Share

Happy Anniversary

Author: Rose Bloom
last update Last Updated: 2023-06-02 23:37:35

"Ingat!!! Aku ikut denganmu karena takut para tetangga tahu kalau aku sudah menikah." Suara Amira mengisi seluruh ruangan mobil.

Alan menganggukkan kepalanya, tetapi apa yang diucapkan Amira ia hiraukan. Alan tidak takut dengan ancaman apapun yang Amira lontarkan, yang terpening saat ini dia bisa berdekaan dengan Amira dan membawanya keluar dari rumah.

"Tapi kan memang benar kamu sudah menikah," jawab Alan membuat Amira memelototkan kedua matanya.

"Ya, tapi aku tidak mau kalau mereka tahu sebentar lagi aku akan menjadi janda."

'Ciiiitttttt...'

Alan tiba-tiba menginjak pedal rem sehingga mobil berdecit nyaring. Amira mencengkeram erat sabuk pengamannya dan untung saja tubuhnya tidak terdorong ke depan. Degup jantung Amira berdetak kencang, ia sudah berpikir kejadian naas di depan matanya, tetapi Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup.

"Bagaimana si, Mas? Mengapa mengerem mendadak? Bagaimana kalau kendaraan di belakang menabrak mobil ini?"

Alan menghela napas panjang, setelah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei amira anjing, kayak binatang aja kau g punya pendirian. terlalu menye2 kau njing
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
sedih bangat lihat hubungan amira ama alan seperti ini andai aja gk ada kayla mungkin mereka gk akan menderita lanjut terus ya thor moga ada keajaiban buat hubungan alan ama amira
goodnovel comment avatar
Bu Iim
upnya kaya gak niat banget thour,ditungguin berhari² cuma 1 bab,dan tiap bab muter saja AMIRAnya gak ada ketegasan.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Bukan Malam Pertama

    "Aku bilang mau pulang, Mas."Amira berteriak histeris saat mereka berdua sudah sampai disebuah kamar berukuran lima kali lima meter itu. Amira menatap ke sekelilingnya, suasana yang begitu syahdu dengan kerlap-kerlip lampu berwarna-warni. Kamar ini sudah dirancang seperti kamar pengantin baru yang sedang bulan madu. Amira menghela napas panjang, dia tahu apa yang direncanakan oleh Alan. Amira meraup wajahnya kasar, dia merasa frustasi dengan keadaan yang membelenggunya saat ini. Amira menyesal mengiyakan ajakan Alan hingga sampai ke tempat ini. "Mira, hari ini adalah hari bahagia kita. Apa kamu lupa?" Alan seolah-olah tidak memperdulikan ucapan Amira, dia menulikan segala bentuk penolakan yang Amira lontarkan. Alan merogoh sakunya, dia mengeluarkan kotak cincin berwarna merah. Alan berjongkok sembari menyodorkan cincin itu ke hadapan Amira. Dulu, Amira senang saat Alan melamarnya kala itu, tetapi sekarang hubungan mereka berdua telah berubah. Hanya ada rasa sedih yang menyelimuti

    Last Updated : 2023-06-07
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Ada Yang Berbeda

    "Aku tahu ada yang kamu sembunyikan dariku, Mir." Luna berkacak pinggang di depan Amira. Amira meliriknya sekilas, lalu kembali menata beberapa dokumen yang harus ia bawa saat pertemuan lima belas menit lagi. Luna semakin menggila, wanita itu menghentak-hentakkan kedua kakinya seperti anak kecil. Amira menghela napas panjang, dia menggertakkan gigi-giginya karena geram. Sahabatnya itu jika keinginannya tidak terpenuhi akan terus merajuk. Amira bersendekap dada, keduanya saling melayangkan tatapan tajam. Detik kemudian, Luna menyerah. Dia duduk lunglai di kursi kerja Amira, sembari berharap bahwa Amira akan menceritakan rahasianya. "Apa yang aku sembunyikan?" Amira balik bertanya, meskipun dirinya tahu maksud keinginan Luna. "Kamu mengalihkan pembicaraan," ucap Luna jengkel. "Kamu bukan sahabat sejati.""Cih, tidak jelas." Amira memutar bola matanya malas karena Luna terlalu dramatis menanggapi persoalan ini. Hanya karena Amira selalu diam dan tidak banyak bicara, Luna sampai b

    Last Updated : 2023-06-13
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Menahan dan Bertahan

    "Aku juga ikut andil dalam proyek ini." Alan berkacak pinggang sesaat Amira memarahinya. Randy hanya tersenyum saat melihat pertengkaran kecil dari suami dan istri di depannya sekarang. Dia tidak tahu saja bahwa pertengkaran mereka saat ini benar-benar perang dingin bahkan hedak menuju perpisahan. Amira tersenyum lusuh sembari menganggukkan kepalanya saat menatap Randy. Randy menggelengkan kepala, dia tidak masalah dengan apa yang terjadi saat ini, menurutnya sangat terhibur dengan kecemburan Alan. "Iya tahu, pergilah! Jangan ganggu pekerjaanku!" balas Amira dengan kerut di dahinya yang terlihat semakin jelas. Alan menggelengkan kepala, "Aku akan membantumu. Aku juga bisa berguna dalam....""SSSSTTTT...."Tiba-tiba Luna menginterupsi. Mereka semua menatap Luna, wajah Luna seperti singa lapar yang hendak melahap mangsa. Dagu Luna mendongak, kedua alisnya terangkat ke atas. Mereka semua diam dan menerka-nerka apa yang hendak Luna katakan. "Apa kamu tidak merasakan ponselmu bergetar

    Last Updated : 2023-09-08
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pernikahanku Sudah Berakhir Lama

    Rasanya, hangat sinar matahari semakin mencakar-cakar kulit di tubuh Alan. Tiba-tiba napasnya tercekat dan dadanya mulai sesak saat melihat sorot kebencian di mata Amira. "Aku atau dia?"Lagi dan lagi pertanyaan itu bak bom atom yang siap mengoyak-oyak tubuh Alan. Disaat seperti ini, disaat posisinya terjepit seperti sekarang dia harus bisa mengendalikan diri dan tidak boleh panik. "Kamu tenang dulu, ya. Kan kita bisa bahas ini secara empat mata." Alan mencengkeram kedua bahu Amira. "Aku ingin kamu jawab di sini, aku tidak ingin perasaan kamu abu-abu antara aku dan dia." Amira mendesah panjang, dia tidak ada pilihan lain selain menekan Alan. "Mas, kamu itu laki-laki dan harus tegas dengan pilihanmu," ujar Amira tidak ingin memberi Alan waktu untuk berpikir. "Mas, kamu bilang sangat menanti anak ini. Jangan buat dia kecewa." Kayla pun tidak membiarkan keadaan ini dimenangkan oleh Amira. Perasaan cemburu sama-sama menyelimuti hati Amira ataupun Kayla. Keduanya pun sama-sama ingin m

    Last Updated : 2024-01-02
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kesempatan Untuk Dua Pria

    "Beri aku kesempatan."Kedua bola mata Amira membeliak lebar, dia tidak menyangka bahwa Bram akan memohon seperti padanya. Amira menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa menerima pria itu untuk urusan cinta. Amira bukan wanita yang pantas untuk Bram. Sebentar lagi statusnya menjadi janda akan menjadi aib bagi pria itu. Bram adalah pengacara ternama, memiliki nama besar yang tidak boleh Amira corengkan. Amira bukanlah wanita yang pantas bersanding dengan Bram. Terlebih hati atau pun perasaan Amira bukanlah pasar yang seenaknya dimasukin oleh banyak orang. Amira bukanlah wanita yang mudah jatuh cinta, perasaannya pun saat ini masih tertuju pada Alan. "Maaf, aku tidak....""Aku yang akan membuktikannya sendiri," potong Bram cepat tidak membiarkan Amira untuk melanjutkan pemikirannya. Sudah pasti Amira akan menolaknya, Bram tidak akan menyerah. "Aku akan tetap berusaha sampai kamu mau melihatku sebagai pria, bukan sebagai teman atau pengacaramu," katanya dengan sorot mata yang menggebu

    Last Updated : 2024-01-08
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Ayah Tidak Ikhlas!

    "Kamu benar-benar ingin kembali ke kota, Nak?"Bu Mina terus mengawasi sang anak yang sedang melipat baju di atas tempat tidurnya. Amira hanya diam, dia sedang berkelut dengan isi kepalanya yang rumit. Sejak tiga hari yang lalu, Amira tidak banyak bicara. Dia hanya menjawab seperlunya saat ditanya ibu ataupun ayahnya. Semenjak kejadian di rumah sakit, Amira menjadi pendiam bahkan tidak ingin bertemu dengan siapapun. Amira melarikan diri dari masalah yang ia tinggalkan di kota. Amira butuh istirahat untuk menghadapi kenyataan yang akan datang. Amira pun tidak memberitahu Luna jika dirinya kabur ke rumah kedua orang tuanya. Sebagai orang tua, Bu Mina sangat sakit hati melihat putri semata wayangnya tidak memiliki gairah hidup. Bu Mina mengerti dengan keadaan Amira yang begitu sulit. Bagaimanapun juga Bu Mina tidak bisa membantu selain berdoa dan meminta yang terbaik untuk Amira. Bu Mina menarik napas panjang, dia menitikkan bulir-bulir bening sehingga membasahi kedua pipinya. Bu Min

    Last Updated : 2024-01-31
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Sama-sama Mencari

    "Bagaimana, Lun?" Luna yang baru saja keluar dari perusahaan terkejut akan kedatangan Alan. Luna memijit kedua pelipisnya, meskipun begitu tidak bisa menghilangkan denyut yang mendera kepalanya ini. Alan terus mengganggunya sejak kehilangan kontak dengan Amira. Luna saja juga tidak tahu dimana keberadaaan sahabat satu-satunya itu, seakan-akan Amira lenyap ditelan bumi. Luna sangat khawatir dengan keadaan Amira saat ini, sudah dua hari sahabatnya itu menghilang. Di kantor pun sudah tertera izin cuti tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengan Luna. "Aku juga tidak tahu, Lan." Luna menghela napas, dia merogoh tas untuk mengambil ponsel. Siapa tahu Amira telah mengiriminya pesan. Namun, saat dilihat tidak ada satu pesan pun dari Amira. "Aku juga mencarinya, tetapi teleponku saja tidak diangkat." Luna menghela napas berat, dia takut terjadi sesuatu dengan Amira."Apa dia diculik?" Alan memasang raut khawatir membuat Luna geli melihat wajahnya. "Yang benar saja kamu, Lan.""Atau dia dicu

    Last Updated : 2024-02-02
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Ada Apa Denganku?

    "Untuk apa kamu ke sini?" Hari masih pagi, sinar matahari pun masih sembunyi-sembunyi untuk menampilkan kegagahannya. Alan menghela napas berat saat melihat Bram di depannya. Padahal sebelumnya dia telah berdoa agar dijauhkan dari hari buruk. Melihat Bram serasa dunianya saat ini menghitam.Bram pun menampakkan ketidaksukaannya terhadap Alan. Dua pria yang dulunya saling berteman baik menjadi musuh karena seorang wanita, ya...siapa lagi kalau bukan Amira wanita yang mereka sukai secara bersamaan. "Bukan urusan kamu." Bram membalas pertanyaan Alan dengan ogah-ogahan. Dua mobil mereka saling berhadapan, Alan dan Bram duduk di bagian depan mobil mereka dan sedang menunggu sesuatu. Alan menatap rumah kontrakan Amira, terlihat sangat kotor akibat debu-debu yang menempel di lantai. Bunga-bunga di halamannya pun sangat layu. Alan berpikir jauh bahwa Amira tidak pulang ke rumah ini. Lalu, di mana Amira? Paman, bibi, dan Luna pun tidak tahu di mana keberadaan Amira. "Tidak mungkin, dia...

    Last Updated : 2024-03-15

Latest chapter

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulang Dengan Hati Gundah

    Pagi-pagi sekali, Amira telah bersiap dengan pakaian rapinya untuk memperbaiki semua masalah yang terjadi kemarinnya. Amira telah menyiapkan mental dan hatinya karena dirinya tahu setelah ini dia akan mendapatkan sakit yang luar biasa. Walau wajahnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya kian hari kian lemah. Amira akan tetap melanjutkan rencanya hari ini. Dia akan pergi ke rumah Alan, dia harus menjelaskan bahkan meminta maaf jika pria itu menginginkannya. Sebesar itu rasa cintanya, meskipun dirinya tidak bersalah dia akan meminta maaf, meskipun dia tahu Alan yang berselingkuh darinya Amira akan tetap merendahkan dirinya. Tepat di depan rumah yang dulu pernah ia tempati, Amira meraup banyak-banyak udara. Dadanya terasa sesak, tetapi tidak apa-apa dia adalah wanita yang kuat. Amira mengetuk pintu, dia menunggu dengan degup jantung yang bertalu-talu. "Assalamualaikum," ucap Amira saat pintu dibuka lebar-lebar. Salamnya tidak dijawab, kedatangannya tidak disambut dengan baik. Wajah-waj

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rahasia Yang Terungkap

    "Luna?" Suara Bram menggantung di udara, Amira pun juga menoleh mencari seseorang yang Bram sebutkan baru saja. Wajah Amira ikut cemas, dia takut bahwa Luna menyaksikan semua kejadian dan pertengkaran barusan. Luna akan sangat kecewa padanya, Amira tidak ingin hal itu terjadi. "Luna? Ka-kamu...." "Aku melihat semuanya dan aku mendengar semuanya," kata Luna memotong perkataan Amira. Amira semakin menegang, dia bangkit walau kesusahan untuk berdiri. Amira menghampiri sahabatnya yang kini sudah berkaca-kaca. "Apa yang aku dengar barusan itu bohong, kan?" Luna mencari jawaban, dia sudah kecewa karena telah berpisah dengan pria yang masih dia kasihi hingga sekarang. Dan sekarang dia tidak ingin mendengar pengakuan yang semakin membuatnya patah hati. "Lun, apa yang kamu dengar tolong lupakan!" Amira menggenggam kedua tangan Luna dan berusaha menenangkannya. "Tidak." Kini Amira dan Luna menatap Bram secara bersamaan. "Bram, jangan!" "Lun, sebenarnya aku mencintai Amira jauh dari sebe

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terdengar Suara Talak

    "Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh hati padamu." Suara Bram menggema di sudut-sudut bangunan yang masih separuh jadi itu. Tangan Amira yang hendak mengambil beberapa material terhenti seketika saat mendengar pengakuan Bram yang kesekian kalinya. Amira masih saja syok saat Bram mengungkapkan perasaan padanya. Padahal suasana sebelumnya tidak secanggung ini, tetapi Bram membuat Amira tidak enak hati terhadap pria itu. BrukBrukTerdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari, Bram menengok ke belakang dan benar saja ada seorang pekerja berlari ke arahnya. Seharusnya pekerja tersebut melihat Bram yang sedang berdiri di depannya, tetapi pekerja tersebut malah mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Bram.Gerakan tubuhnya yang secara impulsif seketika menabrak tubuh Amira. Keduanya pun terkejut, Bram menubruk Amira yang saat itu memegang material besi-besi kecil. Besi-besi itu pun tanpa sengaja berjatuhan mengenai punggung Bram yang berusaha melindungi Amira. Nas sekali

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rencana Jahat Kayla

    "Aku ingin kamu bekerja dengan becus."Kayla melirik kesekitar karena takut ada yang melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria asing. Suara bising dari decitan besi dan alat-alat berat tak menyurutkan semangat Kayla untuk melancarkan rencananya. "Jangan sampai gagal," perintah Kayla lagi dengan kedua matanya yang memelotot tajam. "Baik, Bu. Serahkan saja pada saya," jawab pria yang memakai topi berwarna kuning. Kayla tersenyum dengan puas saat pria itu pergi dari hadapannya. Senyuman licik di bibirnya karena dendamnya terhadap Amira. Rencananya harus berhasil, dengan begitu dia bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari Alan. Kayla mengintip dari balik tembok dan melihat pria suruhannya itu melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan olehnya. Bukan hanya senyuman yang terbit di bibir Kayla, kini tawa kecil akan kemenangan seolah tak mau pergi dari mulut kecilnya. Kayla pergi dari bagunan proyek setengah jadi yang digarap oleh perusahaan Amira dan yang menjadi tanggungjawab

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memisahkan Cinta Sejati

    "Apa kamu sadar saat mengatakan itu?"Alan berkacak pinggang seolah-olah syok mendengar pengakuan dari Kayla. Kayla memaku di tempatnya, dia menunggu jawaban dari Alan atas pengakuannya tersebut. Dia berharap ada harapan besar dari suaminya ini, berharap pula bahwa suaminya juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. "Aku sangat sadar saat mengatakan itu, Mas." Kayla mendekati Alan kembali, tetapi pria itu malah menjauh darinya. "Bagaimana pun juga aku istrimu, Mas. Tidak ada yang salah dengan perasaanku ini," lanjutnya lagi berusaha meyakinkan Alan. "Tentu saja salah!!!"Brak!!!Brak!!!Alan menggebrak meja beberapa kali yang ada di depannya, sejenak Kayla menutup kedua matanya dan merasakan sakit yang berdenyut di dasar hatinya. Ya, bodoh sekali bahwa dirinya berharap bahwa Alan akan mencintainya seperti pria itu mencintai Amira. Pada kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan bagian sedikit pun di hati Alan. Bukan Kayla namanya jika dia menyerah hanya sampai di sini saja, dia

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tinggalkan Dia!

    "Apa salahnya mesra-mesraan dengan suami sahku?" Amira menatap Kayla penuh kemenangan. Tawa Amira sedikit mengejek saat melihat wajah Kayla yang pias. Kayla pun balik menertawakan Amira, wanita itu pun tidak mau mengalah dan semakin menunjukkan taringnya. Amira menaikkan sebelah alisnya, lalu kakinya mundur beberapa langkah saat perut buncit Kayla hampir menyentuh bagian perutnya. "Masih bilang kalau Mas Alan adalah suamimu? Bukannya kamu sendiri yang meminta cerai darinya?" Kayla berkacak pinggang, Amira melihatnya saja terasa begah dengan perut buncit Kayla yang sepertinya membuat Kayla kesulitan bernapas. "Masih punya muka ternyata kamu ya, padahal kamu sendiri yang membuang Mas Alan." Kayla membuat emosi Amira terpancing. Namun, Amira tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk meladeni Kayla. Mood paginya harus baik untuk bekerja, sebisa mungkin Amira mengatur napas dan mengembalikan perasaannya seperti semula. "Bagaimana kalau aku dan Mas Alan tidak jadi bercerai?" Sejujur

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Saling Mengikhlaskan

    "Apa benar kamu baik-baik saja?" Alan membuntuti ke manapun Amira pergi. Amira menghela napas panjang, dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di ruang tamu. Alan pun turut berhenti tepat di belakang sang istri. Amira membalikkan badannya, lalu menatap serius wajah Alan yang terlihat sangat khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, Mas. Lihat aku sudah lebih kuat dari pada kemarin. Jangan melihatku seperti anak kecil, okay." Amira menyelempangkan tasnya. Jika berlama-lama di atas tempat tidur rasanya akan lebih sakit. Amira lebih suka bergerak dan bebas melakukan apapun dari pada bermalas-malasan di rumah. Apalagi saat ini dia ada di rumah yang tidak ingin ia tempati. Alan tidak membiarkan Amira begitu saja untuk pergi bekerja. Dia mengambil kunci mobil dan menyusul Amira yang sudah ada di halaman rumah. Alan menarik lengan Amira sampai wanita itu memekik karena bertubrukan dengan dada bidang Alan. "Ahh ada apa lagi, Mas?" Amira semakin jengkel dengan sikap antusias Alan. "Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status