Share

Anak Tanpa Ayah

Author: Rose Bloom
last update Last Updated: 2023-05-01 09:18:40

‘Tok... Tok...’

Pintu ruang kantor Amira diketuk dari luar, beberapa orang pun menghadap ke arah pintu untuk melihat siapa orang yang ada di luar sana. Saat pintu dibuka, Pak Satpam yang berjaga di lobi perusahaan memunculkan wajahnya. Amira, Luna dan rekan-rekannya yang lain turut penasaran dengan hadirnya Pak Satpam tersebut.

“Ada Mbak Amira?” tanya Pak Satpam sembari kedua netranya mencari sosok yang dituju.

“Ada apa ya, Pak?” Amira pun bersuara, dia pun angkat tangan agar Pak Satpam bisa menemukannya.

“Oh itu, ada tamu di bawah ingin bertemu dengan Mbak Amira.”

“Nanti saya turun ya, Pak.”

Setelah Pak Satpam pergi dari ruangan kantor, Amira berkutat kembali pada komputernya. Dia harus menyelesaikan terlebih dahulu tugas yang diberikan oleh ketua tim. Tinggal sedikit lagi Amira harus menyelesaikannya sekarang juga, lalu mengirimkan email kepada ketua timnya. Amira bangkit setelah dirasa semuanya sudah beres.

“Kabari aku jika ada pekerjaan tambahan, ya,” ucap Amira pada Luna yang dud
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Susi Dayanti
next, di tunggu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Ada Aku Selamanya Di Sini

    “Akan aku ceraikan kamu, Mas,” gumam Amira dengan suara lirih.Amira berjalan hampir setengah berlari bahkan air matanya terus mengalir tak peduli ada banyak pasang mata yang kini sedang melihatnya. Berulang kali dia menyeka air matanya, tetapi terus saja mendesak untuk keluar. Pernyataan Kayla yang baru saja ia dengar membuat hatinya benar-benar terluka.Jatuh cinta pada pandangan pertama, lalu akhirnya menikah dan akan memiliki anak, bagaimana dengan nasib Amira? Alan tidak memikirkan perasaannya padahal tahu bahwa Amira sangat mengharapkan hidup dengan Alan, pria yang dicintainya. Rupanya Alan tidak peduli bagaimana sakitnya dikhianati.Amira akan mewujudkan impian Alan dan Kayla yang katanya ingin hidup bahagia. Tidak peduli ada orang lain yang menderita akan perbuatan mereka berdua, Amira janji bahwa dia tidak akan berpaling dengan rayuan Alan lagi.“Mir, mau kopi?” Luna yang tidak sengaja berpapasan dengan Amira, kontan membelalakkan kedua matanya karena melihat wajah Amira semb

    Last Updated : 2023-05-02
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memilih Diantara Kita Berdua

    “Aku bisa antar kamu pulang.”Amira hanya menggelengkan kepala saat Luna menawarkan diri untuk mengantar Amira pulang ke rumah menggunakan motornya. Amira tidak ingin merepotkan Luna karena sahabatnya itu selalu saja membantunya. Sudah berapa kali Amira menyusahkan Luna sejak ia pindah ke rumah paman dan bibinya. Amira pikir dia harus hidup mandiri dan bisa saja pesan taksi untuk pulang nanti.“Aku terlalu menyusahkanmu, ya?” Amira tersenyum kecut, memang ucapannya benar, tetapi lihat saja sahabatnya itu tidak akan mau mengakui itu.“Tidak pernah, jangan bilang seperti itu.” Luna bersendekap di depan dada, dia sangat kesal karena Amira menolak tawaran baiknya ini.“Aku seperti tidak ada gunanya menjadi seorang sahabat,” keluh Luna dengan sorot matanya yang redup.Amira membelalakkan kedua matanya, menurutnya dialah yang tidak berguna sebagai seorang sahabat karena selalu menempatkan Luna pada posisi sulit. Amira terlalu banyak menangis dan meratapi hidupnya yang sulit, dan selama ini

    Last Updated : 2023-05-02
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tidak Akan Pernah Kembali

    “Pergi dan jangan ke sini lagi!”Suara Amira melengking saat mengusir Alan. Ternyata Alan mengikutinya hingga sampai ke rumah, untung saja Bram tidak ikut datang juga. Amira tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih banyak untuk meluapkan emosinya. Alan terlalu keras kepala, padahal pria itu sendiri yang mengizinkannya untuk tinggal bersama keluarga Amira, tetapi sekarang Alan pula yang tidak rela.Setelah memastikan bayang-bayang Alan menghilang, Amira masuk ke dalam rumah dengan perasaan hampa. Denyut di dadanya kembali terasa, itu semua karena perkataan Kayla yang masih membekas di otak dan hatinya. Rasanya untuk bergerak saja ia kesulitan, apalagi menanggung fakta menyedihkan seperti ini. Fakta bahwa Amira telah ditinggalkan oleh pria yang dicintainya.Bibi Hanum mengejutkan Amira yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Amira yang semula berbaring di tempat tidur, kontan mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Hanum duduk di sebelah sang keponakan, dia bisa melihat raut wajah Amira yang

    Last Updated : 2023-05-04
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pindah Rumah Lagi

    “Sepertinya Amira harus pindah, Bi.” Mendengar suara Amira yang terdengar putus asa, kontan membuat Hanum menitikkan air mata. Hanum sangat tidak setuju jika Amira pergi dari rumahnya ini, dia sangat bahagia saat ada Amira sebagai teman penghilang rasa sepi saat di rumah. Hanum lebih khawatir dengan keadaan Amira jika jauh dari pantauannya. Amira selalu mendapatkan tekanan dari masalah-masalahnya, karena itu Hanum tidak rela jika membiarkan Amira tinggal sendirian di luar sana. Hanum tidak akan bisa memastikan bahwa Amira akan hidup nyaman dan damai saat berjauhan dengan Hanum. Sekali lagi Hanum tidak bisa mengizinkan Amira untuk tinggal jauh darinya. “Tidak bisa. Bibi tidak setuju dan jangan harap Pamanmu akan memberimu izin, Bibi akan bujuk Pamanmu untuk tidak membiarkan kamu tinggal sendirian,” kata Hanum tidak bisa diganggu gugat, meskipun Amira bergelayut manja untuk mendapatkan izin darinya, Hanum tidak akan pernah memberikan kebebasan bagi Amira. Amira memasang puppy eyesnya

    Last Updated : 2023-05-07
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kita Hanya Teman

    “Aku minta maaf untuk kejadian kemarin,” kata Bram sembari menggaruk tengkuknya.Amira menghela napas panjang, entah sudah yang kesekian kalinya Amira membuang napasnya. Amira menarik tangan kanan Bram, lalu dia mengembalikan paper bag hitam yang tidak diketahui apa isinya. Amira tidak berniat untuk mendapatkan hadiah bahkan tidak berharap apapun terhadap Bram.Cukup sampai di sini, Amira tidak ingin membuat Bram memiliki harapan besar terhadapnya. Amira tidak ingin menyakiti perasaan dan hati Bram. Bram adalah pria baik, karena itu Amira berusaha menjaga diri agar Bram tidak salah paham terhadapnya.Status Amira masih menjadi istri Alan, dia tidak ingin menimbulkan fitnah karena berdekatan dengan pria lain. Amira pikir hubungannya dengan Bram akan baik-baik saja, entah sejak kapan Bram menaruh hati padanya. Pilihan yang tepat saat ini adalah menjauh dari Bram untuk sementara agar pria itu tidak semakin jatuh cinta pada Amira.“Jangan memberiku hadiah lagi,” sahut Amira dengan nada da

    Last Updated : 2023-05-07
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama

    Bola basket menggelinding dan berhenti tepat di depan kaki Amira. Amira menundukkan badannya dan mengambil bola itu. Seorang pria menghampiri Amira, pria itu memakai kemeja putih dan celana bahan panjang berwarna hitam. Namun, celananya itu digulung hampir sebatas lutunya.“Ini.” Amira menyerahkan bola basket kepada pria yang sudah berlumuran keringat.Jika pakaiannya berwarna hitam putih seperti dirinya, pasti pria itu adalah mahasiswa baru sama seperti Amira. Amira menyunggingkan senyumnya sebagai sikap ramah terhadap sesama mahasiswa baru. Entah jurusan apa yang diambil oleh pria itu, setidaknya mereka berdua adalah satu angkatan di kampus ini.Pria itu juga terlihat baik, tampan dan...tinggi. Pria yang tidak diketahui namanya itu merengkuh bola basket yang diambil dari tangan Amira. Terlihat bahagia sekali saat dia bisa memeluk bola basketnya lagi, Amira menengok ke belakang pria itu sudah banyak temannya yang menunggu untuk bermain kembali.“Terimakasih,” katanya Amira hanya meng

    Last Updated : 2023-05-09
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Bagaimana Kalau Aku Hamil?

    Bau obat yang menyengat tercium di hidung Amira. Amira sudah terbiasa merasakan bau rumah sakit ini, dulu dia sering bolak-balik menemui Alan hanya sekedar membawakannya makan siang atau hanya ingin berkunjung melihat sang suami bekerja.Namun, sekarang dia datang ke rumah sakit untuk menemui Alan agar pria itu mau menandatangani surat cerai yang ia bawa. Amira mengetuk pintu ruangan kerja Alan, tetapi pintu yang tertutup itu tidak ada yang membukanya dari dalam. Akhirnya Amira membuka pintu itu tanpa permisi terlebih dahulu.“Mbak Mira?”Amira berbalik badan saat ada seseorang yang memanggilnya dari belakang. Sandi menyambutnya dengan sangat ramah, bahkan senyumnya tidak pudar seiring melangkah di depan Amira. Amira pun juga menyambut baik dokter muda tersebut, tak lupa dengan candaan kecil seperti biasa mereka lakukan.“Mas Alan di mana?” tanya Amira sembari mengecek ruangan Alan yang kosong penghuni.Sandi turut menengok sekitarnya. Sandi menatap Amira dengan pandangan tak menentu

    Last Updated : 2023-05-11
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Aku Mencintaimu, Mas!

    Sudah tiga hari tiga malam Alan tidak bisa menghubungi Amira, bahkan sepertinya nomornya diblokir oleh istrinya tersebut. Alan kelimpungan, dia mondar-mandir di depan meja kerjanya. Sandi yang juga ada di ruang kerja Alan ikut kebingungan, dia tidak tahu lagi harus berbuat apa."Kenapa kamu tidak menelepon saya?" Alan meninggikan suaranya dan sampai tidak sadar bahwa dia masih ada di area rumah sakit. Sandi menunduk dalam, mau menjawab bagaimanapun dia akan tetap salah. Alan masih terbalut dengan emosinya, justru jika Sandi membela diri Alan akan semakin kesal. Sandi hanya diam sambil menganggukkan kepalanya, bukan karena dia mengaku salah, tetapi karena dia memilih untuk mengalah. Sandi sangat paham bahwa Alan sedang banyak pikiran, Sandi juga tahu bahwa masalah yang dihadapi Alan bukanlah masalah yang mudah. Alan sedangberada di ujung tandung pernikahannya, bahkan Sandi sebagai saksi jika Alan sedang berjuang untuk meperbaiki rumah tangganya yang sedang kacau balau. "Bagaimana ke

    Last Updated : 2023-05-13

Latest chapter

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulang Dengan Hati Gundah

    Pagi-pagi sekali, Amira telah bersiap dengan pakaian rapinya untuk memperbaiki semua masalah yang terjadi kemarinnya. Amira telah menyiapkan mental dan hatinya karena dirinya tahu setelah ini dia akan mendapatkan sakit yang luar biasa. Walau wajahnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya kian hari kian lemah. Amira akan tetap melanjutkan rencanya hari ini. Dia akan pergi ke rumah Alan, dia harus menjelaskan bahkan meminta maaf jika pria itu menginginkannya. Sebesar itu rasa cintanya, meskipun dirinya tidak bersalah dia akan meminta maaf, meskipun dia tahu Alan yang berselingkuh darinya Amira akan tetap merendahkan dirinya. Tepat di depan rumah yang dulu pernah ia tempati, Amira meraup banyak-banyak udara. Dadanya terasa sesak, tetapi tidak apa-apa dia adalah wanita yang kuat. Amira mengetuk pintu, dia menunggu dengan degup jantung yang bertalu-talu. "Assalamualaikum," ucap Amira saat pintu dibuka lebar-lebar. Salamnya tidak dijawab, kedatangannya tidak disambut dengan baik. Wajah-waj

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rahasia Yang Terungkap

    "Luna?" Suara Bram menggantung di udara, Amira pun juga menoleh mencari seseorang yang Bram sebutkan baru saja. Wajah Amira ikut cemas, dia takut bahwa Luna menyaksikan semua kejadian dan pertengkaran barusan. Luna akan sangat kecewa padanya, Amira tidak ingin hal itu terjadi. "Luna? Ka-kamu...." "Aku melihat semuanya dan aku mendengar semuanya," kata Luna memotong perkataan Amira. Amira semakin menegang, dia bangkit walau kesusahan untuk berdiri. Amira menghampiri sahabatnya yang kini sudah berkaca-kaca. "Apa yang aku dengar barusan itu bohong, kan?" Luna mencari jawaban, dia sudah kecewa karena telah berpisah dengan pria yang masih dia kasihi hingga sekarang. Dan sekarang dia tidak ingin mendengar pengakuan yang semakin membuatnya patah hati. "Lun, apa yang kamu dengar tolong lupakan!" Amira menggenggam kedua tangan Luna dan berusaha menenangkannya. "Tidak." Kini Amira dan Luna menatap Bram secara bersamaan. "Bram, jangan!" "Lun, sebenarnya aku mencintai Amira jauh dari sebe

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terdengar Suara Talak

    "Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh hati padamu." Suara Bram menggema di sudut-sudut bangunan yang masih separuh jadi itu. Tangan Amira yang hendak mengambil beberapa material terhenti seketika saat mendengar pengakuan Bram yang kesekian kalinya. Amira masih saja syok saat Bram mengungkapkan perasaan padanya. Padahal suasana sebelumnya tidak secanggung ini, tetapi Bram membuat Amira tidak enak hati terhadap pria itu. BrukBrukTerdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari, Bram menengok ke belakang dan benar saja ada seorang pekerja berlari ke arahnya. Seharusnya pekerja tersebut melihat Bram yang sedang berdiri di depannya, tetapi pekerja tersebut malah mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Bram.Gerakan tubuhnya yang secara impulsif seketika menabrak tubuh Amira. Keduanya pun terkejut, Bram menubruk Amira yang saat itu memegang material besi-besi kecil. Besi-besi itu pun tanpa sengaja berjatuhan mengenai punggung Bram yang berusaha melindungi Amira. Nas sekali

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rencana Jahat Kayla

    "Aku ingin kamu bekerja dengan becus."Kayla melirik kesekitar karena takut ada yang melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria asing. Suara bising dari decitan besi dan alat-alat berat tak menyurutkan semangat Kayla untuk melancarkan rencananya. "Jangan sampai gagal," perintah Kayla lagi dengan kedua matanya yang memelotot tajam. "Baik, Bu. Serahkan saja pada saya," jawab pria yang memakai topi berwarna kuning. Kayla tersenyum dengan puas saat pria itu pergi dari hadapannya. Senyuman licik di bibirnya karena dendamnya terhadap Amira. Rencananya harus berhasil, dengan begitu dia bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari Alan. Kayla mengintip dari balik tembok dan melihat pria suruhannya itu melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan olehnya. Bukan hanya senyuman yang terbit di bibir Kayla, kini tawa kecil akan kemenangan seolah tak mau pergi dari mulut kecilnya. Kayla pergi dari bagunan proyek setengah jadi yang digarap oleh perusahaan Amira dan yang menjadi tanggungjawab

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memisahkan Cinta Sejati

    "Apa kamu sadar saat mengatakan itu?"Alan berkacak pinggang seolah-olah syok mendengar pengakuan dari Kayla. Kayla memaku di tempatnya, dia menunggu jawaban dari Alan atas pengakuannya tersebut. Dia berharap ada harapan besar dari suaminya ini, berharap pula bahwa suaminya juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. "Aku sangat sadar saat mengatakan itu, Mas." Kayla mendekati Alan kembali, tetapi pria itu malah menjauh darinya. "Bagaimana pun juga aku istrimu, Mas. Tidak ada yang salah dengan perasaanku ini," lanjutnya lagi berusaha meyakinkan Alan. "Tentu saja salah!!!"Brak!!!Brak!!!Alan menggebrak meja beberapa kali yang ada di depannya, sejenak Kayla menutup kedua matanya dan merasakan sakit yang berdenyut di dasar hatinya. Ya, bodoh sekali bahwa dirinya berharap bahwa Alan akan mencintainya seperti pria itu mencintai Amira. Pada kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan bagian sedikit pun di hati Alan. Bukan Kayla namanya jika dia menyerah hanya sampai di sini saja, dia

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tinggalkan Dia!

    "Apa salahnya mesra-mesraan dengan suami sahku?" Amira menatap Kayla penuh kemenangan. Tawa Amira sedikit mengejek saat melihat wajah Kayla yang pias. Kayla pun balik menertawakan Amira, wanita itu pun tidak mau mengalah dan semakin menunjukkan taringnya. Amira menaikkan sebelah alisnya, lalu kakinya mundur beberapa langkah saat perut buncit Kayla hampir menyentuh bagian perutnya. "Masih bilang kalau Mas Alan adalah suamimu? Bukannya kamu sendiri yang meminta cerai darinya?" Kayla berkacak pinggang, Amira melihatnya saja terasa begah dengan perut buncit Kayla yang sepertinya membuat Kayla kesulitan bernapas. "Masih punya muka ternyata kamu ya, padahal kamu sendiri yang membuang Mas Alan." Kayla membuat emosi Amira terpancing. Namun, Amira tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk meladeni Kayla. Mood paginya harus baik untuk bekerja, sebisa mungkin Amira mengatur napas dan mengembalikan perasaannya seperti semula. "Bagaimana kalau aku dan Mas Alan tidak jadi bercerai?" Sejujur

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Saling Mengikhlaskan

    "Apa benar kamu baik-baik saja?" Alan membuntuti ke manapun Amira pergi. Amira menghela napas panjang, dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di ruang tamu. Alan pun turut berhenti tepat di belakang sang istri. Amira membalikkan badannya, lalu menatap serius wajah Alan yang terlihat sangat khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, Mas. Lihat aku sudah lebih kuat dari pada kemarin. Jangan melihatku seperti anak kecil, okay." Amira menyelempangkan tasnya. Jika berlama-lama di atas tempat tidur rasanya akan lebih sakit. Amira lebih suka bergerak dan bebas melakukan apapun dari pada bermalas-malasan di rumah. Apalagi saat ini dia ada di rumah yang tidak ingin ia tempati. Alan tidak membiarkan Amira begitu saja untuk pergi bekerja. Dia mengambil kunci mobil dan menyusul Amira yang sudah ada di halaman rumah. Alan menarik lengan Amira sampai wanita itu memekik karena bertubrukan dengan dada bidang Alan. "Ahh ada apa lagi, Mas?" Amira semakin jengkel dengan sikap antusias Alan. "Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status