Aku menangis kencang hingga membuat Meyda terbangun. Kini aku bingung antara anak dan suamiku. Gus Azam pingsan dan Meyda menangis, tetapi tidak ada orang di rumah. Kuletakkan kepala suamiku dengan pelan di lantai. Segera kuambil Meyda dan menimangnya. Aku bingung harus melakukan apa sekarang. “Mas! Bangun!”Aku menepuk-nepuk pipi suamiku, tetapi dia bergeming. “Ya Allah, sadarkanlah suamiku. Mas Azam, bangun! Kami membutuhkanmu, Mas!”Aku tidak mungkin menghubungi Gus Anam. Dia pasti masih sibuk. Akhirnya kuputuskan menghubungi Mas Faiz. Aku akan memintanya datang ke rumah. Kuambil ponsel dan meminta anak buah suamiku untuk segera datang. “Tutup saja tokonya, Mas. Mbak mohon segera datang ke rumah. Mas Azam pingsan.”“Tenang, Mbak. Aku akan segera ke rumah.”Kututup telepon dan kembali menggoyangkan bahu Gus Azam, tetapi tidak ada respon sama sekali. Kuletakkan jari telunjukku di hidungnya, beruntung dia masih bernapas. Meyda yang kutimang sedari tadi kembali tidur. Dia hanya ka
Last Updated : 2022-12-21 Read more