Home / Rumah Tangga / Aku Bukan Satu-Satunya / Hidup Denganmu Sangat Sulit

Share

Hidup Denganmu Sangat Sulit

Author: Rose Bloom
last update Last Updated: 2023-05-19 23:32:37

Amira tidak bisa menunggu lagi, lalu keesokan harinya dia pergi ke rumah sakit dan meminta Alan untuk segera menandatangi surat cerainya. Amira masih ingat bagaimana wajah Alan yang begitu khawatir saat mendengar bahwa Kayla masuk rumah sakit. Amira tidak sanggup menanggung rasa sakit ini lagi.

"Aku di lobi rumah sakit," ucap Amira kepada Alan melalui panggilan teleponnya.

Setelah itu Amira mematikan sambungan telepon, dia yakin bahwa Alan akan segera turun dan menghampirinya. Amira menghela napas panjang, tak disangka ujian tahun pertama dalam pernikahannya begitu menyakitkan.

Mungkin jika bukan perselingkuhan, Amira masih bisa memaafkan kesalahan Alan. Namun, prinsip Amira jika dia dikhianati, maka berakhir sudah hubungan mereka. Karena yang Amira yakini selingkuh itu adalah penyakit dan akan sulit disembuhkan.

Amira yang selalu menganggap bahwa Alan adalah pria yang sangat mencintainya dan Amira berpikir bahwa Alan tidak akan pernah menyakiti hatinya, ternyata Alanlah luka terbe
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
pisah aja ky percuma bertahan mertua anak sama pengkhianat ,lucu baru lihat punya cucu hasil dari benih laki orang bukang putra kandungnya ,karma menghampirimu alan cs ,mungkin klnya mira bersatu fhn heru laki pertama yg memperlakukan di kampus dgn baik bye"alan ,ancurmu otw
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
kspan sih thor karma untuk Kayla, Alan dan mamanya
goodnovel comment avatar
Lienda nasution
ah...cerita bodoh gemes aku gak selesai selesai menghadapi kelg Alan yang toxud
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pusat Layanan Trauma

    "Ada apa?" Amira membulatkan kedua matanya setelah memasuki ruangan bercat putih.Luna yang juga ada di dalam ruangan itu tak tahu menahu tentang rapat siang ini. Tiba-tiba tim inti dari divisi satu dipanggi oleh bos mereka, termasuk Amira dan Luna yang mengambil tanggung jawab penuh tentang pembangunan dan arsitektur.Amira pun duduk di kursi di samping kanan Luna. Tak berapa lama setelah Amira duduk, bos mereka datang yang tak lain adalah manager utama di perusahaannya ini. Amira dan yang lainnya membisukan bibir, mereka tak berani untuk membuat kegaduhan disaat bos mereka hendak memimpin rapat."Setelah beberapa penyeleksian, akhirnya perusahaan kita yang terpilih untuk merancang dan yang bertanggung jawab atas pembangunan Pusat Layanan Trauma di rumah sakit Medical City," kata asisten manager yang memimpin rapat kali ini."Bukankah itu rumah sakitnya suamimu?" bisik Luna di telinga Amira. Amira hanya menganggukkan kepala, dia pun baru tahu bahwa rumah sakit tempat Alan bekerja aka

    Last Updated : 2023-05-24
  • Aku Bukan Satu-Satunya   3 Detik Yang Singkat

    “Akhirnya kita bisa bertemu lagi.” Suara itu membuyarkan lamunan Amira.Amira tengah duduk bersantai di taman mini yang ada di roof top rumah sakit. Amira spontan berdiri, sebelah tangannya menyembunyikan minuman kaleng rasa kopi di belakang punggungnya. Amira lega saat yang menemuinya adalah Alan bukan orang penting lainnya, seperti Pak Bondan yang berprofesi sebagai direktur rumah sakit, atau Pak Juan yang dulunya adalah dosen Amira saat di kampus dan ternyata salah satu investor di rumah sakit ini.“Mas Alan,” kata Amira sembari menghembuskan napas berat. Alan maju beberapa langkah seperti gerakan hendak memeluk Amira. Namun, Amira menepis tangan Alan yang hendak menyentuhnya.Alan terdiam, dia sangat paham jika sikap Amira telah berubah total padanya. Alan hanya bisa menahan Amira agar tidak pergi, dia sangat merindukan istrinya itu. Alan ingin melihat wajahnya dan mengobrol santai seperti dulu.“Kita bicara dulu sebentar, ya,” mohon Alan dengan suaranya yang lirih sendu. Amira m

    Last Updated : 2023-05-24
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Sifatmu Palsu

    Luna menepuk kedua pipi Amira karena sahabatnya itu tidak tanggap saat diajak berbicara.“Heh? Apa yang kamu pikirkan?” Luna setengah berteriak, detik itu juga Amira tersadar dari lamunannya.“Hah? Apa?”Luna memutar bola matanya malas, disaat suasana tegang seperti ini bisa-bisanya Amira melamun tidak jelas. Padahal Luna sedang memikirkan nasibnya yang sebentar lagi akan maju untuk melakukan presentasi, seharusnya Amira bisa menenangkan Luna. Namun, sepertinya Amiralah yang perlu ditenangkan.“Oh ayolah,” kata Luna frustasi. Dia mengatur napasnya yang putus-putus.“Maaf, Lun.”Amira memegang bibirnya yang terasa hangat, kecupan dari Alan masih terasa dengan jelas. Semakin lama dia semakin gila, bibir hangat itu selalu menghantui Amira dan rasanya Amira ingin mengulanginya lagi. Kedua mata Alan yang terpejam, tangan kekarnya dengan lembut menahan tengkuk Amira, dan dalam waktu tiga detik bibir itu mendarat dengan nyaman.Amira menggelengkan kepalanya, dia menepuk bibirnya berulang kal

    Last Updated : 2023-05-25
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Mengajak Amira Jalan-Jalan

    Suasana pagi ini terasa sangat sejuk, hari Minggu adalah hari yang banyak disukai oleh setiap orang termasuk Amira. Amira memoletkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sebagai peregangan. Dia menghirup banyak-banyak udara pagi ini yang terasa segar. "Hah... Hari Minggu memang menyenangkan," ucap Amira dengan senyum yang merekah di bibirnya. Tempat tinggalnya saat ini lebih rindang, banyak pepohonan dan kawasannya cukup bersih. Berbeda saat dia menempati rumah Alan dan bibinya karena tempat mereka tinggal berada di tengah-tengah kota sehingga suasana dan cuacanya padat dan gerah. Amira berjala mendekati gerbang, dia menengok ke kanan dan ke kiri sembari melihat tetangga-tetangganya sedang bersih-bersih halaman. Amira tersenyum lebar, sepertinya dia juga harus melakukan hal yang sama. Halaman rumah kontrakannya meskipun kecil juga harus dirawat. "Ah... Untung saja aku membeli beberapa bunga kemarin sore." Amira berjongkok dan menggendong pot-pot bunga yang ada di pojok halaman rumahnya.

    Last Updated : 2023-05-31
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Happy Anniversary

    "Ingat!!! Aku ikut denganmu karena takut para tetangga tahu kalau aku sudah menikah." Suara Amira mengisi seluruh ruangan mobil. Alan menganggukkan kepalanya, tetapi apa yang diucapkan Amira ia hiraukan. Alan tidak takut dengan ancaman apapun yang Amira lontarkan, yang terpening saat ini dia bisa berdekaan dengan Amira dan membawanya keluar dari rumah."Tapi kan memang benar kamu sudah menikah," jawab Alan membuat Amira memelototkan kedua matanya. "Ya, tapi aku tidak mau kalau mereka tahu sebentar lagi aku akan menjadi janda."'Ciiiitttttt...'Alan tiba-tiba menginjak pedal rem sehingga mobil berdecit nyaring. Amira mencengkeram erat sabuk pengamannya dan untung saja tubuhnya tidak terdorong ke depan. Degup jantung Amira berdetak kencang, ia sudah berpikir kejadian naas di depan matanya, tetapi Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup. "Bagaimana si, Mas? Mengapa mengerem mendadak? Bagaimana kalau kendaraan di belakang menabrak mobil ini?"Alan menghela napas panjang, setelah

    Last Updated : 2023-06-02
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Bukan Malam Pertama

    "Aku bilang mau pulang, Mas."Amira berteriak histeris saat mereka berdua sudah sampai disebuah kamar berukuran lima kali lima meter itu. Amira menatap ke sekelilingnya, suasana yang begitu syahdu dengan kerlap-kerlip lampu berwarna-warni. Kamar ini sudah dirancang seperti kamar pengantin baru yang sedang bulan madu. Amira menghela napas panjang, dia tahu apa yang direncanakan oleh Alan. Amira meraup wajahnya kasar, dia merasa frustasi dengan keadaan yang membelenggunya saat ini. Amira menyesal mengiyakan ajakan Alan hingga sampai ke tempat ini. "Mira, hari ini adalah hari bahagia kita. Apa kamu lupa?" Alan seolah-olah tidak memperdulikan ucapan Amira, dia menulikan segala bentuk penolakan yang Amira lontarkan. Alan merogoh sakunya, dia mengeluarkan kotak cincin berwarna merah. Alan berjongkok sembari menyodorkan cincin itu ke hadapan Amira. Dulu, Amira senang saat Alan melamarnya kala itu, tetapi sekarang hubungan mereka berdua telah berubah. Hanya ada rasa sedih yang menyelimuti

    Last Updated : 2023-06-07
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Ada Yang Berbeda

    "Aku tahu ada yang kamu sembunyikan dariku, Mir." Luna berkacak pinggang di depan Amira. Amira meliriknya sekilas, lalu kembali menata beberapa dokumen yang harus ia bawa saat pertemuan lima belas menit lagi. Luna semakin menggila, wanita itu menghentak-hentakkan kedua kakinya seperti anak kecil. Amira menghela napas panjang, dia menggertakkan gigi-giginya karena geram. Sahabatnya itu jika keinginannya tidak terpenuhi akan terus merajuk. Amira bersendekap dada, keduanya saling melayangkan tatapan tajam. Detik kemudian, Luna menyerah. Dia duduk lunglai di kursi kerja Amira, sembari berharap bahwa Amira akan menceritakan rahasianya. "Apa yang aku sembunyikan?" Amira balik bertanya, meskipun dirinya tahu maksud keinginan Luna. "Kamu mengalihkan pembicaraan," ucap Luna jengkel. "Kamu bukan sahabat sejati.""Cih, tidak jelas." Amira memutar bola matanya malas karena Luna terlalu dramatis menanggapi persoalan ini. Hanya karena Amira selalu diam dan tidak banyak bicara, Luna sampai b

    Last Updated : 2023-06-13
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Menahan dan Bertahan

    "Aku juga ikut andil dalam proyek ini." Alan berkacak pinggang sesaat Amira memarahinya. Randy hanya tersenyum saat melihat pertengkaran kecil dari suami dan istri di depannya sekarang. Dia tidak tahu saja bahwa pertengkaran mereka saat ini benar-benar perang dingin bahkan hedak menuju perpisahan. Amira tersenyum lusuh sembari menganggukkan kepalanya saat menatap Randy. Randy menggelengkan kepala, dia tidak masalah dengan apa yang terjadi saat ini, menurutnya sangat terhibur dengan kecemburan Alan. "Iya tahu, pergilah! Jangan ganggu pekerjaanku!" balas Amira dengan kerut di dahinya yang terlihat semakin jelas. Alan menggelengkan kepala, "Aku akan membantumu. Aku juga bisa berguna dalam....""SSSSTTTT...."Tiba-tiba Luna menginterupsi. Mereka semua menatap Luna, wajah Luna seperti singa lapar yang hendak melahap mangsa. Dagu Luna mendongak, kedua alisnya terangkat ke atas. Mereka semua diam dan menerka-nerka apa yang hendak Luna katakan. "Apa kamu tidak merasakan ponselmu bergetar

    Last Updated : 2023-09-08

Latest chapter

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulang Dengan Hati Gundah

    Pagi-pagi sekali, Amira telah bersiap dengan pakaian rapinya untuk memperbaiki semua masalah yang terjadi kemarinnya. Amira telah menyiapkan mental dan hatinya karena dirinya tahu setelah ini dia akan mendapatkan sakit yang luar biasa. Walau wajahnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya kian hari kian lemah. Amira akan tetap melanjutkan rencanya hari ini. Dia akan pergi ke rumah Alan, dia harus menjelaskan bahkan meminta maaf jika pria itu menginginkannya. Sebesar itu rasa cintanya, meskipun dirinya tidak bersalah dia akan meminta maaf, meskipun dia tahu Alan yang berselingkuh darinya Amira akan tetap merendahkan dirinya. Tepat di depan rumah yang dulu pernah ia tempati, Amira meraup banyak-banyak udara. Dadanya terasa sesak, tetapi tidak apa-apa dia adalah wanita yang kuat. Amira mengetuk pintu, dia menunggu dengan degup jantung yang bertalu-talu. "Assalamualaikum," ucap Amira saat pintu dibuka lebar-lebar. Salamnya tidak dijawab, kedatangannya tidak disambut dengan baik. Wajah-waj

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rahasia Yang Terungkap

    "Luna?" Suara Bram menggantung di udara, Amira pun juga menoleh mencari seseorang yang Bram sebutkan baru saja. Wajah Amira ikut cemas, dia takut bahwa Luna menyaksikan semua kejadian dan pertengkaran barusan. Luna akan sangat kecewa padanya, Amira tidak ingin hal itu terjadi. "Luna? Ka-kamu...." "Aku melihat semuanya dan aku mendengar semuanya," kata Luna memotong perkataan Amira. Amira semakin menegang, dia bangkit walau kesusahan untuk berdiri. Amira menghampiri sahabatnya yang kini sudah berkaca-kaca. "Apa yang aku dengar barusan itu bohong, kan?" Luna mencari jawaban, dia sudah kecewa karena telah berpisah dengan pria yang masih dia kasihi hingga sekarang. Dan sekarang dia tidak ingin mendengar pengakuan yang semakin membuatnya patah hati. "Lun, apa yang kamu dengar tolong lupakan!" Amira menggenggam kedua tangan Luna dan berusaha menenangkannya. "Tidak." Kini Amira dan Luna menatap Bram secara bersamaan. "Bram, jangan!" "Lun, sebenarnya aku mencintai Amira jauh dari sebe

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terdengar Suara Talak

    "Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh hati padamu." Suara Bram menggema di sudut-sudut bangunan yang masih separuh jadi itu. Tangan Amira yang hendak mengambil beberapa material terhenti seketika saat mendengar pengakuan Bram yang kesekian kalinya. Amira masih saja syok saat Bram mengungkapkan perasaan padanya. Padahal suasana sebelumnya tidak secanggung ini, tetapi Bram membuat Amira tidak enak hati terhadap pria itu. BrukBrukTerdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari, Bram menengok ke belakang dan benar saja ada seorang pekerja berlari ke arahnya. Seharusnya pekerja tersebut melihat Bram yang sedang berdiri di depannya, tetapi pekerja tersebut malah mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Bram.Gerakan tubuhnya yang secara impulsif seketika menabrak tubuh Amira. Keduanya pun terkejut, Bram menubruk Amira yang saat itu memegang material besi-besi kecil. Besi-besi itu pun tanpa sengaja berjatuhan mengenai punggung Bram yang berusaha melindungi Amira. Nas sekali

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rencana Jahat Kayla

    "Aku ingin kamu bekerja dengan becus."Kayla melirik kesekitar karena takut ada yang melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria asing. Suara bising dari decitan besi dan alat-alat berat tak menyurutkan semangat Kayla untuk melancarkan rencananya. "Jangan sampai gagal," perintah Kayla lagi dengan kedua matanya yang memelotot tajam. "Baik, Bu. Serahkan saja pada saya," jawab pria yang memakai topi berwarna kuning. Kayla tersenyum dengan puas saat pria itu pergi dari hadapannya. Senyuman licik di bibirnya karena dendamnya terhadap Amira. Rencananya harus berhasil, dengan begitu dia bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari Alan. Kayla mengintip dari balik tembok dan melihat pria suruhannya itu melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan olehnya. Bukan hanya senyuman yang terbit di bibir Kayla, kini tawa kecil akan kemenangan seolah tak mau pergi dari mulut kecilnya. Kayla pergi dari bagunan proyek setengah jadi yang digarap oleh perusahaan Amira dan yang menjadi tanggungjawab

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memisahkan Cinta Sejati

    "Apa kamu sadar saat mengatakan itu?"Alan berkacak pinggang seolah-olah syok mendengar pengakuan dari Kayla. Kayla memaku di tempatnya, dia menunggu jawaban dari Alan atas pengakuannya tersebut. Dia berharap ada harapan besar dari suaminya ini, berharap pula bahwa suaminya juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. "Aku sangat sadar saat mengatakan itu, Mas." Kayla mendekati Alan kembali, tetapi pria itu malah menjauh darinya. "Bagaimana pun juga aku istrimu, Mas. Tidak ada yang salah dengan perasaanku ini," lanjutnya lagi berusaha meyakinkan Alan. "Tentu saja salah!!!"Brak!!!Brak!!!Alan menggebrak meja beberapa kali yang ada di depannya, sejenak Kayla menutup kedua matanya dan merasakan sakit yang berdenyut di dasar hatinya. Ya, bodoh sekali bahwa dirinya berharap bahwa Alan akan mencintainya seperti pria itu mencintai Amira. Pada kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan bagian sedikit pun di hati Alan. Bukan Kayla namanya jika dia menyerah hanya sampai di sini saja, dia

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tinggalkan Dia!

    "Apa salahnya mesra-mesraan dengan suami sahku?" Amira menatap Kayla penuh kemenangan. Tawa Amira sedikit mengejek saat melihat wajah Kayla yang pias. Kayla pun balik menertawakan Amira, wanita itu pun tidak mau mengalah dan semakin menunjukkan taringnya. Amira menaikkan sebelah alisnya, lalu kakinya mundur beberapa langkah saat perut buncit Kayla hampir menyentuh bagian perutnya. "Masih bilang kalau Mas Alan adalah suamimu? Bukannya kamu sendiri yang meminta cerai darinya?" Kayla berkacak pinggang, Amira melihatnya saja terasa begah dengan perut buncit Kayla yang sepertinya membuat Kayla kesulitan bernapas. "Masih punya muka ternyata kamu ya, padahal kamu sendiri yang membuang Mas Alan." Kayla membuat emosi Amira terpancing. Namun, Amira tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk meladeni Kayla. Mood paginya harus baik untuk bekerja, sebisa mungkin Amira mengatur napas dan mengembalikan perasaannya seperti semula. "Bagaimana kalau aku dan Mas Alan tidak jadi bercerai?" Sejujur

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Saling Mengikhlaskan

    "Apa benar kamu baik-baik saja?" Alan membuntuti ke manapun Amira pergi. Amira menghela napas panjang, dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di ruang tamu. Alan pun turut berhenti tepat di belakang sang istri. Amira membalikkan badannya, lalu menatap serius wajah Alan yang terlihat sangat khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, Mas. Lihat aku sudah lebih kuat dari pada kemarin. Jangan melihatku seperti anak kecil, okay." Amira menyelempangkan tasnya. Jika berlama-lama di atas tempat tidur rasanya akan lebih sakit. Amira lebih suka bergerak dan bebas melakukan apapun dari pada bermalas-malasan di rumah. Apalagi saat ini dia ada di rumah yang tidak ingin ia tempati. Alan tidak membiarkan Amira begitu saja untuk pergi bekerja. Dia mengambil kunci mobil dan menyusul Amira yang sudah ada di halaman rumah. Alan menarik lengan Amira sampai wanita itu memekik karena bertubrukan dengan dada bidang Alan. "Ahh ada apa lagi, Mas?" Amira semakin jengkel dengan sikap antusias Alan. "Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status