terdengar cukup jelas? Lagi pula, aku masih bisa mengurus Devina dan membesarkannya. Jadi, kamu enggak udah khawatir. Bukankah bagus kalau Devina bersama kami? Kamu jadi bebas mau melakukan apa pun ." Adalah Nadiya yang menyangga ucapan Dita. Wanita itu tersenyum dan menatap Dita dengan tatapan yang meremehkan. Tidak ada lagi wajah ramah seperti yang ditunjukkan wanita itu saat pertama kali Dita bertemu dengannya.
Baca selengkapnya

Mama?

“Devina mandi dan siap-siap dulu, ya. Ayah mau ngobrol dulu sama Tante Ami,” ucap Bimo. Sedangkan Devina cukup terkejut mendengar ucapan ayahnya. Ia pikir Bimo akan marah dan tidak mengizinkannya pergi dengan Dita. “Iya, Ayah.” Devina segera berlari menuju rumah dengan wajah senang. Setelah kepergian Devina, Bimo mengajak Dita untuk duduk di kursi yang ada di teras rumahnya.“Aku harap kamu tidak memberitahu Devina sekarang jika kamu adalah ibu kandungnya.” Bimo langsung melontarkan permintaan itu tanpa basa-basi. “Maksud kamu apa, A? Kenapa?” tanya Dita. Ia membulatkan mata, tidak percaya dengan apa yang diucapkan pria yang duduk di depannya. “Aku tidak mau kalau sampai Vina kecewa, Dita. Bukankah kamu juga akan pergi lagi meninggalkan dia?” “Kamu benar-benar egois!” tukas Dita. “Aku melakukan ini untuk kebaikan Vina. Akan sangat menyakitkan untuknya kalau tiba-tiba kamu datang dan mengaku sebagai ibu kandungnya, tetapi kamu juga akan meninggalkannya lagi. Bukankah itu jauh le
Baca selengkapnya

Tidak Mau

“Maksudnya tante,” ujar Dita meralat ucapannya tadi. Wanita itu tersenyum sembari mencubit gemas pipi Devina. Sementara itu, Bimo menghela napas lega. Ia pikir Dita akan mengatakan kebenarannya sekarang. Namun tetap saja, Bimo khawatir Dita tidak bisa menahan diri dan akan mengatakan semuanya saat ia tidak ada nanti. “Kalau sudah siap, kita jalan sekarang, ya, Sayang,” ajak wanita itu pada Devina. “Ayo Tante,” balas Devina dengan wajah gembira. “Tunggu!” sergah Bimo dan mendapat tatapan tidak mengerti dari Dita. “Kalian tunggu di sini sebentar, aku akan meminta Alya untuk menemani kalian jalan-jalan,” sambung pria itu sembari melangkah pergi meninggalkan ibu dan anak tersebut. Dita hanya bisa menghela napas berat mendengar keputusan sepihak mantan suaminya tersebut. Sebelah sudut bibir wanita itu terangkat, sepertinya ia tahu maksud Bim, kenapa adik perempuannya itu harus ikut bersama dengan Dita dan Devina. Bimo sepertinya sangat takut jika Dita akan mengatakan kebenarannya pada
Baca selengkapnya

Menghindar

Dita hanya menghela napas berat saat mendengar Alya bercerita tentang pertemuan pertama antara Nadiya dan Bimo."Seandainya waktu itu Teh Rina enggak minta A Bimo buat antar pulang Teh Nadiya, mungkin hubungan mereka tidak akan berlanjut, dan seandainya saja Alya enggak kasih nomor A Bimo sama Teh Nadiya saat dia minta waktu itu, mungkin mereka tidak akan saling berkomunikasi," sesal Alya."Kamu tidak sepenuhnya salah, Alya Seandainya A Bimo bisa menjaga jarak dan membatasi diri, mungkin hubungan mereka tidak akan sejauh itu." Dita menenangkan Alya. Wanita itu menatap lurus pada pohon bunga di halaman depan rumah Lastri. "Yang lebih pantas untuk menjelaskan tentang keadaan ini adalah A Bimo, Alya. Jadi, kamu tidak perlu merasa bersalah."Percakapan kedua wanita itu terhenti saat Lastri ke luar bersama suaminya. "Sudah siap? Kita berangkat sekarang?" tanya wanita itu."Iya, sekarang aja, biar enggak kemalaman pulangnya," jawab Dita."Ya udah, ayo." Lastri dan Dedi berjalan lebih dulu m
Baca selengkapnya

Menikmati Kebersamaan

Dita menghela napas lega saat berhasil menghindari Tomi. Ia sangat berterima kasih pada Dedi karena cukup peka dan memahami situasi. Dita takut jika Tomi akan membongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Devina bersama mereka dan dia tidak khawatir akan hal itu. Tomi adalah salah satu teman mereka. Pria itu jelas mengenali Dita, karena mereka berteman di media sosial milik Dita.*Dita menatap pantulan dirinya pada cermin, lalu tersenyum lebar. Sekedar memberi afirmasi positif agar mood-nya baik. Katanya suasana hati di pagi hari dapat menentukan mood sepanjang hari."Mari lupakan semuanya sebentar dan kita bersenang-senang lagi dengan Vina. Ok?" tanya Dita kepada diri sendiri. "Kita bisa! Semangat!""Cie, yang mau jalan-jalan," seloroh Lastri mengalihkan atensi Dita."Kamu bikin kaget saja, Las. Kalau mau muncul bilang, dong. Mbok kasih kode gitu, biar aku tahu." Dita berkata dengan wajah cemberut.Lastri menahan tawa melihat tingkah laku Dita, terlihat imut. "Iya deh, iya. Aku minta ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status