Home / Romansa / Aku Padamu, Gus! / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Aku Padamu, Gus!: Chapter 71 - Chapter 80

132 Chapters

Layla

Gus Anam tertawa hingga memegangi perut. “Oke, aku antar!”Gus anam berjalan di depan dan aku mengikuti dari belakang menjaga jarak dengannya. Aku tidak mau terlalu dekat dengannya setelah mengetahui kebenaran ini. Aku harus mencari cara supaya bisa menjauh darinya, tetapi bagaimana caranya?Di tengah kebingunganku, Gus Anam tiba-tiba berhenti hingga membuatku menabraknya dari belakang. Aku memegang keningku yang sebenarnya tidak kenapa-kenapa. Dia berbalik dan memegang kedua bahuku. Namun, tiba-tiba terdengar suara Gus Azam dari kejauhan. “Fia!” Aku segera melepaskan tangan Gus Anam dan berlari menghampiri suamiku. “Hei, jangan lari! Kamu bukan anak kecil lagi,” ucap suamiku. Aku mencium tangan suamiku begitu sampai di depannya. “Mas Azam kenapa lama sekali?”“Lama?” tanyanya kemudian mengecek jam di tangan kirinya. “Bukankah kamu baru saja keluar?” Gus Azam mengerutkan dahi.“Iya, Mas. Aku baru keluar. Ternyata aku tidak bisa lama-lama jauh darimu.” Aku merutuki kebodohanku send
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Fakta Mengejutkan

Aku yang merasa tidak dibutuhkan ingin pergi dari tempat ini, tetapi Gus Azam menahan tanganku. Dia menggeleng dan mengajakku duduk di sampingnya. Tanganku mulai berkeringat dan gugup karena suasananya sangat canggung. Semua orang diam menatap Layla dan diriku bergantian. Aku menunduk kala ibunya Layla tersenyum menatapku. Gus Azam menggenggam tanganku seolah berkata semua akan baik-baik saja. Namun, pikiranku mulai berkelana ke mana-mana. Aku takut jika suamiku dipaksa menikahi Layla, anak dari sahabat ayahnya. Aku tidak mau dipoligami meski hal itu sering terjadi di kalangan ustaz. “Azam, Shafia, selamat atas pernikahan kalian. Kami cukup terkejut mendengar berita ini karena terkesan mendadak. Bahkan Layla yang satu sekolah denganmu saja tidak mengetahuinya. Kami minta maaf sebelumnya jika kedatangan kami ini menganggu. Namun, saya di sini sebagai orang tua cukup terpukul melihat putri kami yang selalu bersedih setiap hari. Layla mencintai Azam sejak lama, tetapi ....” Ayah Layla
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Suamiku Mengetahuinya

Gus Azam merebahkan tubuhnya di kasur. Dia menepuk bahunya, memintaku berbaring di sampingnya. “Apa dengan begitu kalian tidak akan bertemu di kampus?” tanya Gus Azam. Dia menatapku begitu lekat. “Setidaknya kami tidak terlalu dekat, Mas. Aku sama dia ‘kan beda jurusan, Mas. Lagian dia udah mau lulus.”“Tetep aja bakal ketemu, Sayang. Kita tinggal di sini aja nemenin Umi. Kasihan Umi kalau menantu kesayangannya ini pergi. Kamu tidak perlu menghiraukan ucapannya. Dia hanya bercanda. Aku memintanya melindungimu, dan dia melakukan dengan caranya sendiri.”Aku akan lebih nyaman tinggal di rumah tanpa memiliki beban perasaan. Hanya ada suamiku di sana, hanya dia yang menjadi prioritas utamaku. Aku pun bebas bisa tinggal di rumah sendiri.Bagaimana mungkin aku hidup satu rumah dengan dua orang laki-laki yang mencintaiku? Di satu sisi aku harus taat kepada suami, tetapi di sisi lain aku takut menyakiti perasaannya. Meskipun dia bilang adiknya hanya bercanda, tetapi aku melihat ada keserius
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Darah

Sesampainya di kampus, kami turun bersama. Meski tanpa bergandengan tangan, semua orang tahu dan mengira kami adalah pasangan kekasih. Gus Anam membukakan pintu belakang. Aku sengaja duduk di belakang karena menjaga perasaan suamiku. Setelah keluar, kami berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih, hanya saja kami tidak bergandengan tangan. Dia selalu mengantarkanku sampai kelas, baru setelah itu dia ke kelasnya. Entah mengapa rasanya hari ini aku tidak bersemangat. Aku sering merasa pusing dan sedikit mual. Mungkin karena hujan tadi malam dan hawa dingin membuatku masuk angin. Apalagi mencium pengharum mobil milik Gus Anam tadi pagi, mati-matian aku menahannya agar tidak muntah. Namun, kali ini aku sudah tidak bisa menahannya. Istirahat pertama aku meminta Linda mengantar ke kamar mandi. Aku ingin muntah, tetapi tidak ada yang bisa keluar dari perutku. “Sakit banget, Nda!”“Ya sudah, kita ke kantin saja, yang lain sudah menunggu di sana,” ajak Linda. Aku memiliki banyak teman
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Kehilangan

Rasa sakit di perutku semakin menggila. Aku memang sering mengalami nyeri ketika haid, tetapi kali ini rasanya teramat sakit. Linda segera menghubungi Gus Anam melalui ponselku. Kami menjadi pusat perhatian karena di kantin sedang ada banyak orang.“Kak Anam, buruan ke kantin, Shafia jatuh.”Tanpa menunggu lama, Gus Anam datang bersama dua teman lelakinya. Dia segera membopongku ala bridal style tanpa menunggu persetujuanku. Aku yang sudah lemas tidak bisa menolak perlakuannya. “Bertahanlah, Fia!”“To ... looong, Gus! Perutku sangat sakit.” Aku memegang perut yang terasa amat nyeri. Gus Anam terlihat cemas. Bulir keringat mulai bermunculan dari keningnya dan sesekali jatuh menetes. “Kamu tenang, ya! Aku akan segera menghubungi Mas Azam,” ucapnya meyakinkanku.Gus Anam hendak membawaku ke ruang kesehatan, tetapi aku memintanya langsung ke rumah sakit, takut jika dugaanku benar. Bodohnya diriku yang terlambat menyadari semua ini. Pikiranku jauh menerawang ke sana. Bagaimana jika sua
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Meminta Maaf

Dokter menjelaskan jika aku bisa pulang malam ini setelah keadaanku membaik. Calon janin dalam rahimku sudah tak berbentuk ketika aku sampai di rumah sakit. Gumpalan daging itu sudah hancur dan tidak bisa diselamatkan lagi. Calon buah hatiku, buah cintaku dengan Gus Azam kini hanya tinggal kenangan. “Fia, maafkan aku. Sungguh aku benar-benar minta maaf membawamu masuk dalam kehidupanku hingga membuatmu menjadi korban.” Gus Anam akhirnya mengeluarkan suara meskipun Gus Azam memberikan tatapan mata tajam, sepertinya mereka sedang tidak akur. “Aku benci kamu, Gus!” ucapku hingga membuat Gus Anam pergi.Aku membenci diriku sendiri yang tidak bisa menjaga diri. Andaikan aku bisa melawan perempuan itu, andaikan aku bisa melindungi diriku, semua itu tidak akan terjadi padaku. Andaikan, andaikan, dan andaikan. Semuanya sudah terjadi dan aku tidak bisa berandai-andai.Aku kembali berbaring dan istirahat setelah Gus Anam pergi. Kini tinggal kami berdua yang masih tinggal di ruangan ini. Gus A
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Kembali ke Rumah

Aku segera menarik tanganku dari Gus Anam. Kulihat sorot mata suamiku menunjukkan kemarahan. Aku menunduk tidak berani menatap suamiku. Kami tidak melakukan apa-apa, tetapi seolah seperti pasangan yang ketahuan selingkuh. “Apa yang kamu lakukan pada istriku?” tanya Gus Azam pada adiknya. “Aku tidak melakukan apa-apa padanya, hanya meminta maaf. Bukankah Mas Azam yang memintaku untuk minta maaf kepada Shafia?”“Kenapa sampai pegangan tangan?”“Aku khilaf!”Aku semakin menunduk karena merasa tidak bisa menjaga diri. Sebelumnya aku sudah mengatakan pada suamiku jika adiknya menyukaiku, tetapi dia pikir aku ini terlalu polos karena percaya dengan adiknya yang suka bercanda. Sekarang dia bisa melihat sendiri apa yang adiknya lakukan padaku. “Beresi barang-barang kita! nanti sore pindah ke rumah orang tuamu!” Kulihat wajah adik iparku tampak terkejut, begitu juga denganku. Aku tidak menyangka Gus Azam akan berubah pikiran secepat ini. Padahal aku sudah mengajaknya pindah semenjak menge
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

Istirahat

Kami tiba di rumahku pukul empat sore dan sudah membeli makanan untuk makan malam. Umi sengaja mengajak datang lebih awal supaya bisa membantu membereskan rumah yang berbulan-bulan tidak dihuni. Meskipun setiap tiga hari sekali ada orang yang membereskan rumah, tetapi di musim panas ini banyak sekali debu yang berterbangan masuk ke dalam rumah.“Ayo Umi bantu, Sayang,” ujar Umi sembari menenteng tas kecilku yang berisi perlengkapan mandi dan skin care. “Fia bisa sendiri, Umi. “ Aku meletakkan beberapa sabun, sikat dan pasta gigi di kamar mandi. Setelah itu aku pergi ke kamar mengganti sprei dan merapikan kamar tidurku. Umi meminta Gus Anam untuk membawakan koper kecil kami, tetapi suamiku merebutnya. “Kamu bantu ngepel saja! Biar aku yang bantu Shafia.” Gus Azam memberikan alat pel yang dia pegang kepada adiknya.Aku terkekeh melihat kelakuan Gus Azam dan adiknya. Mereka sebenarnya saudara yang baik, tidak pernah menyakiti satu sama lain dan saling mengasihi. Aku tidak ingin hubung
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

Indah Pada Waktunya

“Assalamu’alaikum ....” Aku mengucap salam ketika masuk rumah. Kakek dan Nenek baru datang tadi pagi, tetapi aku tetap berangkat kuliah karena ada ujian semester. “Nenek masakin sayur kesukaanmu, Fia,” ujar Nenek setelah menjawab salam. “Wah, makasih, Nek. Kakek di mana?” Kulihat nenek duduk sendirian di depan televisi menonton berita kriminal.“Di belakang, lihat kolam ikan yang baru. Katanya Kakek juga kepingin melihara ikan.”Aku terkekeh mendengarnya. Di usia senja ini Kakek sudah menghabiskan waktunya untuk memelihara burung, belum lagi ternak bebeknya. Sekarang malah menginginkan ikan, bagaimana dengan hewan yang ada di rumah?“Nanti bebeknya bagaimana, Nek?”“Disembelih saja pas lebaran nanti, buat rica-rica.”Nenek memelukku erat, tidak menyangka jika aku bisa menjadi gadis yang mandiri sesuai keinginan kedua orang tuaku. Dua tahun sudah aku tinggal di rumah peninggalan orang tuaku. Nenek dan Kakek sering berkunjung juga pakde dan budeku. Mereka semua senang akhirnya aku bi
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Opor Ayam

“Nanti Mas kerja apa?”“Mas ‘kan udah jadi bos di pasar meskipun hanya toko kecil. Mas juga masih bisa membantu mengajar di pesantren Abah. Mas tidak akan berhenti mengamalkan ilmu.”Suamiku tetaplah manusia biasa, selain Bertanggung jawab sebagai kepala keluarga, dia juga mengamalkan ilmunya sebagai seorang muslim.Aku tidak tahu harus sedih atau bahagia, tetapi sekarang Gus Azam mengelola toko Ibu yang di pasar. Dia kembangkan menjadi toko besar yang menjadi pusat grosir sembako. Sekarang toko Ibu tidak hanya satu kios, melainkan genap tiga kios. Sebentar lagi lantai dua siap dihuni setelah melakukan renovasi selama lima bulan. Gus Azam membeli dua ruko yang bersebelahan dengan toko Ibu. Kebetulan sudah tutup semenjak masa pandemi. Seperti biasa aku menyiapkan makanan untuk suamiku setiap pulang kuliah. Jika tidak sempat memasak, aku akan membeli sayur dan lauk di warung, tetapi hari ini ada Nenek dan Kakek. Mereka membawa beberapa sayuran yang ditanam di kebun. Kuambil sayur tewe
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status