Home / Rumah Tangga / Aku Bukan Satu-Satunya / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Aku Bukan Satu-Satunya: Chapter 51 - Chapter 60

94 Chapters

Aku Mau Itu, Bram!

“Luna ....” Amira meneriaki nama sahabatnya, Luna pergi begitu saja saat Bram hanya diam tidak menjawab pertanyaannya.Amira berusaha mengejar sahabatnya itu, tetapi Luna lebih dahulu masuk ke dalam taksi. Amira membenarkan hijabnya yang terhembus angin, dia balik badan melihat Bram yang masih berdiri sambil memandangi taksi yang membawa Luna pergi.Amira menghampiri Bram, dia merasa tidak enak hati atas sikap sang sahabat yang memusuhi Bram. Sepertinya Bram juga mengerti dengan sikap Luna ini, karena dia juga Luna bersikap kasar bahkan membenci Bram.“Aku tidak apa-apa,” kata Bram padahal Amira melihat bahwa pria di depannya ini merasa kecewa.“Maafkan Luna, ya.”“Memang salahku dia bersikap seperti itu.” Bram tersenyum kecut. Dia baru menyadar bahwa Luna sangat membencinya.Amira tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak punya hak untuk ikut campur ke dalam masalah Luna dan Bram meskipun dirinya adalah sahabat Luna. Pasti Luna tidak akan senang jika Amira berusaha membuat hubungan Luna
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Aku Tidak Ingin Kembali

“Apa kamu serius?” tanya Bram untuk yang kesekian kalinya.Amira hanya menganggukkan kepala dan senyum di bibirnya begitu lebar. Tangan kanannya mematut di depan bibir, dan bibirnya mengulum es krim cokelat dengan topping chocochip di atasnya.Amira terkekeh kecil saat melihat Bram ragu-ragu menaiki jungkat-jungkit yang sama seperti Amira duduki saat ini. Keduanya saling berhadapan, kaki Bram yang panjang sangat mudah menapaki tanah. Amira sangat riang karena keinginannya dikabulkan oleh Bram, bermain di alun-alun kota sembari memakan es krim cokelat dan menaiki permainan yang ada di alun-alun kota ini.Bram tidak menyangka permintaan Amira sangat sederhana, bahkan tidak terpikirkan di otak Bram bahwa Amira hanya meminta sebungkus es krim corn. Kalau pun bisa Bram akan membelikan semua es krim yang ada di mini market tadi, tetapi Amira melarang dan hanya mengambil satu es krim corn rasa cokelat.“Bagaimana seru kan?” Amira menyunggingkan bibirnya.“Aku bisa membawamu ke tempat yang le
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

Tinggallah Di Sini Selamanya

“Bu, bagaimana kalau kita pindah saja?” Amira duduk di tengah ayah dan ibunya yang sedang menonton televisi.Arif dan Mina menatap putri satu-satunya itu dengan tatapan bertanya-tanya. Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba Amira mengusulkan untuk pindah rumah. Padahal sebelumnya mereka tampak baik-baik saja di rumah pamannya ini.“Amira tidak enak terus-menerus tinggal di rumah Paman. Pasti mereka tidak nyaman dengan kehadiran kita,” ungkap Amira menjelaskan kegundahan di hatinya.Memang benar paman dan bibinya mengizinkan Amira dan kedua orang tuanya untuk tinggal di rumah ini, tetapi paman dan bibinya juga ingin menghabiskan masa-masa berdua tanpa ada yang mengganggu mereka. Amira tidak enak hati jika harus mengusik kehidupan pribadi paman dan bibinya.“Ngomong apa kamu, Mira.” Sang bibi ikut menimpali ucapan Amira. Hanum yang dari arah dapur tak sengaja mendnegar Amira berbincang dengan kedua orang tuanya, kontan Hanum menghampiri ruang keluarga untuk membantah perkataan ponakannya
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Penyembuh Luka Hati

“Kamu mau membawaku ke mana, Bram?” tanya Amira sedikit panik, sedang matanya ditutup kain. Amira berjalan sembari memegangi baju belakang Bram yang kini berjalan di depannya. Amira tidak tahu apa yang ada di depan sana dan dia tidak tahu sedang berada di mana saat ini. Bram tiba-tiba membawanya ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh Amira. Katanya sebuah kejutan, tetapi belum saja Amira tahu degup jantungnya berdetak kencang. Di dalam hatinya Amira membatin bahwa Bram tidak menyakitinya, tiba-tiba saja ucapan sang ibu terngiang-ngiang di kepala Amira. Entah apa yang akan Bram lakukan, Amira berusaha percaya terhadap pria itu. “Bram?” “Ikuti saja langkahku, kau akan aman saat bersamaku,” ucap Bram meyakinkan Amira. Amira pun menuruti ke mana langkah kakinya berjalan. Tak berapa lama, Amira mendengar suara riak-riuh air yang mengalir. Angin sepoi-sepoi berhembus kencang dan menerpa wajah Amira, anginnya membuat suasana menjadi sejuk, tetapi sesekali membuat tubuh Amira menggigil
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

Dijemput Pengacara

“Amira,” teriak seseorang yang membuat Amira menghentikan langkahnya.Amira menghadap ke sumber suara, kerut di dahinya terlihat jelas karena berusaha melihat seseorang yang kini tengah berlari ke arahnya. Amira tersenyum lebar kala seorang pria tengah tersenyum sembari membawa bungkusan kecil yang entah apa isinya.Pria itu berdiri tepat di depan Amira sembari menyodorkan bungkusan yang dibawanya. Amira tertawa kecil, pria itu sangat perhatian padanya. Apa yang Amira inginkan selalu dikabulkan, padahal Amira tidak banyak meminta dan tidak menuntut kepadanya.“Kamu ke sini lagi?” tanya Amira sekaligus menerima pemberian dari Bram. “Terimakasih.”“Aku sudah berjanji padamu bukan, aku akan menjemputmu saat pulang kerja,” balas Bram sedang wajahnya merona cerah.Amira menengok ke kanan dan ke kiri, takut-takut ada Luna yang bisa membuat kesalah pahaman diantara mereka. Amira menarik lengan baju Bram untuk menepi di balik tembok gedung. Bukan niat Amira untuk bersembunyi di belakang Luna
last updateLast Updated : 2023-04-10
Read more

Kecewa Yang Tak Berujung

Alan menggenggam ponselnya sangat erat, buku-buku jarinya terlihat memutih. Wajahnya berubah merah padam-memendam amarah di dadanya. Alan berjalan tergesa-gesa menuju mobil yang ia parkir tepat di depan perusahaan tempat Amira bekerja.“Alan tunggu.” Luna menarik lengan baju Alan, mereka berdua berhadapan saat ini. Luna pun turut khawatir dengan apa yang akan Alan lakukan.“Jangan gegabah, bisa jadi itu bukan ....”Plak...Alan menepis tangan Luna, pria itu menarik napas lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Dia berusaha mengontrol diri dan tidak ingin terpancing dengan berita sesaat. Benar apa yang diucapkan Luna bahwa dirinya tidak boleh gegabah. Alan pun berjalan asal dan entah siapa yang akan ia datangi untuk melampiaskan amarahnya ini.Yang ada di otak Alan, bahwa dia harus mencaritahu apa yang telah terjadi antara Amira dan Bram. Alan berpikir bahwa hubungan Amira dan pria itu lebih jauh dan mendalam. Bisa jadi Amira hanya beralasan untuk pergi dengan bibinya ke mall dan sebagai
last updateLast Updated : 2023-04-12
Read more

Jangan Asal Bicara, Mas!

“Ada urusan apa kamu ke mari?” tanya Bram saat Alan baru saja sampai di halaman vilanya.Alan menutup pintu mobilnya sangat keras sampai menimbulkan bunyi bedebum yang nyaring. Alan menghampiri Bram dengan langkahnya yang tergesa-gesa, Bram hanya mengerutkan dahi karena wajah Alan terlihat sangat marah.Brugh ...Satu pukulan keras melayang di pipi Bram. Bram sampai terhuyung menabrak tiang lampu di belakangnya. Tak terasa sudur bibirnya kini mengalir darah segar, Bram menyeka darahnya yang masih basah. Bram mulai tersulut emosinya, tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba Alan memukulnya tanpa alasan yang jelas.Alan maju selangkah lagi mendekati Bram, untung saja Bram dengan pertahanannya yang kuat bisa menangkis lengan Alan yang hendak memukulnya lagi. Bram mendorong tubuh Alan, sebisa mungkin dia mengontrol emosinya yang juga meletup-letup.“Apa-apaan ini?” Bram berteriak nyaring, “Cuih....” Dia meludahkan darah yang masuk ke dalam mulutnya.“Aku tidak ada urusan denganmu.” Bram menun
last updateLast Updated : 2023-04-15
Read more

Hubungan Dengan Yang Lain

“Mas Alan berubah.” Amira menggelengkan kepalanya karena kecewa. Amira balik badan, rasanya tidak ada gunanya berbicara dengan Alan. Pria itu tidak akan pernah mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya terhadap Bram. Amira jengah sekaligus lelah terus menerus berdebat dengan Alan. Tidak ada gunanya lagi, Amira harus meminta maaf kepada Bram karena kesalahan yang telah diperbuat suaminya itu. Alan sudah keterlaluan, maka Amira akan menebus kesalahannya itu karena pastinya Alan tidak akan mau meminta maaf kepada Bram. Amira tidak ingin menambah musuh, meskipun ia tahu bahwa Bram bukan seseorang pendendam. Namun, setidaknya Amira meminta maaf dengan tulus. “Amira, mau ke mana kamu?” Alan menarik lengan Amira, secepat mungkin Amira menepis tangan Alan dari lengannya. “Minta maaf,” katanya tanpa menatap wajah Alan. “Apa?” “Aku akan minta maaf dengan tulus, Bram orang yang baik dan selalu membantuku. Aku tidak ingin membuat dia kecewa karena kelakuanmu ini, Mas,” lanjut Amira semakin
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more

Wanita Yang Disukainya

“Kamu ngapain di sini?” Amira terkejut karena Luna berdiri di depan pintu rumahnya.Amira membuka lebar-lebar pintu rumah agar Luna bisa masuk ke dalamnya, Amira sampai penasaran karena pagi-pagi sekali Luna mampir ke rumah pamannya ini. Luna masuk begitu saja saat Amira mempersilahkannya masuk, tak lupa menengok ke kanan dan ke kiri mencari paman dan bibi Amira yang tidak tampak sosoknya.“Paman dan bibi lagi keluar ke pasar. Ada apa, Lun?” tanya Amira lagi karena pertanyaan sebelumnya belum dijawab.“Ayo kita jalan.” Amira mematut lekat-lekat wajah sahabatnya. “Anu... Aku ingin berbelanja, temani aku ya....”Amira mendesah panjang, dia melihat jam di dinding, masih jam enam pagi dan ini terlalu dini untuk pergi ke pusat perbelajaan. Amira memilih duduk di sofa sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Luna pun mengikutinya dan bergelayut manja pada lengan sahabatnya itu. Luna memohon agar Amira mau ikut dengannya pergi ke mall.“Ayolah, kita berdua baru mengalami kejadian
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more

Anak Tanpa Ayah

‘Tok... Tok...’Pintu ruang kantor Amira diketuk dari luar, beberapa orang pun menghadap ke arah pintu untuk melihat siapa orang yang ada di luar sana. Saat pintu dibuka, Pak Satpam yang berjaga di lobi perusahaan memunculkan wajahnya. Amira, Luna dan rekan-rekannya yang lain turut penasaran dengan hadirnya Pak Satpam tersebut.“Ada Mbak Amira?” tanya Pak Satpam sembari kedua netranya mencari sosok yang dituju.“Ada apa ya, Pak?” Amira pun bersuara, dia pun angkat tangan agar Pak Satpam bisa menemukannya.“Oh itu, ada tamu di bawah ingin bertemu dengan Mbak Amira.”“Nanti saya turun ya, Pak.”Setelah Pak Satpam pergi dari ruangan kantor, Amira berkutat kembali pada komputernya. Dia harus menyelesaikan terlebih dahulu tugas yang diberikan oleh ketua tim. Tinggal sedikit lagi Amira harus menyelesaikannya sekarang juga, lalu mengirimkan email kepada ketua timnya. Amira bangkit setelah dirasa semuanya sudah beres.“Kabari aku jika ada pekerjaan tambahan, ya,” ucap Amira pada Luna yang dud
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status