Home / Romansa / Aku Padamu, Gus! / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Aku Padamu, Gus!: Chapter 81 - Chapter 90

132 Chapters

Mi Goreng

“Mas, ini adalah hari terakhir ujian semester, aku ingin ke pesantren. Sudah lama aku tidak makan masakan Umi, juga kangen sama Anin.”“Enggak sekalian hari Rabu nanti pas Mas ngajar?” Aku menggeleng. “Rasanya aku ingin makan sup buatan Umi.”“Ya sudah, nanti sore kita ke rumah Umi.”Pagi ini setelah sarapan bersama, kami bersiap untuk berangkat. Gus Azam akan pergi ke pasar sedangkan aku ke kampus. Menggunakan motor butut, suamiku mengikuti dari belakang. Kami berangkat bersama menggunakan motor yang berbeda supaya tidak perlu mengantar dan menjemputku, tetapi tetap saja suamiku selalu mengantarkan sampai gerbang kampus.Gus Azam akan mengantarkanku sampai kampus jika karyawannya sudah datang. Sekarang dia menjadi bos meski hanya di sebuah toko. Dia tidak perlu datang pagi-pagi dan tepat waktu untuk presensi. Aku melambaikan tangan ketika sudah sampai di kampus. Aku mengerjakan soal ujian dengan semangat karena membayangkan masakan Umi sampai-sampai membuatku ngeces, tidak sabar un
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

Kabar Gembira

Aku melihat benda kecil panjang di tanganku. Perasaanku campur aduk rasanya, bahagia sekaligus ingin menangis melihat dua garis merah di sana. “Gimana hasilnya, Sayang?” tanya suamiku setelah aku keluar dari kamar mandi. Saat ini kami sedang berada di klinik Bu Indah, letaknya tidak jauh dari pesantren. Ternyata dugaan Umi benar. Aku hamil dan sudah memasuki usia sembilan minggu. “Selamat, ya, Pak, Bu. Ini vitaminnya jangan lupa diminum.” Aku dan Gus Azam tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah. Setelah tiga tahun akhirnya kami dikaruniai seorang anak. Ada kehidupan di dalam perutku yang harus kami jaga. Kami pulang dan memberikan kabar gembira ini kepada Abah dan Umi. Semua orang terlihat bahagia, teyapi aku dikejutkan dengan kehadiran Gus Anam di sini. Dia berjalan mendekat ke arah kami. Sejenak kemudian dia memeluk suamiku. “Selamat atas kehamilan Shafia, Mas. Jaga dia, bahagiakan dia. Jangan sampai air matanya menetes lagi.” “Kamu tenang saja, semuanya aman.” Gus
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

Menjadi Seorang Ibu

Setelah bermalam di rumah sakit, akhirnya pagi ini aku diizinkan pulang. Alhamdulillah bayiku sehat, begitu juga denganku. Bertambahnya satu anggota keluarga di keluarga kami, membuat rumah menjadi ramai. Tangisan bayi selalu menggema setiap saat ketika buah hatiku menginginkan sesuatu. “Dia belum bisa ngomong, Sayang,” ucap suamiku yang selalu membantuku mengurus bayi. “Dia cuma bisa nangis.”“Aku takut, Mas.”“Tenang, lama-lama kamu akan terbiasa. Aku akan selalu menjagamu, juga bayi kita.”Terkadang aku takut ketika mendengar suara tangisan Meyda yang begitu kencang. Hatiku rasanya sakit melihat bayi kecil itu menangis hingga kulitnya memerah. Dia seperti sedang kesakitan dan aku tidak tahu bagaimana cara menenangkannya selain memberikan asi dan menimangnya. Beruntung pagi ini asiku sudah lancar. Seperti saat ini misalnya. Baru saja aku selesai memberikan asi, Meyda tertidur pulas, tetapi saat aku meletakkannya di kasur, dia kembali bangun. Sepertinya dia tidak mau lepas denganku
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Panik

Aku mencoba menyusui Meyda, tetapi dia menolak dan menangis. Kepalanya digerakkan ke kanan dan kiri seperti sedang geleng-geleng. Aku semakin panik dibuatnya ketika tangisannya semakin kencang. “Sayang, kamu kenapa?” Aku mencoba menimangnya dengan berdiri, tetapi Meyda tetap menangis. Rasanya aku ingin menangis sekalian. Aku berjalan keluar, tetapi tidak ada seorang pun di rumah ini. Ke mana mereka? Baru saja suamiku izin keluar. Ke manakah dia? Apakah Mas Azam mengantarkan Abah dan Umi? Ya Allah, apa yang harus kulakukan? “Nenek! Kakek!” Aku berkeliling dari satu kamar ke kamar lain mencari keberadaan seseorang yang mungkin bisa membantuku, tetapi sepertinya memang tidak ada orang. Padahal mereka baru saja berkumpul di rumah ini beberapa jam. Secepat itukah mereka pergi meninggalkanku? Aku kembali ke kamar dan mencoba memberikan asi lagi kepada putri kecilku, beruntung dia mau menerimanya. Aku menahan napas ketika pertama kali dia menyedotnya dengan kencang. Sungguh luar biasa r
last updateLast Updated : 2022-11-27
Read more

Firasat seorang Istri

“Fia, kamu sudah makan?” tanya Umi. “Belum, Umi. Meyda rewel terus. Nggak seperti biasanya dia tidak mau lepas begini.” “Sini coba biar sama Umi dulu.“ Lima hari berlalu dan besok adalah acara aqiqahan Meyda. Entah mengapa semenjak Gus Azam pergi ke toko, Meyda seperti sedang gelisah. Padahal sebelumnya dia tidak apa-apa meski Abinya pergi ke pondok cukup lama. Aku takut terjadi sesuatu dengan suamiku. “Kenapa nggak mau diam, ya, Fia? Biasanya kalau ditimang langsung anteng.” Aku menggeleng. “Fia tidak tahu, Umi. Hari ini dia rewel, padahal tidak panas.” Mendadak perasaanku menjadi tidak enak. Gus Azam pamit ke toko untuk mengambil beberapa bahan yang akan digunakan untuk acara aqiqah besok, tetapi sudah dua jam dia pergi dan tidak kunjung pulang. “Ya sudah, kamu makan aja. Umi sudah siapkan sayur daun katuk, biar asi kamu makin lancar dan melimpah.” Aku segera makan selagi ada Umi yang membantu menggendong Meyda. Aku merasa tubuhku semakin kurus dan tidak terawat. Lingkar mata
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

Dia Masih Mencintai Suamiku

“Sayang ... cup cup cup! Maaf Umi tinggal sebentar. Ada tamunya Abi.”Meyda menangis kencang hingga sekujur tubuhnya terlihat memerah. Putri kecilku terlahir dengan kulit yang putih, sepertinya dia mewarisi kulit Abinya. Berbeda dengan kulit putihku yang kudapat setelah mondok. Di pondok, kulitku menjadi putih karena jarang terkena sinar matahari. Aku hanya panas-panasan ketika pulang sekolah dan itu pun hanya sebentar. Meyda langsung terdiam setelah mendapatkan asi dariku. Sekarang aku sudah terbiasa jika menyusuinya. Tidak lagi terasa sakit meski lidahnya terasa sedikit kasar. Aku tersenyum melihatnya, seketika rasa khawatir itu menguap seketika. “Alhamdulillah Abi sudah pulang, Sayang, Umi jadi tenang sekarang.”Ibu menyusui tidak boleh stres karena bisa berakibat buruk. Aku harus bahagia supaya asi tetap lancar dan anak tetap sehat. Aku menyayangi Meyda lebih dari apa pun. Ah, beginikah rasanya menjadi seorang ibu?“Fia, aku boleh masuk?”Aku menoleh ke asal suara. Ternyata Usta
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Masih Cinta

“Apa aku perlu menikahimu supaya kamu tidak datang ke kehidupan Mas Azam?”“Omong kosong!”“Asal kamu tahu, aku sangat mencintai Shafia, tetapi aku tidak akan pernah membiarkan seorang pun masuk dan merusak kebahagiannya. Aku senang melihat dia bahagia bersama Mas Azam.”Aku menutup mulut mendengar percakapan mereka. Aku tidak menyangka jika Gus Anam masih memiliki perasaan itu padaku. Kupikir dia benar-benar sudah move on, tetapi ternyata aku salah. Aku harus segera kembali sebelum mereka melihatku. Aku mundur beberapa langkah dan kembali masuk ke kamar. Mereka tidak boleh melihatku. Setelah mendengar langkah kaki melewati kamarku, aku keluar seolah tidak terjadi apa-apa. Dengan langkah santai aku menuju ke kamar mandi. Ternyata di sana masih ada Ustazah Layla. “Ustazah sudah selesai?”“Sudah, silakan!” Kulihat matanya sedikit memerah meski dia sudah mencuci muka. Aku harus tenang supaya bisa menghadapi keadaan ini. Aku tidak boleh gegabah. Kupikir setelah menikah dan memiliki an
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Berbohong

“Maaf, aku lupa menutup pintunya, Sayang.” Gus Azam berjalan ke arah pintu kemudian menguncinya. Sudah menjadi kebiasaan kami selama bertahun-tahun tinggal di rumah ini. Menutup pintu kamar adalah hal yang sering terlupakan. Apalagi kami hanya tinggal berdua. Yang penting pintu depan rumah tertutup. Kecuali jika ada nenek dan kakek yang menginap, kami harus hati-hati. Namun, kali ini benar-benar di luar kendali. Manusia memang tempatnya khilaf dan lupa. “Kenapa dikunci, Mas? Masih ada Abah dan Umi. Nggak enak nanti dikira lagi ngapa-ngapain.”“Nggak apa-apa. Mau lanjutin yang tadi.”Baru saja Gus Azam mendekat, Meyda menangis kencang. Terlihat raut muka suamiku sedikit kecewa. Aku ingin tertawa, tapi kutahan. “Sabar, Mas. Tunggu aku sampai suci.”“Azam, Meyda kenapa?” Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Umi pasti khawatir mendengar cucunya yang menangis kencang seperti ini. “Digigit semut, Umi,” ujar Gus Azam sambil membuka pintu. Tanpa ada rasa bersalah, dia membohongi Umi.
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more

Melamun

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”Semua orang mendadak wajahnya memucat. Hal ini membuatku seakan berhenti bernapas. Aku teringat kecelakaan tiga tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuaku. “Fia, Umi pergi dulu. Kalian di rumah saja. Doakan semoga mereka selamat.” Umi beranjak pergi bersama Gus Anam dan Abah. Dapat kulihat mata Gus Anam memerah, tetapi dia tidak terlihat sedih melainkan sebuah amarah. Semoga mereka bisa terselamatkan. “Assalamualaikum,” ucapnya sebelum keluar dari kamarku.Aku dan Gus Azam menjawab salamnya sebelum adik iparku lenyap di balik pintu. Selepas kepergian adiknya, Gus Azam memijat pelipisnya. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. “Ada apa, Mas?”“Tidak ada apa-apa. Kamu tidak perlu khawatir. Mas hanya pusing, nanti juga sembuh kalau sudah minum obat.”“Jangan minum obat terus, Mas. Apalagi tanpa resep dokter. Coba mas periksa aja kenapa akhir-akhir ini sering sakit kepala.”Dua bulan terakhir, suamiku sering mengalami sakit ke
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

Acara Aqiqahan

Hari ini acara aqiqahan Meyda. Nanti malam ada acara pembacaan Al Barzanji. Barzanji adalah kitab sastra yang berisi sejarah Nabi dimulai dari kelahiran sampai wafatnya. Biasanya pembacaan Al barzanji hanya dilakukan di saat tertentu saja, seperti aqiqahan, khitan, dan walimatul ursy. Salah satu tujuannya yaitu menyambut kelahiran seorang bayi. “Mas, tolong ambilkan jilbabku!” “Sebentar. Mas pakai sarung dulu. Banyak sekali saudaramu yang datang.” “Kapan lagi mereka bisa berkumpul kalau tidak ada acara seperti ini, Mas?” Meski sebagai anak tunggal, aku memiliki banyak saudara sepupu. Mereka sama sepertiku yang kuliah di semester akhir. Sayang sekali aku harus cuti karena melahirkan. Beruntung aku hanya tinggal menyelesaikan tugas akhir saja. “Abah sama Umi katanya terlambat. Mereka menjenguk Kyai Abdullah dulu di rumah sakit.” “Iya, Mas. Alhamdulillah mereka masih bisa diselamatkan.” Tadi malam Gus Anam menghubungi kami. Dia mengatakan jika keluarga Kyai Abdullah selamat. Mereka
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status