Home / Rumah Tangga / Aku Bukan Satu-Satunya / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Aku Bukan Satu-Satunya: Chapter 71 - Chapter 80

94 Chapters

Pusat Layanan Trauma

"Ada apa?" Amira membulatkan kedua matanya setelah memasuki ruangan bercat putih.Luna yang juga ada di dalam ruangan itu tak tahu menahu tentang rapat siang ini. Tiba-tiba tim inti dari divisi satu dipanggi oleh bos mereka, termasuk Amira dan Luna yang mengambil tanggung jawab penuh tentang pembangunan dan arsitektur.Amira pun duduk di kursi di samping kanan Luna. Tak berapa lama setelah Amira duduk, bos mereka datang yang tak lain adalah manager utama di perusahaannya ini. Amira dan yang lainnya membisukan bibir, mereka tak berani untuk membuat kegaduhan disaat bos mereka hendak memimpin rapat."Setelah beberapa penyeleksian, akhirnya perusahaan kita yang terpilih untuk merancang dan yang bertanggung jawab atas pembangunan Pusat Layanan Trauma di rumah sakit Medical City," kata asisten manager yang memimpin rapat kali ini."Bukankah itu rumah sakitnya suamimu?" bisik Luna di telinga Amira. Amira hanya menganggukkan kepala, dia pun baru tahu bahwa rumah sakit tempat Alan bekerja aka
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

3 Detik Yang Singkat

“Akhirnya kita bisa bertemu lagi.” Suara itu membuyarkan lamunan Amira.Amira tengah duduk bersantai di taman mini yang ada di roof top rumah sakit. Amira spontan berdiri, sebelah tangannya menyembunyikan minuman kaleng rasa kopi di belakang punggungnya. Amira lega saat yang menemuinya adalah Alan bukan orang penting lainnya, seperti Pak Bondan yang berprofesi sebagai direktur rumah sakit, atau Pak Juan yang dulunya adalah dosen Amira saat di kampus dan ternyata salah satu investor di rumah sakit ini.“Mas Alan,” kata Amira sembari menghembuskan napas berat. Alan maju beberapa langkah seperti gerakan hendak memeluk Amira. Namun, Amira menepis tangan Alan yang hendak menyentuhnya.Alan terdiam, dia sangat paham jika sikap Amira telah berubah total padanya. Alan hanya bisa menahan Amira agar tidak pergi, dia sangat merindukan istrinya itu. Alan ingin melihat wajahnya dan mengobrol santai seperti dulu.“Kita bicara dulu sebentar, ya,” mohon Alan dengan suaranya yang lirih sendu. Amira m
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Sifatmu Palsu

Luna menepuk kedua pipi Amira karena sahabatnya itu tidak tanggap saat diajak berbicara.“Heh? Apa yang kamu pikirkan?” Luna setengah berteriak, detik itu juga Amira tersadar dari lamunannya.“Hah? Apa?”Luna memutar bola matanya malas, disaat suasana tegang seperti ini bisa-bisanya Amira melamun tidak jelas. Padahal Luna sedang memikirkan nasibnya yang sebentar lagi akan maju untuk melakukan presentasi, seharusnya Amira bisa menenangkan Luna. Namun, sepertinya Amiralah yang perlu ditenangkan.“Oh ayolah,” kata Luna frustasi. Dia mengatur napasnya yang putus-putus.“Maaf, Lun.”Amira memegang bibirnya yang terasa hangat, kecupan dari Alan masih terasa dengan jelas. Semakin lama dia semakin gila, bibir hangat itu selalu menghantui Amira dan rasanya Amira ingin mengulanginya lagi. Kedua mata Alan yang terpejam, tangan kekarnya dengan lembut menahan tengkuk Amira, dan dalam waktu tiga detik bibir itu mendarat dengan nyaman.Amira menggelengkan kepalanya, dia menepuk bibirnya berulang kal
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Mengajak Amira Jalan-Jalan

Suasana pagi ini terasa sangat sejuk, hari Minggu adalah hari yang banyak disukai oleh setiap orang termasuk Amira. Amira memoletkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sebagai peregangan. Dia menghirup banyak-banyak udara pagi ini yang terasa segar. "Hah... Hari Minggu memang menyenangkan," ucap Amira dengan senyum yang merekah di bibirnya. Tempat tinggalnya saat ini lebih rindang, banyak pepohonan dan kawasannya cukup bersih. Berbeda saat dia menempati rumah Alan dan bibinya karena tempat mereka tinggal berada di tengah-tengah kota sehingga suasana dan cuacanya padat dan gerah. Amira berjala mendekati gerbang, dia menengok ke kanan dan ke kiri sembari melihat tetangga-tetangganya sedang bersih-bersih halaman. Amira tersenyum lebar, sepertinya dia juga harus melakukan hal yang sama. Halaman rumah kontrakannya meskipun kecil juga harus dirawat. "Ah... Untung saja aku membeli beberapa bunga kemarin sore." Amira berjongkok dan menggendong pot-pot bunga yang ada di pojok halaman rumahnya.
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Happy Anniversary

"Ingat!!! Aku ikut denganmu karena takut para tetangga tahu kalau aku sudah menikah." Suara Amira mengisi seluruh ruangan mobil. Alan menganggukkan kepalanya, tetapi apa yang diucapkan Amira ia hiraukan. Alan tidak takut dengan ancaman apapun yang Amira lontarkan, yang terpening saat ini dia bisa berdekaan dengan Amira dan membawanya keluar dari rumah."Tapi kan memang benar kamu sudah menikah," jawab Alan membuat Amira memelototkan kedua matanya. "Ya, tapi aku tidak mau kalau mereka tahu sebentar lagi aku akan menjadi janda."'Ciiiitttttt...'Alan tiba-tiba menginjak pedal rem sehingga mobil berdecit nyaring. Amira mencengkeram erat sabuk pengamannya dan untung saja tubuhnya tidak terdorong ke depan. Degup jantung Amira berdetak kencang, ia sudah berpikir kejadian naas di depan matanya, tetapi Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup. "Bagaimana si, Mas? Mengapa mengerem mendadak? Bagaimana kalau kendaraan di belakang menabrak mobil ini?"Alan menghela napas panjang, setelah
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Bukan Malam Pertama

"Aku bilang mau pulang, Mas."Amira berteriak histeris saat mereka berdua sudah sampai disebuah kamar berukuran lima kali lima meter itu. Amira menatap ke sekelilingnya, suasana yang begitu syahdu dengan kerlap-kerlip lampu berwarna-warni. Kamar ini sudah dirancang seperti kamar pengantin baru yang sedang bulan madu. Amira menghela napas panjang, dia tahu apa yang direncanakan oleh Alan. Amira meraup wajahnya kasar, dia merasa frustasi dengan keadaan yang membelenggunya saat ini. Amira menyesal mengiyakan ajakan Alan hingga sampai ke tempat ini. "Mira, hari ini adalah hari bahagia kita. Apa kamu lupa?" Alan seolah-olah tidak memperdulikan ucapan Amira, dia menulikan segala bentuk penolakan yang Amira lontarkan. Alan merogoh sakunya, dia mengeluarkan kotak cincin berwarna merah. Alan berjongkok sembari menyodorkan cincin itu ke hadapan Amira. Dulu, Amira senang saat Alan melamarnya kala itu, tetapi sekarang hubungan mereka berdua telah berubah. Hanya ada rasa sedih yang menyelimuti
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Ada Yang Berbeda

"Aku tahu ada yang kamu sembunyikan dariku, Mir." Luna berkacak pinggang di depan Amira. Amira meliriknya sekilas, lalu kembali menata beberapa dokumen yang harus ia bawa saat pertemuan lima belas menit lagi. Luna semakin menggila, wanita itu menghentak-hentakkan kedua kakinya seperti anak kecil. Amira menghela napas panjang, dia menggertakkan gigi-giginya karena geram. Sahabatnya itu jika keinginannya tidak terpenuhi akan terus merajuk. Amira bersendekap dada, keduanya saling melayangkan tatapan tajam. Detik kemudian, Luna menyerah. Dia duduk lunglai di kursi kerja Amira, sembari berharap bahwa Amira akan menceritakan rahasianya. "Apa yang aku sembunyikan?" Amira balik bertanya, meskipun dirinya tahu maksud keinginan Luna. "Kamu mengalihkan pembicaraan," ucap Luna jengkel. "Kamu bukan sahabat sejati.""Cih, tidak jelas." Amira memutar bola matanya malas karena Luna terlalu dramatis menanggapi persoalan ini. Hanya karena Amira selalu diam dan tidak banyak bicara, Luna sampai b
last updateLast Updated : 2023-06-13
Read more

Menahan dan Bertahan

"Aku juga ikut andil dalam proyek ini." Alan berkacak pinggang sesaat Amira memarahinya. Randy hanya tersenyum saat melihat pertengkaran kecil dari suami dan istri di depannya sekarang. Dia tidak tahu saja bahwa pertengkaran mereka saat ini benar-benar perang dingin bahkan hedak menuju perpisahan. Amira tersenyum lusuh sembari menganggukkan kepalanya saat menatap Randy. Randy menggelengkan kepala, dia tidak masalah dengan apa yang terjadi saat ini, menurutnya sangat terhibur dengan kecemburan Alan. "Iya tahu, pergilah! Jangan ganggu pekerjaanku!" balas Amira dengan kerut di dahinya yang terlihat semakin jelas. Alan menggelengkan kepala, "Aku akan membantumu. Aku juga bisa berguna dalam....""SSSSTTTT...."Tiba-tiba Luna menginterupsi. Mereka semua menatap Luna, wajah Luna seperti singa lapar yang hendak melahap mangsa. Dagu Luna mendongak, kedua alisnya terangkat ke atas. Mereka semua diam dan menerka-nerka apa yang hendak Luna katakan. "Apa kamu tidak merasakan ponselmu bergetar
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more

Pernikahanku Sudah Berakhir Lama

Rasanya, hangat sinar matahari semakin mencakar-cakar kulit di tubuh Alan. Tiba-tiba napasnya tercekat dan dadanya mulai sesak saat melihat sorot kebencian di mata Amira. "Aku atau dia?"Lagi dan lagi pertanyaan itu bak bom atom yang siap mengoyak-oyak tubuh Alan. Disaat seperti ini, disaat posisinya terjepit seperti sekarang dia harus bisa mengendalikan diri dan tidak boleh panik. "Kamu tenang dulu, ya. Kan kita bisa bahas ini secara empat mata." Alan mencengkeram kedua bahu Amira. "Aku ingin kamu jawab di sini, aku tidak ingin perasaan kamu abu-abu antara aku dan dia." Amira mendesah panjang, dia tidak ada pilihan lain selain menekan Alan. "Mas, kamu itu laki-laki dan harus tegas dengan pilihanmu," ujar Amira tidak ingin memberi Alan waktu untuk berpikir. "Mas, kamu bilang sangat menanti anak ini. Jangan buat dia kecewa." Kayla pun tidak membiarkan keadaan ini dimenangkan oleh Amira. Perasaan cemburu sama-sama menyelimuti hati Amira ataupun Kayla. Keduanya pun sama-sama ingin m
last updateLast Updated : 2024-01-02
Read more

Kesempatan Untuk Dua Pria

"Beri aku kesempatan."Kedua bola mata Amira membeliak lebar, dia tidak menyangka bahwa Bram akan memohon seperti padanya. Amira menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa menerima pria itu untuk urusan cinta. Amira bukan wanita yang pantas untuk Bram. Sebentar lagi statusnya menjadi janda akan menjadi aib bagi pria itu. Bram adalah pengacara ternama, memiliki nama besar yang tidak boleh Amira corengkan. Amira bukanlah wanita yang pantas bersanding dengan Bram. Terlebih hati atau pun perasaan Amira bukanlah pasar yang seenaknya dimasukin oleh banyak orang. Amira bukanlah wanita yang mudah jatuh cinta, perasaannya pun saat ini masih tertuju pada Alan. "Maaf, aku tidak....""Aku yang akan membuktikannya sendiri," potong Bram cepat tidak membiarkan Amira untuk melanjutkan pemikirannya. Sudah pasti Amira akan menolaknya, Bram tidak akan menyerah. "Aku akan tetap berusaha sampai kamu mau melihatku sebagai pria, bukan sebagai teman atau pengacaramu," katanya dengan sorot mata yang menggebu
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status