Home / Fantasi / Dewi Kultivator Langit / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Dewi Kultivator Langit: Chapter 91 - Chapter 100

177 Chapters

91. NAGA VS WALET MERAH

Arena yang terbuka itu dipenuhi dengan aura tegang. Mata para penonton terpaku pada dua sosok di tengah arena, Sun Wu Long dan Feng Yin Hua, yang berdiri saling berhadapan seperti gunung berapi yang siap meletus. Udara terasa berat, hampir mencekik, saat mereka bersiap untuk saling menyerang.Sun Wu Long, dengan mata yang menyala penuh tekad, mengepalkan tangannya hingga terdengar suara retakan ringan dari sendi-sendi jarinya. “Feng Yin Hua, aku tidak akan menahan diri lagi,” katanya dengan suara yang dalam, menggema di seluruh arena. Ia kemudian memutar tubuhnya di tempat, kedua telapak tangannya menyatu dalam sebuah gerakan yang presisi. "Tangan Seribu Naga!" serunya lantang. Suaranya menghentak udara, mengguncang hati mereka yang menyaksikan.Bayangan tangannya muncul dalam jumlah yang tak terhitung, melayang cepat di sekelilingnya. Ribuan naga seolah-olah keluar dari tubuhnya, melingkari Sun Wu Long dengan gerakan yang mendebarkan. Setiap pukulan yang ia lepaskan menggetarkan udar
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

92. JUARA SEJATI

Pertarungan antara Sun Wu Long dan Feng Yin Hua terus memuncak, dengan setiap gerakan mereka menggema di dalam arena yang kini hening, seolah-olah waktu telah berhenti. Kedua kultivator itu sama-sama tahu bahwa pertarungan ini akan segera mencapai akhir, dan hanya satu yang akan keluar sebagai pemenang.Sun Wu Long mengamati Feng Yin Hua yang melayang ringan di udara, kain merah sutra yang mengalir di tubuhnya tampak seperti darah yang berkilauan di bawah sinar matahari sore. Ia bisa melihat keletihan yang mulai merayap di wajah Feng Yin Hua, meskipun ia masih tersenyum penuh percaya diri."Pendekar Walet Merah," Sun Wu Long membuka suara, suaranya rendah namun jelas, "aku mengakui kehebatanmu. Kau telah memaksaku untuk menggunakan seluruh kekuatanku."Feng Yin Hua menatapnya, senyuman tipis menghiasi bibirnya. "Kau juga, Sun Wu Long. Tak kusangka aku akan bertemu lawan yang seimbang sepertimu. Tapi, kemenangan hanya milik satu orang. Dan aku tak berniat menyerah."Sun Wu Long mengang
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

93. PENYELAMATAN PENUH RESIKO

Setelah sorak-sorai di arena perlahan mereda, Sun Wu Long mengumpulkan kekuatannya yang tersisa dan mengalihkan pandangannya ke arah tribun kehormatan. Di sana, Pangeran Han duduk dengan anggun, mengenakan pakaian kebesaran berwarna emas yang mencerminkan statusnya sebagai pewaris takhta. Di sebelahnya, Putri Xian Ling duduk dengan wajah tenang, matanya yang tajam seolah menembus hati siapa pun yang menatapnya.Sun Wu Long menegakkan tubuhnya dan melangkah maju, melewati barisan prajurit yang berbaris dengan rapi di sepanjang jalan menuju tribun. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, bukan hanya karena kelelahan setelah pertarungan sengit, tetapi juga karena rencana berbahayanya yang hampir mencapai puncaknya. Hatinya berdebar kencang, namun wajahnya tetap tenang, menutupi kecemasan yang merayap dalam pikirannya.Ketika ia sampai di depan tribun, Pangeran Han berdiri dan memberikan senyuman tipis. “Pendekar Sun Wu Long, kau telah menunjukkan kekuatan dan keberanian yang luar bi
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

94. SUN WU LONG VS PANGERAN HAN

Kedua pendekar itu berdiri berhadapan, energi mereka berputar-putar di udara, menciptakan ketegangan yang hampir bisa dirasakan oleh semua yang menyaksikan. Mata Pangeran Han menyala dengan tekad dingin, sementara Sun Wu Long mengatur napasnya, memusatkan qi di setiap titik tubuhnya. Di antara mereka, angin mulai berputar, seolah-olah medan pertempuran itu sendiri merasakan besarnya kekuatan yang akan dilepaskan.Pangeran Han mengangkat tangan kanannya, menciptakan aura energi yang semakin mengental, membentuk bola cahaya biru terang yang berdesis dengan kekuatan yang terkonsentrasi. Jurus "Naga Biru Penghancur Langit" adalah teknik legendaris yang hanya dimiliki oleh pewaris tahta Han, dan kekuatan jurus ini dapat menghancurkan apapun yang berada di jalurnya.“Akhir dari pengkhianat sepertimu adalah kehancuran,” Pangeran Han mengucapkan dengan suara berwibawa, sebelum meluncurkan bola cahaya itu dengan kecepatan yang luar biasa ke arah Sun Wu Long."Maling teriak maling! Penghianatny
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

95. KEHEBATAN XIAN LING

Sun Wu Long berdiri dengan napas yang berat, dikelilingi oleh prajurit Han yang siap menyerangnya dari segala arah. Matanya tajam, siap untuk menghadapi serangan apapun yang datang. Namun, di dalam dirinya, ia tahu bahwa keadaannya sudah genting. Energinya sudah banyak terkuras setelah pertarungan sengit dengan Pangeran Han, dan sekarang ia harus menghadapi puluhan prajurit yang terlatih."Jangan biarkan dia lolos! Tangkap pengkhianat itu!" salah satu prajurit berteriak, memimpin rekan-rekannya untuk mengepung Sun Wu Long.Sun Wu Long merasakan energi mereka menyatu, membentuk barisan yang kuat. Ia tahu bahwa mereka bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Namun, sebelum ia bisa bereaksi, sesuatu yang tak terduga terjadi.Sebuah energi yang kuat dan murni tiba-tiba melintas di udara, menghantam prajurit terdepan dan membuat mereka terpental. Sun Wu Long menoleh dengan cepat, mencari sumber dari kekuatan tersebut. Dan di sana, berdiri di atas tribun kehormatan dengan anggun, adalah Putri X
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

96. PERSIAPAN PERANG

Kabut pagi melingkupi Benua Timur seperti selimut tipis yang menyembunyikan segala sesuatu di balik bayangan. Kabut itu dingin, menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Barisan panjang prajurit berdiri dalam keheningan, hanya suara derak armor dan nafas berat yang terdengar. Armor mereka berkilauan, memantulkan sisa-sisa sinar mentari pagi yang berusaha menembus kabut. Baja yang mereka kenakan tampak kokoh, tetapi ringan seperti angin yang berdesir di sekitar mereka.Di depan barisan, seorang pria berdiri tegak seperti patung dari besi yang hidup—Panglima Xian Heng. Tubuhnya tinggi dan tegap, dengan mata seperti elang yang memindai cakrawala. Aura keberanian terpancar dari setiap gerakannya, membuat siapa saja di sekitarnya merasakan rasa aman sekaligus hormat. Pedang panjang di pinggangnya bergoyang ringan seiring angin dingin yang berhembus, seperti mengisyaratkan bahwa senjata itu akan segera menari di tengah darah dan debu.Barak militer di belakang mer
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

97. PENYERGAPAN

Langit fajar di cakrawala dengan semburat merah muda dan jingga, seolah alam bersiap menjadi saksi dari pertempuran besar yang akan terjadi. Seribu prajurit Benua Timur bergerak dengan langkah serempak di bawah komando Panglima Xian Heng. Setiap langkah kaki mereka membunyikan dentuman irama di atas tanah yang dingin, sementara armor mereka memantulkan kilau mentari yang menembus kabut pagi. Senjata mereka yang berkilau seperti baru saja diasah, menggenggam erat tekad untuk melindungi kehormatan tanah air.Di ujung medan pertempuran, Xian Heng memimpin di depan, posturnya tegap seperti tiang pancang yang tak tergoyahkan. Tatapannya tajam, seperti menembus horizon jauh, memindai ancaman yang tersembunyi di balik bukit dan pohon-pohon jarang. Aroma tanah basah bercampur dengan embusan angin pagi yang membawa kabar pertempuran, membuat udara semakin tebal dengan ketegangan."Majulah dengan kehormatan!" seru Xian Heng, suaranya lantang membelah pagi yang dingin, menggema di telinga setiap
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

98. BENUA TIMUR VS HAN

Pertarungan di medan perang semakin memanas, darah dan keringat bercampur di tanah yang kini merah oleh pertumpahan darah. Setiap gerakan, setiap serangan, dilakukan dengan kecepatan dan ketepatan yang hampir tidak terlihat oleh mata manusia. Keterampilan tinggi dari kedua belah pihak menjadikan pertarungan ini sebuah tarian mematikan, penuh dengan jurus dan teknik yang mengesankan. Liu Shiang, dengan keganasan yang membara, melancarkan serangan "Pedang Halilintar". Pedangnya melesat dalam serangkaian serangan cepat, menciptakan gelombang energi yang menggelegar dan memaksa Xian Heng untuk terus bergerak. Suara gemuruh dari teknik tersebut menggelegar di udara, dan percikan api dari benturan pedang menciptakan pemandangan yang menakjubkan dan menakutkan. “Merasa tertekan?” Liu Shiang menantang, suaranya menyatu dengan dentingan senjata dan jeritan perang. “Ini baru permulaan!” Xian Heng hanya tersenyum, menangkis serangan dengan jurus "Perisai Emas". Setiap pukulan dan tendangan
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

99. KEPUTUSAN PUTRI MAHKOTA

Deru sorak-sorai memenuhi udara saat Panglima Xian Heng tiba di East City, ibu kota Benua Timur. Warga berkumpul di sepanjang jalan, melambaikan tangan dan meneriakkan namanya dengan penuh semangat. Wajah-wajah mereka tampak lega, seolah-olah ketakutan akan pertempuran yang pernah mengancam kota ini telah sirna, digantikan oleh keyakinan pada kebesaran Xian Heng. Matahari yang terik pun terasa hangat di kulit, seolah turut merayakan kedatangannya.Namun, di tengah keramaian itu, yang paling membuat hati Xian Heng bergetar adalah pemandangan Xiang Ling, berdiri dengan anggun di tepi jalan. Ia telah kembali dari Negeri Han tanpa satu goresan pun di tubuhnya. Napas lega meluncur keluar dari dada Xian Heng saat ia mendekati Xiang Ling, senyuman kecil yang jarang muncul menghiasi wajah keras sang panglima.Dengan rasa syukur yang dalam, Xian Heng berbalik pada Sun Wu Long, menundukkan kepala sedikit sebagai tanda penghargaan. “Terima kasih telah menyelamatkan keponakanku,” ucapnya lagi, su
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

100. TITAH KAISAR XIAN SHEN

Kaisar Xian Shen berdiri tegap di hadapan seluruh dewan kekaisaran, tatapannya membara oleh kemarahan yang membekas dalam. Udara di ruang itu terasa berat saat titahnya diumumkan—pemuda-pemuda terbaik dari seluruh penjuru negeri harus bersiap menghadapi panggilan wajib militer. Kabar ini menyebar bagai api yang membakar seluruh wilayah kekaisaran, mengejutkan rakyat yang tak pernah membayangkan bahwa Kerajaan Han, sekutu lama dan sahabat kepercayaan kaisar, kini berdiri sebagai musuh.Panglima Xian Heng melaporkan pemberontakan itu dengan wajah yang tegang, dan Xian Ling, putri satu-satunya yang pernah ia kirim ke Kerajaan Han demi perjanjian damai, telah membawa kembali kisah tentang ancaman yang mengintai dari dalam dinding istana Han. Kekecewaan dan kemarahan mengoyak hati Kaisar Xian Shen—kerajaan yang selama ini dianggapnya sebagai sekutu, bahkan keluarga, ternyata mengkhianatinya tanpa belas kasih.Sementara rapat berlangsung, penasehat kekaisaran dengan hati-hati maju dan berka
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
1
...
89101112
...
18
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status