Home / Fantasi / Dewi Kultivator Langit / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Dewi Kultivator Langit: Chapter 111 - Chapter 120

177 Chapters

111. KEHEBATAN DEWI PERANG

Langit yang tadinya kelam kini bergemuruh, seakan merespons energi dahsyat yang terpancar dari dua sosok yang berhadapan di tengah medan perang. Raja Han berdiri tegap, pedangnya berpendar keemasan, memancarkan aura kaisar yang gagah berani. Di hadapannya, Putri Xian Ling melayang di udara, kipas gioknya bersinar dengan cahaya kebiruan, angin berputar mengitari tubuhnya seperti dewi perang yang turun dari surga.Di kejauhan, Panglima Xian Heng menyaksikan duel ini dengan senyum tipis. “Seperti yang kuduga, Ling'er bukan hanya ahli strategi, tapi juga petarung yang melampaui manusia biasa.”Tanpa membuang waktu, ia menghunus pedangnya dan menerjang pasukan Kerajaan Han. Dengan satu ayunan pedang berlapis energi hitam, puluhan prajurit langsung tumbang. "Tak perlu menunggu hasil duel itu. Kita habisi pasukan ini sekarang!" serunya, memimpin pasukannya ke dalam pertarungan sengit.Sementara itu, pertarungan antara Raja Han dan Putri Xian Ling telah mencapai puncaknya.Putri Xian Ling men
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

112. AKHIR PERTARUNGAN HEBAT

Langit kembali menggelegar, seakan menandakan bahwa bentrokan terakhir ini akan menjadi legenda. Raja Han berdiri dengan napas terengah-engah, luka-luka di tubuhnya mengalirkan darah, tetapi tekadnya tetap membara. Di hadapannya, Putri Xian Ling masih tampak tenang, meskipun energi di sekelilingnya terus bergejolak, membuat udara bergetar hebat.Di kejauhan, Panglima Xian Heng hanya bisa mengamati dengan ekspresi datar, sementara pasukan kedua belah pihak telah mundur ke batas medan perang, menyaksikan dengan penuh ketegangan.Putri Xian Ling merentangkan kipas gioknya, senyum tipis terukir di wajahnya. “Yang Mulia, kau siap untuk serangan terakhir?”Raja Han mengangkat pedangnya yang kini bersinar lebih terang dari sebelumnya. “Kita akhiri ini.”Putri Xian Ling mulai bergerak lebih dulu. Dengan satu kibasan kipasnya, udara bergetar hebat, menciptakan gelombang energi biru yang menyelimuti seluruh langit. Ribuan simbol kuno muncul di udara, membentuk formasi energi yang berputar seper
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

113. KEBANGKITAN KITAB NIRVANA SURGAWI

Langit East City dihiasi percikan warna-warni dari kembang api yang meledak dengan semarak. Sorakan rakyat memenuhi udara, menggema di sepanjang jalan yang penuh sesak. Di antara kerumunan, seorang penjual makanan ringan berteriak menawarkan pangsit goreng, sementara anak-anak berlomba-lomba menangkap confetti yang beterbangan. Malam itu adalah malam kemenangan, malam di mana perang dengan Kerajaan Han resmi berakhir.Di dalam istana megah yang berhiaskan lentera merah, Kaisar Xian Shen mendengarkan laporan dari Putri Xian Ling dan Panglima Xian Heng. Dengan wajah serius, namun penuh ketenangan, sang kaisar akhirnya mengangguk setuju untuk mengirim utusan perdamaian ke Negeri Han. “Ini bukan hanya kemenangan senjata, tapi juga kemenangan hati,” ucapnya bijak.Namun, di balik wajah ceria rakyat, Xian Ling menyimpan kekhawatiran. Pangeran Han Zhin, pewaris tahta Kerajaan Han, dikenal keras kepala. Walau Raja Han menyetujui perdamaian, tidak ada jaminan Pangeran Han Zhin akan melakukan h
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

114. RAMALAN ARTIE

Malam semakin larut, dan langit berhiaskan bintang-bintang yang berkilau redup seperti mata-mata kuno yang mengawasi dunia. Namun, bagi Xian Ling, keindahan itu hanya latar belakang dari kegelisahan yang berputar di benaknya. Ia duduk di tepi ranjangnya, tangannya menggenggam selimut tipis, sementara tatapannya terpaku pada sosok yang melayang di udara—Artie, entitas bercahaya dalam bentuk Kitab yang baru saja dibebaskannya dari peti besi yang selama ini terkunci rapat."Artie," Xian Ling akhirnya membuka suara, suaranya sedikit bergetar. "Aku ingin bertanya sesuatu yang lebih penting."Artie, yang sejak tadi melayang-layang tanpa tujuan seperti daun tertiup angin, berputar perlahan di udara, cahayanya berkedip-kedip seolah sedang menyiapkan diri untuk drama besar. "Oh? Sepertinya ini akan menarik. Apa itu?" tanyanya dengan nada main-main.Xian Ling menarik napas dalam, mencoba menenangkan gemuruh di dadanya. "Apakah Kerajaan Han benar-benar akan mematuhi perdamaian ini? Apakah merek
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

115. KEGELAPAN NEGERI SHU

Fajar baru menyingsing di cakrawala, membawa angin yang berbeda ke Benua Timur. Cahaya mentari menelusup perlahan melalui celah jendela paviliun kerajaan, menghangatkan lantai batu yang dingin. Di dalam kamar yang luas namun sunyi, Xian Ling duduk bersila di atas tatami, jemarinya membalik halaman Kitab Nirvana Surgawi dengan gerakan perlahan. Ia berniat menghabiskan hari ini mendalami ilmu, menyelami makna tersembunyi dalam kitab suci yang konon menyimpan kebijaksanaan para leluhur. Namun, ketenangan paginya terhenti ketika pintu paviliunnya diketuk dengan tergesa-gesa.Seorang pelayan masuk dengan wajah cemas, tubuhnya sedikit membungkuk sebagai tanda hormat. “Putri Xian Ling,” katanya dengan suara tertahan. “Utusan dari Kerajaan Shu telah tiba di East City. Mereka membawa kabar yang mendesak.”Xian Ling menutup kitabnya dengan tenang, tapi sorot matanya berubah tajam. Kerajaan Shu? Negeri yang selama ini dikenal damai dan subur, kini mengirim utusan dalam keadaan darurat? Ini bukan
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

116. KENGERIAN DI NEGERI SHU

Langit di atas Negeri Shu tampak seperti kanvas kelabu yang suram, matahari tertutup oleh kabut tebal yang menggantung rendah, menciptakan suasana mencekam. Angin berembus dingin, membawa aroma tanah yang mengering dan dedaunan yang membusuk. Saat rombongan Xian Ling mendekati perbatasan negeri itu, pemandangan yang mereka temui sungguh memprihatinkan—ladang-ladang yang seharusnya hijau dan subur kini menjadi lahan tandus yang retak-retak, rumah-rumah penduduk berdiri sunyi dengan jendela-jendela tertutup rapat, seolah takut sesuatu dari luar akan menerobos masuk.Xian Ling menahan napas ketika melihat seorang petani tua duduk di tepi jalan, menggenggam cangkul yang telah berkarat. Wajahnya pucat, matanya cekung dengan lingkaran hitam yang mencolok. Petani itu menatap ke arah mereka, tapi tatapan itu kosong, seolah tidak benar-benar melihat. Ketika salah seorang pengawal mencoba menyapa, pria tua itu hanya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, lalu kembali menunduk, seperti menyerah
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

117. KUIL HITAM

Perjalanan menuju Kuil Hitam membawa rombongan Xian Ling melintasi wilayah yang seolah telah kehilangan jiwa. Hutan-hutan yang dulunya rimbun kini penuh dengan pepohonan yang meranggas, cabang-cabangnya melengkung seperti tangan yang menggapai-gapai putus asa. Suara burung-burung dan kehidupan liar yang biasanya menjadi irama alami hutan kini menghilang, digantikan oleh keheningan yang menekan. Hanya langkah kaki kuda dan suara gemerisik angin di antara dedaunan mati yang menemani mereka.Xian Ling merasakan atmosfer semakin berat seiring mereka mendekati Kuil Hitam. Ia mencoba menenangkan dirinya, tetapi hawa dingin yang tidak biasa menyusup ke dalam tulangnya, bahkan menembus jubah tebal yang dikenakannya. Tatapan matanya tetap fokus, meskipun ia bisa merasakan keraguan dan ketakutan mulai merayap di hati para pengawalnya.“Kita sudah dekat,” kata Panglima Xian Heng, suaranya rendah, seperti enggan memecah keheningan yang menyeramkan. Ia menunjuk ke arah bukit di depan mereka, di ma
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

118. SEKTE API NERAKA

Bayangan malam masih menyelimuti Negeri Shu ketika Xian Ling melangkah masuk ke ruang pertemuan yang diterangi cahaya lentera. Aroma dupa bercampur dengan hawa dingin dari luar, menciptakan suasana yang tegang. Panglima Xian Heng dan beberapa penasihat kepercayaannya sudah menunggu, wajah-wajah mereka dihiasi kecemasan yang sulit disembunyikan.Xian Ling mengambil tempat di hadapan mereka, tatapannya tajam bagai mata pedang yang siap menebas kebohongan. "Makhluk yang aku lawan di Kuil Hitam bukanlah sumber utama bencana ini," suaranya tenang tapi membawa bobot yang tak terbantahkan. "Ia hanyalah alat. Ada tangan manusia di balik semua ini—Sekte Api Neraka. Mereka menggunakan kultivasi kegelapan untuk menciptakan kekuatan kehancuran yang tak terkendali."Panglima Xian Heng mengepalkan tinjunya begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Jika itu benar, kita harus menghancurkan mereka, Tuan Putri! Aku akan mengerahkan pasukan dari Benua Timur dan menyerbu markas mereka."Xian Ling me
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

119. MENYUSUP KE DALAM SEKTE

Penjaga bertubuh kekar itu menyeret Xian Ling ke depan, mendorongnya dengan kasar hingga langkahnya tersentak. Ruangan yang mereka masuki gelap dan berbau anyir seperti darah yang telah mengering. Nyala obor di dinding berkedip-kedip, menari liar di permukaan batu kasar."Kita memiliki tamu baru," suara berat penjaga itu bergema, memecah keheningan yang menekan.Di tengah ruangan, seorang lelaki tua duduk di atas takhta batu hitam. Matanya menyipit, tajam seperti bilah belati yang mencari celah untuk menusuk. Xian Ling bisa merasakan hawa panas yang aneh menguar dari tubuhnya, seolah ruangan ini hanya sebuah perpanjangan dari api yang mengintai di kedalaman neraka."Namamu?" Suaranya berat dan berwibawa, seakan membawa ancaman yang tersembunyi di setiap kata.Xian Ling menundukkan kepala sebagai tanda hormat. "Shui Ling."Lelaki tua itu mengamati Xian Ling sejenak, seperti menilai seekor binatang buruan yang baru saja masuk perangkap. "Mengapa kau datang ke sini, Shui Ling? Apakah dun
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

120. MISI SEKTE API NERAKA

Di dalam Sekte Api Neraka, setiap hari terasa seperti ujian hidup dan mati bagi Xian Ling. Panas yang menyengat dari kobaran api yang tak pernah padam, udara yang dipenuhi bau belerang dan darah, serta tatapan tajam penuh kecurigaan dari para tetua sekte, semuanya menjadi bagian dari rutinitasnya. Sebagai anggota baru, ia tahu bahwa satu kesalahan kecil saja bisa berarti kematian. Namun, Xian Ling tetap teguh. Dengan tubuh yang dipenuhi luka-luka latihan, ia tetap menampilkan wajah tanpa emosi, seolah ketahanan dan kesetiaannya pada sekte adalah sesuatu yang alami. Ia menundukkan kepala dengan hormat di hadapan para tetua, menunjukkan sikap haus akan kekuatan dan pengetahuan, meskipun di baliknya tersembunyi rencana yang lebih besar. Sedikit demi sedikit, ia meraih kepercayaan mereka, meski bayangan bahaya selalu mengintai. Dua minggu setelah bergabung, Xian Ling menerima panggilan yang tidak ia duga. Seorang murid senior memberinya perintah untuk segera menemui Tetua Zhu Wen. Aula
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status