“Tidak apa-apa, Ning. Maaf, kami yang salah karena jalan tanpa melihat ke depan.” Mereka sepertinya baru pulang sekolah, pasti terburu-buru karena harus salat jamaah dan madrasah diniyah.Aku mengambil kitab yang jatuh dan memberikannya kepada gadis itu. “Enggak, aku yang salah,” ucapku sembari tersenyum.“Makasih, Ning,” ucapnya kemudian kubalas dengan anggukan. Semenjak menjadi menantu pemilik pesantren ini, banyak santriwati yang memanggilku ‘Ning’. Mereka semua menghormatiku, berbeda sekali ketika aku masih menjadi santri. Aku melanjutkan perjalananku menuju rumah, tetapi langkahku terhenti ketika mendengar beberapa santriwati yang tertawa di ujung gerbang pondok. “Kasihan banget Shafia, dulu sukanya sama adiknya, eh malah dapat kakaknya.” Seorang santriwati tertawa hingga tubuhnya berguncang seolah itu sebuah lelucon. “Mending kakaknya, lah. Lebih ganteng, tapi sayang kaku banget,” celetuk salah seorang santriwati lain hingga membuat santriwati yang lain tertawa. “Enggak b
Last Updated : 2022-11-08 Read more