Bakda Zuhur, aku membangunkan Gus Azam. Kami harus bersiap untuk berangkat ke rumah Kyai Abdullah. Saudara Abah dan Umi pun sudah hadir semua. “Mas, bangun!” Aku mengguncang-guncangkan tubuh suamiku, tetapi dia bergeming. “Mas! Bangun, Mas!” Berkali kucoba, tetapi Gus Azam tak bergerak. Aku mengecek denyut nadinya, ternyata masih normal. Pun jantungnya masih berdetak. Kuletakkan tanganku ke hidungnya, dia masih bernapas. “Mas, bangun! Jangan bikin aku khawatir.” Sekali lagi aku mengguncang tubuhnya, tetapi dia masih tidak bangun juga. “Ya Allah .... Bagaimana ini?” Meyda sudah tidur di kamar Umi. Sengaja diletakkan di sana supaya tidak mengganggu abahnya. Kini malah Gus Azam yang keenakan. Aku melihat air di gelas sisa dia meminum obat. Kuambil gelas itu dan hendak menyiram wajah Gus Azam, tetapi tanganku digenggam erat olehnya. Beberapa saat kemudian dia bangun dan tertawa. “Takut banget kalau aku nggak bangun.” “Mas Azam!” kuletakkan gelas kembali ke meja kemudian duduk di sa
Last Updated : 2023-01-03 Read more