Home / Romansa / Aku Padamu, Gus! / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Aku Padamu, Gus!: Chapter 91 - Chapter 100

132 Chapters

Percaya

Dengan siapa Mas Azam berbicara? Kenapa sampai bisik-bisik? Aku mencoba menenangkan Meyda supaya diam, tetapi anakku tidak mau berhenti menangis. Gus Azam menoleh dan mematikan teleponnya. “Sayang, ka-kamu ngapain?” Gus Azam terlihat salah tingkah kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku. Aku merasa dia menyembunyikan sesuatu dariku. “Aku mau menyusui Meyda, Mas. Malu kalau di depan.” Gus Azam terlihat menarik napas panjang kemudian menuju ke arahku. “Sini biar sama Mas dulu. Kali aja dia ingin diajak jalan-jalan sama Abi.”Aku menyerahkan Meyda kepada suamiku. Benar saja putriku langsung diam. Mungkin dia memang sedang ingin bersama abinya. Entah mengapa aku rasanya selalu menaruh rasa curiga kepada suamiku. Beberapa hari aku tidak menjalankan ibadah sebagai muslim. Astaghfirullah, aku terlalu sibuk dengan dunia hingga lupa akan perintah-Nya. Aku masih bisa berzikir meski tidak melakukan salat. Ya Allah ampunilah hamba-Mu ini. Mungkin setan sedang mengganggu pikiranku karena j
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Keberangkatan Umi

Setelah penyembelihan seekor kambing tadi pagi, malam ini adalah puncak acaranya. Pembacaan Al barzanji dimulai selepas Isya. Tamu undangan hadir tepat waktu, pun Abah dan Umi akan langsung berangkat ke Jakarta bersama Gus Anam. Acara selesai pukul setengah sembilan. Umi beberapa kali menciumi Meyda sebelum pergi seolah tidak ingin terpisah dengan cucunya. Meyda juga seolah tidak mau pisah dengan neneknya. Setiap kali diberikan kepadaku, dia selalu menangis. Namun, dia tenang jika bersama neneknya. “Gimana ini, Zam? Boleh ikut Umi ke Jakarta?” tanya Umi. “Boleh, wisudanya Anam ditunda 2 tahun lagi,” jawab suamiku sambil terkekeh. “Enak aja. Aku nggak mau lama-lama di sana.”Gus Anam melanjutkan kuliah S2 di Jakarta, berbeda dengan suamiku yang hanya lulusan S1. Adik iparku sudah mendapatkan amanah dari Abah jika dia yang akan meneruskan kepengurusan pondok pesantren. Gus Azam hanya akan membantu seperti sebelumnya.Gus Azam menjadi kepala madrasah Aliyah di pesantren Abah, tetapi
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Hasil Pemeriksaan

Pagi ini kami sudah bersiap ke rumah sakit untuk kontrol. Satu minggu setelah melahirkan, dokter meminta kami untuk melakukan pemeriksaan terhadap ibu dan anak. Aku juga meminta Gus Azam supaya mau melakukan pemeriksaan. Akhir-akhir ini dia sering sakit kepala, tetapi dia menghiraukannya. “Mas sudah biasa sakit kepala seperti ini, Sayang. Nanti juga sembuh.”“Nanti kapan, Mas? Aku antar ke dokter, ya?”Gus Azam menggeleng. “Tidak usah. Mas tidak apa-apa.”Dia selalu mengatakan tidak apa-apa, tetapi dapat kulihat dari raut wajahnya jika dia sering terlihat kesakitan. Meski dia bilang migrain, nyatanya sakit itu membuatku tidak nyaman. Aku tidak tega melihat suamiku seperti itu. Terkadang aku takut jika dia meninggalkanku lebih dulu. Aku terlalu bergantung padanya. Hari ini aku memaksanya untuk melakukan pemeriksaan. Aku tidak mau jika tiba-tiba dia sakit keras dan meninggalkanku. Terkadang aku berpikir jika dunia ini seperti sinetron. Aku belum siap menjadi janda jika suamiku meningg
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Semakin Cinta

“Fia, tenanglah! Meyda terbangun mendengar tangisanmu.” Aku bahkan melupakan anak yang sedari tadi berada dalam dekapanku. Dia menangis kencang mendengar perdebatan kami. “Maaf, Dokter. Kami permisi dulu.” Aku segera membawa Meyda keluar dan mencari tempat untuk memberikan asi. Aku sudah menyiapkan satu botol susu untuknya sebelum ke rumah sakit. Aku masih belum terbiasa memberikan asi langsung jika berada di tempat umum. Aku mencari tempat duduk yang sedikit sepi karena tidak ingin mengganggu orang. “Kamu marah?” tanya Gus Azam. Aku diam seribu bahasa. Istri mana yang tidak marah mengetahui suaminya berbohong? “Sayang, minum susunya, ya!” Meyda menggeleng ke kanan dan kiri, tidak mau meminum susu memakai empeng. Ini pertama kalinya aku memeras ASI untuk Meyda. “Dia tidak akan diam jika ibunya masih marah dengan suaminya.” Aku menoleh ke arah Gus Azam yang duduk di sampingku. “Apa hubungannya?” “Meyda itu buah hati kita. Dia bisa merasakan jika kedua orang tuanya sedang tidak
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Mbah Putri

Hari ini Umi sudah pulang dari Jakarta. Pagi-pagi sekali beliau sudah datang diantar Gus Anam. Sedangkan Abah tidak bisa ikut karena ada kajian di masjid. “Umi kangen banget sama Meyda, Zam. Umi udah nggak sabar mau mandiin cucu.”Umi terlihat bahagia menggendong Meyda yang sudah dilepaskan bajunya. Dia sudah siap dimandikan. “Umi udah nggak pantas dipanggil Umi lagi, sekarang sudah jadi Mbah Putri.” Gus Azam mencium pipi uminya kemudian kabur. “Azam! Tapi benar juga, ya. Sekarang Umi sudah jadi Simbah.”Aku geleng-geleng melihat kelakuan suamiku. Dia masih terlihat manja jika bersama uminya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Umi jika tahu anaknya sedang sakit. Ketika Umi memandikan Meyda, aku mempersiapkan pakaian untuk Meyda. Setelah semua siap, aku mengambil beberapa baju kotor suamiku. Dia bilang ada beberapa sarung di kamar tengah yang digunakan untuk salat di sana. Juga beberapa mukena yang habis dipakai saudara ketika acara aqiqahan kemarin. Ketika aku hendak
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Kritis

Aku melepas tangannya yang melingkar di perutku kemudian berbalik menatap ke arahnya. “Jelaskan padaku, Mas!” “Abah sudah berjanji akan menjodohkan anaknya dengan Layla, anak dari Kyai Abdullah. Aku sudah menceritakannya padamu ‘kan?” Aku mengangguk-angguk menyimak penjelasan suamiku. Ternyata perjodohan ini tidak bisa dibatalkan. Mereka sudah sepakat, tetapi suamiku sudah menikah dan tidak mau menikah lagi. “Anam yang akan menikah dengan Layla. Dengan begitu Abah tidak memiliki beban lagi. Aku yakin Abah pasti bingung memikirkan semua ini. Apalagi Kyai Abdullah sedang memburuk keadaannya. Anam akan segera menikah dengan Layla supaya perjodohan itu terlaksana.” “Tapi Ustazah Layla sukanya sama kamu, Mas.” Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan rasa sakit di hati. Mengetahui suamiku disukai wanita lain saja membuatku sesak. Apalagi jika dia menikah lagi? Kurasa aku tidak akan sanggup untuk hidup di dunia ini lagi. “Dan aku hanya mencintaimu. Selamanya hanya kamu.” “Janji?” Aku
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Tidak Ingin Dimadu

“Aku tidak ingin poligami, Abah. Memiliki dua istri itu tidak mudah. Satu saja sering membuatku pusing.”Aku menyenggol lengan suamiku. Kenapa dia pakai acara bilang gitu segala di depan Abah dan Umi. Aku memang tidak mau dimadu, tetapi tidak harus menjadikanku sebagai kambing hitam.Di awal pernikahan kami, aku memang belum memiliki perasaan pada suamiku. Kupikir aku tidak akan sejauh ini, nyatanya menikah dengannya membuatku jatuh hati juga. Bahkan sudah ada anak di antara kami.“Abah mohon, Zam!”“Tidak bisa, Abah. Belum kering luka jahitan Fia dan Abah memintaku menikah?” Gus Azam menggeleng. “Aku tidak akan melakukannya, Abah!”Mendadak keadaan menjadi hening. Semua orang diam dalam pikirannya masing-masing hingga Gus Anam mengeluarkan suara. Apakah dia akan mengatakan jika dia ingin menikahi Ustazah Layla untuk menyelamatkan keluarga kecilku?“Biarkan Anam yang menikahi Layla, Abah. Bukankah Abah hanya berjanji akan menjadikan Layla sebagai menantu? Menikah denganku juga bisa me
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Terlalu Buru-buru

“Aku pergi dulu, Mas. Mungkin lebih baik aku segera menemui Layla,” ucap Gus Anam kemudian beranjak dari duduknya.Setelah berbincang cukup lama dengan kakaknya, Gus Anam akhirnya memutuskan untuk segera ke rumah sakit menemui Ustazah Layla. Dia harus segera melamar gadis itu supaya mau menikah dengannya. Gus Anam memang tidak mencintainya, tetapi dia sudah memantapkan diri untuk menyempurnakan separuh agama bersama Ustazah Layla. “Aku menikahinya dengan niat ibadah, Mas. Aku juga ingin memiliki keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah seperti kalian.”“Jika kamu sudah memilih, Mas hanya bisa mendoakan.” Gus Azam menepuk bahu sang adik kemudian memeluknya. “Semoga berhasil.”Gus Anam pergi sendiri ke rumah sakit. Dia bilang ingin memastikan dulu kepada Ustazah Layla sebelum meminta Abah dan Umi melamarnya secara langsung. Awalnya aku tidak menyetujuinya, tetapi setelah mengetahui niat baiknya, tidak ada alasan untuk melarangnya. Aku teringat kelakuan adik iparku ketika kuliah dulu.
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

Mertua Jahat

“Lepas!” ucapku ketiga Gus Azam menarik kasar lenganku. “Aku ini istrimu, Mas? Kenapa kamu sembunyikan semuanya dariku? Sudah tiga tahun kita menikah, tetapi kenapa kamu tidak pernah jujur padaku? Kamu anggap aku ini apa, Mas?”“Fia, maafkan Mas. Bukannya aku tidak jujur padamu. Aku hanya ingin mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya.”Suamiku selalu mengatakan jika dia harus menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya, tetapi jika aku tidak mendengarnya secara langsung, apakah dia akan jujur padaku? Bahkan kepada keluarganya saja dia tidak pernah jujur. “Sampai kapan, Mas? Sampai kamu tiba-tiba pergi meninggalkanku?” Pecah sudah tangisku. Selama ini kutahan agar tidak menangis karena ibu menyusui tidak boleh terlalu stres. “Aku tidak ingin kehilanganmu, Mas!”Gus Azam merengkuh tubuhku dalam peluknya. “Aku tidak akan meninggalkanmu. Semua ini bisa diobati, Sayang. Aku akan sembuh.”Penyakit Gus Azam bisa dikatakan belum parah, tetapi jika keterusan dan dibiarkan akan membua
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

Kecelakaan

Aku memunguti pecahan piring yang jatuh di depanku, tetapi jariku tertancap beling. Ah, rasanya perih sekali. Terlihat darah mengalir di ujung jari telunjukku. Rasanya tanganku seperti kesemutan. Beruntung aku selalu sedia plester luka yang kuletakkan di atas kulkas. Aku segera membersihkan lukanya kemudian memberikan obat dan menutupnya dengan plester. Meski sudah kubereskan piringnya, entah mengapa perasaanku masih gelisah. Aku berjalan ke depan melihat Meyda. Dia masih aman bersama Abah dan Umi. Segera kuambil ponsel dan menghubungi suamiku. Semoga apa yang kutakutkan tidak terjadi padanya. Panggilan terhubung, tetapi tidak ada jawaban darinya. Mungkin saja dia masih di jalan. Aku beristighfar beberapa kali supaya pikiranku tenang, tetapi perasaanku semakin kacau. Hal-hal negatif mulai membayangiku. “Ya Allah, semoga tidak terjadi apa-apa dengan suamiku.”Aku duduk di sisi ranjang sambil sesekali melihat layar ponsel. Tiba-tiba nama Gus Azam muncul di layar ponsel. Aku segera m
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status