Share

Aku Mencintaimu, Mas!

Penulis: Rose Bloom
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-13 23:35:42

Sudah tiga hari tiga malam Alan tidak bisa menghubungi Amira, bahkan sepertinya nomornya diblokir oleh istrinya tersebut. Alan kelimpungan, dia mondar-mandir di depan meja kerjanya. Sandi yang juga ada di ruang kerja Alan ikut kebingungan, dia tidak tahu lagi harus berbuat apa.

"Kenapa kamu tidak menelepon saya?" Alan meninggikan suaranya dan sampai tidak sadar bahwa dia masih ada di area rumah sakit.

Sandi menunduk dalam, mau menjawab bagaimanapun dia akan tetap salah. Alan masih terbalut dengan emosinya, justru jika Sandi membela diri Alan akan semakin kesal. Sandi hanya diam sambil menganggukkan kepalanya, bukan karena dia mengaku salah, tetapi karena dia memilih untuk mengalah.

Sandi sangat paham bahwa Alan sedang banyak pikiran, Sandi juga tahu bahwa masalah yang dihadapi Alan bukanlah masalah yang mudah. Alan sedangberada di ujung tandung pernikahannya, bahkan Sandi sebagai saksi jika Alan sedang berjuang untuk meperbaiki rumah tangganya yang sedang kacau balau.

"Bagaimana ke
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Sri Gati
ciih dasar ggk tau malu si Kayla, alan juga ggk mau jujur sama Amira
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
smoga Amira hamil anak Alan dan menikah dgn Bram , dan Alan buat menyesal seumur hidup thor
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
Alan brengsek , buat sengsara dong thor hidup Alan, ibunya dan kayla
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Bunga Yang Telah Layu

    'Tuk... Tuk...'Suara ketukan berasal dari jari-jari Alan yang memukul kemudi mobilnya dengan pelan. Alan sudah berdiam diri di dalam mobil hampir satu jam tiga puluh detik yang tidak jauh dari rumah bibi Amira. Dia memiliki firasat bahwa Amira akan datang mengunjungi paman dan bibinya. Hari ini adalah akhir pekan, Alan yakin bahwa Amira akan datang ke rumah ini. Alan tetap sabar menunggu meskipun dia harus berdiam diri di dalam mobilnya selama berjam-jam. Benar saja setelah menunggu beberapa menit, sebuah taksi berhenti tepat di depan rumah bibi Amira. Alan masih menunggu dan berharap orang yang turun dari taksi itu adalah istrinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Amiralah yang turun dari taksi itu. Alan segera turun dari mobilnya, dia berlari secepat mungkin sebelum Amira masuk ke dalam rumah. Karena jika Alan terlambat selangkah saja bisa dipastikan bahwa Amira tidak akan mau menemuinya dan pintu rumah akan tertutup sangat rapat. "Amira." Alan menarik lengan Amira, Amira pun terke

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Hidup Denganmu Sangat Sulit

    Amira tidak bisa menunggu lagi, lalu keesokan harinya dia pergi ke rumah sakit dan meminta Alan untuk segera menandatangi surat cerainya. Amira masih ingat bagaimana wajah Alan yang begitu khawatir saat mendengar bahwa Kayla masuk rumah sakit. Amira tidak sanggup menanggung rasa sakit ini lagi. "Aku di lobi rumah sakit," ucap Amira kepada Alan melalui panggilan teleponnya. Setelah itu Amira mematikan sambungan telepon, dia yakin bahwa Alan akan segera turun dan menghampirinya. Amira menghela napas panjang, tak disangka ujian tahun pertama dalam pernikahannya begitu menyakitkan. Mungkin jika bukan perselingkuhan, Amira masih bisa memaafkan kesalahan Alan. Namun, prinsip Amira jika dia dikhianati, maka berakhir sudah hubungan mereka. Karena yang Amira yakini selingkuh itu adalah penyakit dan akan sulit disembuhkan.Amira yang selalu menganggap bahwa Alan adalah pria yang sangat mencintainya dan Amira berpikir bahwa Alan tidak akan pernah menyakiti hatinya, ternyata Alanlah luka terbe

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pusat Layanan Trauma

    "Ada apa?" Amira membulatkan kedua matanya setelah memasuki ruangan bercat putih.Luna yang juga ada di dalam ruangan itu tak tahu menahu tentang rapat siang ini. Tiba-tiba tim inti dari divisi satu dipanggi oleh bos mereka, termasuk Amira dan Luna yang mengambil tanggung jawab penuh tentang pembangunan dan arsitektur.Amira pun duduk di kursi di samping kanan Luna. Tak berapa lama setelah Amira duduk, bos mereka datang yang tak lain adalah manager utama di perusahaannya ini. Amira dan yang lainnya membisukan bibir, mereka tak berani untuk membuat kegaduhan disaat bos mereka hendak memimpin rapat."Setelah beberapa penyeleksian, akhirnya perusahaan kita yang terpilih untuk merancang dan yang bertanggung jawab atas pembangunan Pusat Layanan Trauma di rumah sakit Medical City," kata asisten manager yang memimpin rapat kali ini."Bukankah itu rumah sakitnya suamimu?" bisik Luna di telinga Amira. Amira hanya menganggukkan kepala, dia pun baru tahu bahwa rumah sakit tempat Alan bekerja aka

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Aku Bukan Satu-Satunya   3 Detik Yang Singkat

    “Akhirnya kita bisa bertemu lagi.” Suara itu membuyarkan lamunan Amira.Amira tengah duduk bersantai di taman mini yang ada di roof top rumah sakit. Amira spontan berdiri, sebelah tangannya menyembunyikan minuman kaleng rasa kopi di belakang punggungnya. Amira lega saat yang menemuinya adalah Alan bukan orang penting lainnya, seperti Pak Bondan yang berprofesi sebagai direktur rumah sakit, atau Pak Juan yang dulunya adalah dosen Amira saat di kampus dan ternyata salah satu investor di rumah sakit ini.“Mas Alan,” kata Amira sembari menghembuskan napas berat. Alan maju beberapa langkah seperti gerakan hendak memeluk Amira. Namun, Amira menepis tangan Alan yang hendak menyentuhnya.Alan terdiam, dia sangat paham jika sikap Amira telah berubah total padanya. Alan hanya bisa menahan Amira agar tidak pergi, dia sangat merindukan istrinya itu. Alan ingin melihat wajahnya dan mengobrol santai seperti dulu.“Kita bicara dulu sebentar, ya,” mohon Alan dengan suaranya yang lirih sendu. Amira m

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Sifatmu Palsu

    Luna menepuk kedua pipi Amira karena sahabatnya itu tidak tanggap saat diajak berbicara.“Heh? Apa yang kamu pikirkan?” Luna setengah berteriak, detik itu juga Amira tersadar dari lamunannya.“Hah? Apa?”Luna memutar bola matanya malas, disaat suasana tegang seperti ini bisa-bisanya Amira melamun tidak jelas. Padahal Luna sedang memikirkan nasibnya yang sebentar lagi akan maju untuk melakukan presentasi, seharusnya Amira bisa menenangkan Luna. Namun, sepertinya Amiralah yang perlu ditenangkan.“Oh ayolah,” kata Luna frustasi. Dia mengatur napasnya yang putus-putus.“Maaf, Lun.”Amira memegang bibirnya yang terasa hangat, kecupan dari Alan masih terasa dengan jelas. Semakin lama dia semakin gila, bibir hangat itu selalu menghantui Amira dan rasanya Amira ingin mengulanginya lagi. Kedua mata Alan yang terpejam, tangan kekarnya dengan lembut menahan tengkuk Amira, dan dalam waktu tiga detik bibir itu mendarat dengan nyaman.Amira menggelengkan kepalanya, dia menepuk bibirnya berulang kal

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Mengajak Amira Jalan-Jalan

    Suasana pagi ini terasa sangat sejuk, hari Minggu adalah hari yang banyak disukai oleh setiap orang termasuk Amira. Amira memoletkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sebagai peregangan. Dia menghirup banyak-banyak udara pagi ini yang terasa segar. "Hah... Hari Minggu memang menyenangkan," ucap Amira dengan senyum yang merekah di bibirnya. Tempat tinggalnya saat ini lebih rindang, banyak pepohonan dan kawasannya cukup bersih. Berbeda saat dia menempati rumah Alan dan bibinya karena tempat mereka tinggal berada di tengah-tengah kota sehingga suasana dan cuacanya padat dan gerah. Amira berjala mendekati gerbang, dia menengok ke kanan dan ke kiri sembari melihat tetangga-tetangganya sedang bersih-bersih halaman. Amira tersenyum lebar, sepertinya dia juga harus melakukan hal yang sama. Halaman rumah kontrakannya meskipun kecil juga harus dirawat. "Ah... Untung saja aku membeli beberapa bunga kemarin sore." Amira berjongkok dan menggendong pot-pot bunga yang ada di pojok halaman rumahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Happy Anniversary

    "Ingat!!! Aku ikut denganmu karena takut para tetangga tahu kalau aku sudah menikah." Suara Amira mengisi seluruh ruangan mobil. Alan menganggukkan kepalanya, tetapi apa yang diucapkan Amira ia hiraukan. Alan tidak takut dengan ancaman apapun yang Amira lontarkan, yang terpening saat ini dia bisa berdekaan dengan Amira dan membawanya keluar dari rumah."Tapi kan memang benar kamu sudah menikah," jawab Alan membuat Amira memelototkan kedua matanya. "Ya, tapi aku tidak mau kalau mereka tahu sebentar lagi aku akan menjadi janda."'Ciiiitttttt...'Alan tiba-tiba menginjak pedal rem sehingga mobil berdecit nyaring. Amira mencengkeram erat sabuk pengamannya dan untung saja tubuhnya tidak terdorong ke depan. Degup jantung Amira berdetak kencang, ia sudah berpikir kejadian naas di depan matanya, tetapi Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup. "Bagaimana si, Mas? Mengapa mengerem mendadak? Bagaimana kalau kendaraan di belakang menabrak mobil ini?"Alan menghela napas panjang, setelah

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Bukan Malam Pertama

    "Aku bilang mau pulang, Mas."Amira berteriak histeris saat mereka berdua sudah sampai disebuah kamar berukuran lima kali lima meter itu. Amira menatap ke sekelilingnya, suasana yang begitu syahdu dengan kerlap-kerlip lampu berwarna-warni. Kamar ini sudah dirancang seperti kamar pengantin baru yang sedang bulan madu. Amira menghela napas panjang, dia tahu apa yang direncanakan oleh Alan. Amira meraup wajahnya kasar, dia merasa frustasi dengan keadaan yang membelenggunya saat ini. Amira menyesal mengiyakan ajakan Alan hingga sampai ke tempat ini. "Mira, hari ini adalah hari bahagia kita. Apa kamu lupa?" Alan seolah-olah tidak memperdulikan ucapan Amira, dia menulikan segala bentuk penolakan yang Amira lontarkan. Alan merogoh sakunya, dia mengeluarkan kotak cincin berwarna merah. Alan berjongkok sembari menyodorkan cincin itu ke hadapan Amira. Dulu, Amira senang saat Alan melamarnya kala itu, tetapi sekarang hubungan mereka berdua telah berubah. Hanya ada rasa sedih yang menyelimuti

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-07

Bab terbaru

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulang Dengan Hati Gundah

    Pagi-pagi sekali, Amira telah bersiap dengan pakaian rapinya untuk memperbaiki semua masalah yang terjadi kemarinnya. Amira telah menyiapkan mental dan hatinya karena dirinya tahu setelah ini dia akan mendapatkan sakit yang luar biasa. Walau wajahnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya kian hari kian lemah. Amira akan tetap melanjutkan rencanya hari ini. Dia akan pergi ke rumah Alan, dia harus menjelaskan bahkan meminta maaf jika pria itu menginginkannya. Sebesar itu rasa cintanya, meskipun dirinya tidak bersalah dia akan meminta maaf, meskipun dia tahu Alan yang berselingkuh darinya Amira akan tetap merendahkan dirinya. Tepat di depan rumah yang dulu pernah ia tempati, Amira meraup banyak-banyak udara. Dadanya terasa sesak, tetapi tidak apa-apa dia adalah wanita yang kuat. Amira mengetuk pintu, dia menunggu dengan degup jantung yang bertalu-talu. "Assalamualaikum," ucap Amira saat pintu dibuka lebar-lebar. Salamnya tidak dijawab, kedatangannya tidak disambut dengan baik. Wajah-waj

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rahasia Yang Terungkap

    "Luna?" Suara Bram menggantung di udara, Amira pun juga menoleh mencari seseorang yang Bram sebutkan baru saja. Wajah Amira ikut cemas, dia takut bahwa Luna menyaksikan semua kejadian dan pertengkaran barusan. Luna akan sangat kecewa padanya, Amira tidak ingin hal itu terjadi. "Luna? Ka-kamu...." "Aku melihat semuanya dan aku mendengar semuanya," kata Luna memotong perkataan Amira. Amira semakin menegang, dia bangkit walau kesusahan untuk berdiri. Amira menghampiri sahabatnya yang kini sudah berkaca-kaca. "Apa yang aku dengar barusan itu bohong, kan?" Luna mencari jawaban, dia sudah kecewa karena telah berpisah dengan pria yang masih dia kasihi hingga sekarang. Dan sekarang dia tidak ingin mendengar pengakuan yang semakin membuatnya patah hati. "Lun, apa yang kamu dengar tolong lupakan!" Amira menggenggam kedua tangan Luna dan berusaha menenangkannya. "Tidak." Kini Amira dan Luna menatap Bram secara bersamaan. "Bram, jangan!" "Lun, sebenarnya aku mencintai Amira jauh dari sebe

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terdengar Suara Talak

    "Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh hati padamu." Suara Bram menggema di sudut-sudut bangunan yang masih separuh jadi itu. Tangan Amira yang hendak mengambil beberapa material terhenti seketika saat mendengar pengakuan Bram yang kesekian kalinya. Amira masih saja syok saat Bram mengungkapkan perasaan padanya. Padahal suasana sebelumnya tidak secanggung ini, tetapi Bram membuat Amira tidak enak hati terhadap pria itu. BrukBrukTerdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari, Bram menengok ke belakang dan benar saja ada seorang pekerja berlari ke arahnya. Seharusnya pekerja tersebut melihat Bram yang sedang berdiri di depannya, tetapi pekerja tersebut malah mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Bram.Gerakan tubuhnya yang secara impulsif seketika menabrak tubuh Amira. Keduanya pun terkejut, Bram menubruk Amira yang saat itu memegang material besi-besi kecil. Besi-besi itu pun tanpa sengaja berjatuhan mengenai punggung Bram yang berusaha melindungi Amira. Nas sekali

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rencana Jahat Kayla

    "Aku ingin kamu bekerja dengan becus."Kayla melirik kesekitar karena takut ada yang melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria asing. Suara bising dari decitan besi dan alat-alat berat tak menyurutkan semangat Kayla untuk melancarkan rencananya. "Jangan sampai gagal," perintah Kayla lagi dengan kedua matanya yang memelotot tajam. "Baik, Bu. Serahkan saja pada saya," jawab pria yang memakai topi berwarna kuning. Kayla tersenyum dengan puas saat pria itu pergi dari hadapannya. Senyuman licik di bibirnya karena dendamnya terhadap Amira. Rencananya harus berhasil, dengan begitu dia bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari Alan. Kayla mengintip dari balik tembok dan melihat pria suruhannya itu melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan olehnya. Bukan hanya senyuman yang terbit di bibir Kayla, kini tawa kecil akan kemenangan seolah tak mau pergi dari mulut kecilnya. Kayla pergi dari bagunan proyek setengah jadi yang digarap oleh perusahaan Amira dan yang menjadi tanggungjawab

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memisahkan Cinta Sejati

    "Apa kamu sadar saat mengatakan itu?"Alan berkacak pinggang seolah-olah syok mendengar pengakuan dari Kayla. Kayla memaku di tempatnya, dia menunggu jawaban dari Alan atas pengakuannya tersebut. Dia berharap ada harapan besar dari suaminya ini, berharap pula bahwa suaminya juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. "Aku sangat sadar saat mengatakan itu, Mas." Kayla mendekati Alan kembali, tetapi pria itu malah menjauh darinya. "Bagaimana pun juga aku istrimu, Mas. Tidak ada yang salah dengan perasaanku ini," lanjutnya lagi berusaha meyakinkan Alan. "Tentu saja salah!!!"Brak!!!Brak!!!Alan menggebrak meja beberapa kali yang ada di depannya, sejenak Kayla menutup kedua matanya dan merasakan sakit yang berdenyut di dasar hatinya. Ya, bodoh sekali bahwa dirinya berharap bahwa Alan akan mencintainya seperti pria itu mencintai Amira. Pada kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan bagian sedikit pun di hati Alan. Bukan Kayla namanya jika dia menyerah hanya sampai di sini saja, dia

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tinggalkan Dia!

    "Apa salahnya mesra-mesraan dengan suami sahku?" Amira menatap Kayla penuh kemenangan. Tawa Amira sedikit mengejek saat melihat wajah Kayla yang pias. Kayla pun balik menertawakan Amira, wanita itu pun tidak mau mengalah dan semakin menunjukkan taringnya. Amira menaikkan sebelah alisnya, lalu kakinya mundur beberapa langkah saat perut buncit Kayla hampir menyentuh bagian perutnya. "Masih bilang kalau Mas Alan adalah suamimu? Bukannya kamu sendiri yang meminta cerai darinya?" Kayla berkacak pinggang, Amira melihatnya saja terasa begah dengan perut buncit Kayla yang sepertinya membuat Kayla kesulitan bernapas. "Masih punya muka ternyata kamu ya, padahal kamu sendiri yang membuang Mas Alan." Kayla membuat emosi Amira terpancing. Namun, Amira tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk meladeni Kayla. Mood paginya harus baik untuk bekerja, sebisa mungkin Amira mengatur napas dan mengembalikan perasaannya seperti semula. "Bagaimana kalau aku dan Mas Alan tidak jadi bercerai?" Sejujur

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Saling Mengikhlaskan

    "Apa benar kamu baik-baik saja?" Alan membuntuti ke manapun Amira pergi. Amira menghela napas panjang, dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di ruang tamu. Alan pun turut berhenti tepat di belakang sang istri. Amira membalikkan badannya, lalu menatap serius wajah Alan yang terlihat sangat khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, Mas. Lihat aku sudah lebih kuat dari pada kemarin. Jangan melihatku seperti anak kecil, okay." Amira menyelempangkan tasnya. Jika berlama-lama di atas tempat tidur rasanya akan lebih sakit. Amira lebih suka bergerak dan bebas melakukan apapun dari pada bermalas-malasan di rumah. Apalagi saat ini dia ada di rumah yang tidak ingin ia tempati. Alan tidak membiarkan Amira begitu saja untuk pergi bekerja. Dia mengambil kunci mobil dan menyusul Amira yang sudah ada di halaman rumah. Alan menarik lengan Amira sampai wanita itu memekik karena bertubrukan dengan dada bidang Alan. "Ahh ada apa lagi, Mas?" Amira semakin jengkel dengan sikap antusias Alan. "Ak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status