Semua Bab Dewi Kultivator Langit: Bab 161 - Bab 170

177 Bab

161. MENUJU BENUA SELATAN

Dengan tekad yang menyala-nyala, Xian Ling, Sun Wu Long, dan Sakuntala Dewa memacu kuda-kuda mereka menyusuri jalan berkerikil menuju pelabuhan terdekat. Para pengawal istana telah diperintahkan pulang ke Istana Benua Timur tanpa Putri Mahkota.Angin malam menyapu lembut, menyelinap di antara helai rambut dan jubah mereka, seakan membisikkan janji petualangan yang tak terelakkan. Di balik gemerisik dedaunan dan bisikan angin, mereka tahu bahwa bayang-bayang masa lalu masih mengintai—mata-mata dari Istana Benua Timur telah diberi perintah untuk mengembalikan Xian Ling. Mereka menembus rimbunnya hutan di perbatasan Negeri Ching. Aroma tanah basah dan dedaunan yang lembap menyatu dalam udara yang dingin. Tanpa diduga, segerombolan pemburu bayaran muncul dari balik semak belukar. Pakaian hitam mereka kontras dengan keheningan hutan, dan kilatan senjata yang tergenggam erat menciptakan kilasan bayangan menyeramkan di antara pepohonan. Di tengah lingkaran itu, seorang pria bertubuh kekar de
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

162. MISTERI BENUA SELATAN

Fajar baru saja menyingsing ketika langit mulai berubah warna jingga keemasan. Di atas dek kapal dagang yang berayun perlahan, Xian Ling, Sun Wu Long, dan Sakuntala Dewa menatap cakrawala yang dipenuhi awan tipis, seolah alam pun menyambut kedatangan mereka. Di dermaga Benua Selatan, aroma rempah yang kuat bercampur dengan semilir garam dari lautan, mengisi udara yang panas dan lembab. Suara riuh pedagang yang sedang membongkar muatan terdengar jelas, seakan setiap langkah mereka menulis kisah baru di atas lantai kayu dermaga.Perjalanan dengan kapal dagang selama seminggu penuh tidak membuat mereka kelelahan, melainkan tampak rasa penasaran di wajah mereka terutama Putri Xian Ling yang sangat antusias dengan Benua Selatan ini.Mereka melangkah dengan penuh kewaspadaan ke jantung pelabuhan. Di sana, bangunan-bangunan batu tua berdiri megah, bayangannya menari di antara siluet pepohonan tropis yang rimbun. Suasana yang awalnya tampak tenang itu segera berubah ketika seorang pria tua be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

163. SEKTE BAYANGAN SELATAN

Xian Ling melangkah menjauh dari dermaga, jejak kakinya nyaris tanpa suara di atas batu-batu yang dingin. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma garam dan dupa yang terbakar di kuil-kuil sepanjang jalan. Namun, semakin jauh ia melangkah, udara di sekitarnya berubah—menjadi lebih berat, seolah menyimpan sesuatu yang tak terlihat. Kota Naga Sakti bukanlah kota biasa karena di balik gemerlap lentera dan keramaian, bayang-bayang tersembunyi mengintai, menunggu saat yang tepat untuk menyergap.Gedung-gedung batu tua menjulang di kedua sisi jalan utama. Pilar-pilar besar dihiasi ukiran naga yang berkelok, sisiknya terasa hampir hidup saat terkena pantulan cahaya obor. Mata naga yang terukir di sana seakan mengikuti langkah mereka, menilai, menghakimi, atau mungkin memberi peringatan.Di sisi Xian Ling, Sun Wu Long berjalan dengan langkah mantap. Tatapannya tajam, menyapu setiap sudut jalan seperti seorang pemburu yang waspada. Sementara itu, Sakuntala Dewa, dengan wajah tenang, membisik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

164. PUTRI KERAJAAN SEMBILAN NAGA

Xian Ling merasakan denyut panas di nadinya. Udara di sekitarnya bergetar oleh energi yang dikeluarkan Chandani. Wanita itu berdiri anggun dengan pedangnya, seolah medan pertempuran adalah panggung tariannya. Mata tajamnya bersinar di bawah cahaya bulan, penuh dengan misteri dan keyakinan mutlak. Xian Ling sadar kalau wanita di hadapannya ini bukan sekedar pendekar biasa karena ia merasakan aura keanggunan dari pemimpin Sekte Bayangan Selatan ini.Tanpa peringatan, Chandani melesat. Gerakannya secepat kilat, hampir mustahil diikuti mata biasa. Xian Ling hanya sempat menangkis tebasan pertama dengan pedangnya, sebelum serangkaian serangan cepat menghujani pertahanannya secara beruntun. Dentang logam beradu memenuhi udara. Setiap gerakan Chandani adalah perpaduan antara kekuatan dan keindahan, bagaikan angin malam yang membawa maut.Xian Ling mundur selangkah, kemudian memutar pedangnya dalam gerakan melingkar. Sebuah gelombang energi biru meledak dari ujung bilahnya, menerpa Chandani y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

165. XIAN LING VS CHANDANI

Xian Ling menarik napas dalam-dalam, merasakan udara malam yang dingin menusuk paru-parunya. Tubuhnya bergetar, bukan hanya karena kelelahan, tetapi juga ketegangan yang masih menggantung di antara mereka. Di sekelilingnya, reruntuhan kota tua berdiri sebagai saksi bisu pertarungan sengit yang baru saja terjadi. Cahaya bulan memantulkan kilauan redup dari bilah pedang mereka, yang masih menghangat oleh energi qi yang belum sepenuhnya mereda.Chandani menatap Xian Ling dengan sorot mata tajam, seolah mencari sesuatu di balik keteguhan putri mahkota itu. Tiba-tiba, ia mengangkat pedangnya lagi, mengayunkannya dalam gerakan halus namun membawa gelombang energi tajam. Xian Ling merasakan hembusan kekuatan yang membelah udara dan segera mengangkat pedangnya untuk menangkis."Kau masih punya tenaga untuk melawan?" tanya Chandani, suaranya tenang namun penuh tantangan."Aku tidak akan mundur," jawab Xian Ling tegas, matanya berkilat dengan tekad.TRANG!Benturan kali ini jauh lebih dahsyat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

166. KESEDIHAN CHANDANI

Xian Ling tidak menjawab. Hanya saja tatapannya berubah dingin. "Aku perlu mencari tahu keberadaan Pendekar Dewa Naga ... aku ada keperluan dengannya sehubungan dengan ancaman terhadap Benua Timur. Kemungkinan Benua Timur juga akan diserang oleh Kekuatan Tertinggi, jadi aku perlu tahu cara Mahasura mengalahkan mereka."“Jika kau ingin informasi lebih rinci tentang keberadaan Mahasura, aku bisa membawamu ke Desa Naga untuk menemui Ki Seno,” ujar Chandani dengan suara lirih. Mata beningnya tampak berkilat, seakan menahan sesuatu yang dalam ketika menyebut nama sang Pendekar Dewa Naga.Xian Ling menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Ada sesuatu di balik ekspresi itu, sesuatu yang lebih dari sekadar informasi.“Maaf, Chandani... bolehkah aku tahu, apa hubunganmu dengan Mahasura?” tanyanya, suaranya lembut namun tegas.Sun Wu Long yang berdiri di sampingnya segera memberi isyarat agar Xian Ling tidak melanjutkan pertanyaannya. Namun, sang Putri Mahkota tidak memedulikannya.Chandani ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

167. RAHASIA CHANDANI

Fajar baru merayap di cakrawala, menyisakan semburat jingga di langit yang masih diselimuti kabut tipis. Hawa pagi yang menggigit menelusup melalui celah-celah jendela kamar Xian Ling, membawa aroma tanah basah dan sisa hujan semalam. Dalam kantuknya, ia hampir mengabaikan ketukan keras yang menggema di pintu."Bangun dan bersiaplah! Kita akan segera berangkat!" Suara tegas itu menusuk keheningan, hampir tak memberi ruang untuk penolakan.Xian Ling mengerjap, merasakan berat di kelopak matanya. Ia menarik napas panjang, lalu menyeret tubuhnya menuju pintu. Begitu dibuka, sosok Chandani berdiri di ambang, mengenakan pakaian pendekar yang berkibar pelan diterpa angin pagi. Mata perempuan itu bersinar dengan tekad yang tak tergoyahkan, ekspresinya dingin seperti embun beku di puncak gunung.Di kamar lain, Sun Wu Long dan Sakuntala Dewa sudah lebih dulu siap. Mereka duduk di meja makan, menikmati sarapan yang disediakan oleh pemilik penginapan. Uap hangat mengepul dari mangkuk-mangkuk nas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

168. KI SENO

Rombongan Xian Ling tiba ketika matahari masih malu-malu menyinari langit. Cahaya keemasannya menyorot patung besar di tengah desa—replika Pendekar Dewa Naga. Patung itu masih berdiri kokoh, namun jelas tak terurus. Lumut hijau menutupi sebagian besar permukaannya, dan celah-celah kecil mulai terbentuk di beberapa bagian tubuh patung akibat terkikis waktu.Xian Ling menatap patung itu dengan alis berkerut. "Sudah berapa lama Pendekar Dewa Naga menghilang?" pikirnya. Pandangannya menyapu sekitar, semakin memperhatikan betapa sunyinya desa ini. Tak ada anak-anak berlarian, tak ada ibu-ibu yang duduk di beranda rumah sambil menjalin anyaman bambu. Hanya keheningan yang menyergap."Chandani, kenapa tidak ada satu pun penduduk di sini?" tanya Xian Ling, suaranya lirih namun menyimpan kegelisahan.Chandani menatapnya sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Kalau itu yang ingin kamu tahu, tanyakan saja pada Ki Seno." Setelah itu, ia melangkah pergi, menghilang di antara rumah-rumah kosong, menin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

169. NAGA VIKRAMA

Ki Seno menggelengkan kepalanya perlahan. Sorot matanya tajam namun menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan."Aku tak tahu di mana Mahasura sekarang," ucapnya dengan suara berat, nyaris berbisik. "Tapi aku yakin ia masih hidup!"Xian Ling menatap Ki Seno dengan penuh tanda tanya. Tiba-tiba, pikirannya menangkap sesuatu yang terpendam di benaknya."Kata Chandani, Ki Seno selalu pergi ke Gunung Awan Putih setiap pagi... Apa yang Ki Seno lakukan di sana?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Ki Seno tertawa kecil, nada misterius tersemat di dalamnya. "Hahaha... Kau ingin tahu? Tapi berjanjilah untuk menjaga rahasia ini!"Tanpa menunggu jawaban, tubuh Ki Seno melesat, ringan bak sehelai daun yang ditiup angin. Kakinya nyaris tak menyentuh tanah saat ia berlari dengan ilmu meringankan tubuh. Bayangan tubuhnya berkelebat di antara pepohonan, mendaki gunung dengan kecepatan yang mencengangkan.Xian Ling, Sun Wu Long, Sakuntala, dan Chandani segera menyusul. Sun Wu Long, meski memi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

170. LEMBAH IBLIS

Angin kencang bertiup membuat pakaian mereka berkibar-kibar. Langit yang kelam seakan menelan cahaya matahari, menciptakan bayangan-bayangan mencekam di antara pepohonan yang melingkupi Desa Naga. Aroma tanah basah bercampur bau logam menyelubungi udara, menambah kesan bahwa akan ada kejadian yang buruk di tempat tujua mereka."Apa kita tetap akan masuk ke Lembah Iblis, Tuan Putri?" tanya Sakuntala, suaranya mengandung kegelisahan. Mata tajamnya memandang jauh ke depan tempat Lembah Iblis berada, seolah-olah mengawasi mereka dari kejauhan. Ia merasa bahwa pencarian Pendekar Dewa Naga ini hanya akan membawa mereka ke jalan buntu. Namun, membawa pulang Naga Vikrama adalah keuntungan besar bagi Benua Timur.Xian Ling menoleh, sorot matanya tegas. "Aku harus mengetahui nasib Pendekar Dewa Naga. Ramalan Artie hanya menyebutkan bahwa Mahasura Arya akan berperan penting dalam menyelamatkan Benua Timur dari kehancuran. Aku sengaja menyimpan ramalan ini agar kerajaan-kerajaan di bawah Kekaisar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status