Home / Rumah Tangga / Aku Bukan Satu-Satunya / Tinggallah Di Sini Selamanya

Share

Tinggallah Di Sini Selamanya

Author: Rose Bloom
last update Last Updated: 2023-04-06 21:51:01

“Bu, bagaimana kalau kita pindah saja?” Amira duduk di tengah ayah dan ibunya yang sedang menonton televisi.

Arif dan Mina menatap putri satu-satunya itu dengan tatapan bertanya-tanya. Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba Amira mengusulkan untuk pindah rumah. Padahal sebelumnya mereka tampak baik-baik saja di rumah pamannya ini.

“Amira tidak enak terus-menerus tinggal di rumah Paman. Pasti mereka tidak nyaman dengan kehadiran kita,” ungkap Amira menjelaskan kegundahan di hatinya.

Memang benar paman dan bibinya mengizinkan Amira dan kedua orang tuanya untuk tinggal di rumah ini, tetapi paman dan bibinya juga ingin menghabiskan masa-masa berdua tanpa ada yang mengganggu mereka. Amira tidak enak hati jika harus mengusik kehidupan pribadi paman dan bibinya.

“Ngomong apa kamu, Mira.” Sang bibi ikut menimpali ucapan Amira. Hanum yang dari arah dapur tak sengaja mendnegar Amira berbincang dengan kedua orang tuanya, kontan Hanum menghampiri ruang keluarga untuk membantah perkataan ponakannya
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Penyembuh Luka Hati

    “Kamu mau membawaku ke mana, Bram?” tanya Amira sedikit panik, sedang matanya ditutup kain. Amira berjalan sembari memegangi baju belakang Bram yang kini berjalan di depannya. Amira tidak tahu apa yang ada di depan sana dan dia tidak tahu sedang berada di mana saat ini. Bram tiba-tiba membawanya ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh Amira. Katanya sebuah kejutan, tetapi belum saja Amira tahu degup jantungnya berdetak kencang. Di dalam hatinya Amira membatin bahwa Bram tidak menyakitinya, tiba-tiba saja ucapan sang ibu terngiang-ngiang di kepala Amira. Entah apa yang akan Bram lakukan, Amira berusaha percaya terhadap pria itu. “Bram?” “Ikuti saja langkahku, kau akan aman saat bersamaku,” ucap Bram meyakinkan Amira. Amira pun menuruti ke mana langkah kakinya berjalan. Tak berapa lama, Amira mendengar suara riak-riuh air yang mengalir. Angin sepoi-sepoi berhembus kencang dan menerpa wajah Amira, anginnya membuat suasana menjadi sejuk, tetapi sesekali membuat tubuh Amira menggigil

    Last Updated : 2023-04-07
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Dijemput Pengacara

    “Amira,” teriak seseorang yang membuat Amira menghentikan langkahnya.Amira menghadap ke sumber suara, kerut di dahinya terlihat jelas karena berusaha melihat seseorang yang kini tengah berlari ke arahnya. Amira tersenyum lebar kala seorang pria tengah tersenyum sembari membawa bungkusan kecil yang entah apa isinya.Pria itu berdiri tepat di depan Amira sembari menyodorkan bungkusan yang dibawanya. Amira tertawa kecil, pria itu sangat perhatian padanya. Apa yang Amira inginkan selalu dikabulkan, padahal Amira tidak banyak meminta dan tidak menuntut kepadanya.“Kamu ke sini lagi?” tanya Amira sekaligus menerima pemberian dari Bram. “Terimakasih.”“Aku sudah berjanji padamu bukan, aku akan menjemputmu saat pulang kerja,” balas Bram sedang wajahnya merona cerah.Amira menengok ke kanan dan ke kiri, takut-takut ada Luna yang bisa membuat kesalah pahaman diantara mereka. Amira menarik lengan baju Bram untuk menepi di balik tembok gedung. Bukan niat Amira untuk bersembunyi di belakang Luna

    Last Updated : 2023-04-10
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kecewa Yang Tak Berujung

    Alan menggenggam ponselnya sangat erat, buku-buku jarinya terlihat memutih. Wajahnya berubah merah padam-memendam amarah di dadanya. Alan berjalan tergesa-gesa menuju mobil yang ia parkir tepat di depan perusahaan tempat Amira bekerja.“Alan tunggu.” Luna menarik lengan baju Alan, mereka berdua berhadapan saat ini. Luna pun turut khawatir dengan apa yang akan Alan lakukan.“Jangan gegabah, bisa jadi itu bukan ....”Plak...Alan menepis tangan Luna, pria itu menarik napas lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Dia berusaha mengontrol diri dan tidak ingin terpancing dengan berita sesaat. Benar apa yang diucapkan Luna bahwa dirinya tidak boleh gegabah. Alan pun berjalan asal dan entah siapa yang akan ia datangi untuk melampiaskan amarahnya ini.Yang ada di otak Alan, bahwa dia harus mencaritahu apa yang telah terjadi antara Amira dan Bram. Alan berpikir bahwa hubungan Amira dan pria itu lebih jauh dan mendalam. Bisa jadi Amira hanya beralasan untuk pergi dengan bibinya ke mall dan sebagai

    Last Updated : 2023-04-12
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Jangan Asal Bicara, Mas!

    “Ada urusan apa kamu ke mari?” tanya Bram saat Alan baru saja sampai di halaman vilanya.Alan menutup pintu mobilnya sangat keras sampai menimbulkan bunyi bedebum yang nyaring. Alan menghampiri Bram dengan langkahnya yang tergesa-gesa, Bram hanya mengerutkan dahi karena wajah Alan terlihat sangat marah.Brugh ...Satu pukulan keras melayang di pipi Bram. Bram sampai terhuyung menabrak tiang lampu di belakangnya. Tak terasa sudur bibirnya kini mengalir darah segar, Bram menyeka darahnya yang masih basah. Bram mulai tersulut emosinya, tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba Alan memukulnya tanpa alasan yang jelas.Alan maju selangkah lagi mendekati Bram, untung saja Bram dengan pertahanannya yang kuat bisa menangkis lengan Alan yang hendak memukulnya lagi. Bram mendorong tubuh Alan, sebisa mungkin dia mengontrol emosinya yang juga meletup-letup.“Apa-apaan ini?” Bram berteriak nyaring, “Cuih....” Dia meludahkan darah yang masuk ke dalam mulutnya.“Aku tidak ada urusan denganmu.” Bram menun

    Last Updated : 2023-04-15
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Hubungan Dengan Yang Lain

    “Mas Alan berubah.” Amira menggelengkan kepalanya karena kecewa. Amira balik badan, rasanya tidak ada gunanya berbicara dengan Alan. Pria itu tidak akan pernah mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya terhadap Bram. Amira jengah sekaligus lelah terus menerus berdebat dengan Alan. Tidak ada gunanya lagi, Amira harus meminta maaf kepada Bram karena kesalahan yang telah diperbuat suaminya itu. Alan sudah keterlaluan, maka Amira akan menebus kesalahannya itu karena pastinya Alan tidak akan mau meminta maaf kepada Bram. Amira tidak ingin menambah musuh, meskipun ia tahu bahwa Bram bukan seseorang pendendam. Namun, setidaknya Amira meminta maaf dengan tulus. “Amira, mau ke mana kamu?” Alan menarik lengan Amira, secepat mungkin Amira menepis tangan Alan dari lengannya. “Minta maaf,” katanya tanpa menatap wajah Alan. “Apa?” “Aku akan minta maaf dengan tulus, Bram orang yang baik dan selalu membantuku. Aku tidak ingin membuat dia kecewa karena kelakuanmu ini, Mas,” lanjut Amira semakin

    Last Updated : 2023-05-01
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Wanita Yang Disukainya

    “Kamu ngapain di sini?” Amira terkejut karena Luna berdiri di depan pintu rumahnya.Amira membuka lebar-lebar pintu rumah agar Luna bisa masuk ke dalamnya, Amira sampai penasaran karena pagi-pagi sekali Luna mampir ke rumah pamannya ini. Luna masuk begitu saja saat Amira mempersilahkannya masuk, tak lupa menengok ke kanan dan ke kiri mencari paman dan bibi Amira yang tidak tampak sosoknya.“Paman dan bibi lagi keluar ke pasar. Ada apa, Lun?” tanya Amira lagi karena pertanyaan sebelumnya belum dijawab.“Ayo kita jalan.” Amira mematut lekat-lekat wajah sahabatnya. “Anu... Aku ingin berbelanja, temani aku ya....”Amira mendesah panjang, dia melihat jam di dinding, masih jam enam pagi dan ini terlalu dini untuk pergi ke pusat perbelajaan. Amira memilih duduk di sofa sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Luna pun mengikutinya dan bergelayut manja pada lengan sahabatnya itu. Luna memohon agar Amira mau ikut dengannya pergi ke mall.“Ayolah, kita berdua baru mengalami kejadian

    Last Updated : 2023-05-01
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Anak Tanpa Ayah

    ‘Tok... Tok...’Pintu ruang kantor Amira diketuk dari luar, beberapa orang pun menghadap ke arah pintu untuk melihat siapa orang yang ada di luar sana. Saat pintu dibuka, Pak Satpam yang berjaga di lobi perusahaan memunculkan wajahnya. Amira, Luna dan rekan-rekannya yang lain turut penasaran dengan hadirnya Pak Satpam tersebut.“Ada Mbak Amira?” tanya Pak Satpam sembari kedua netranya mencari sosok yang dituju.“Ada apa ya, Pak?” Amira pun bersuara, dia pun angkat tangan agar Pak Satpam bisa menemukannya.“Oh itu, ada tamu di bawah ingin bertemu dengan Mbak Amira.”“Nanti saya turun ya, Pak.”Setelah Pak Satpam pergi dari ruangan kantor, Amira berkutat kembali pada komputernya. Dia harus menyelesaikan terlebih dahulu tugas yang diberikan oleh ketua tim. Tinggal sedikit lagi Amira harus menyelesaikannya sekarang juga, lalu mengirimkan email kepada ketua timnya. Amira bangkit setelah dirasa semuanya sudah beres.“Kabari aku jika ada pekerjaan tambahan, ya,” ucap Amira pada Luna yang dud

    Last Updated : 2023-05-01
  • Aku Bukan Satu-Satunya   Ada Aku Selamanya Di Sini

    “Akan aku ceraikan kamu, Mas,” gumam Amira dengan suara lirih.Amira berjalan hampir setengah berlari bahkan air matanya terus mengalir tak peduli ada banyak pasang mata yang kini sedang melihatnya. Berulang kali dia menyeka air matanya, tetapi terus saja mendesak untuk keluar. Pernyataan Kayla yang baru saja ia dengar membuat hatinya benar-benar terluka.Jatuh cinta pada pandangan pertama, lalu akhirnya menikah dan akan memiliki anak, bagaimana dengan nasib Amira? Alan tidak memikirkan perasaannya padahal tahu bahwa Amira sangat mengharapkan hidup dengan Alan, pria yang dicintainya. Rupanya Alan tidak peduli bagaimana sakitnya dikhianati.Amira akan mewujudkan impian Alan dan Kayla yang katanya ingin hidup bahagia. Tidak peduli ada orang lain yang menderita akan perbuatan mereka berdua, Amira janji bahwa dia tidak akan berpaling dengan rayuan Alan lagi.“Mir, mau kopi?” Luna yang tidak sengaja berpapasan dengan Amira, kontan membelalakkan kedua matanya karena melihat wajah Amira semb

    Last Updated : 2023-05-02

Latest chapter

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Pulang Dengan Hati Gundah

    Pagi-pagi sekali, Amira telah bersiap dengan pakaian rapinya untuk memperbaiki semua masalah yang terjadi kemarinnya. Amira telah menyiapkan mental dan hatinya karena dirinya tahu setelah ini dia akan mendapatkan sakit yang luar biasa. Walau wajahnya masih terlihat pucat, dan tubuhnya kian hari kian lemah. Amira akan tetap melanjutkan rencanya hari ini. Dia akan pergi ke rumah Alan, dia harus menjelaskan bahkan meminta maaf jika pria itu menginginkannya. Sebesar itu rasa cintanya, meskipun dirinya tidak bersalah dia akan meminta maaf, meskipun dia tahu Alan yang berselingkuh darinya Amira akan tetap merendahkan dirinya. Tepat di depan rumah yang dulu pernah ia tempati, Amira meraup banyak-banyak udara. Dadanya terasa sesak, tetapi tidak apa-apa dia adalah wanita yang kuat. Amira mengetuk pintu, dia menunggu dengan degup jantung yang bertalu-talu. "Assalamualaikum," ucap Amira saat pintu dibuka lebar-lebar. Salamnya tidak dijawab, kedatangannya tidak disambut dengan baik. Wajah-waj

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rahasia Yang Terungkap

    "Luna?" Suara Bram menggantung di udara, Amira pun juga menoleh mencari seseorang yang Bram sebutkan baru saja. Wajah Amira ikut cemas, dia takut bahwa Luna menyaksikan semua kejadian dan pertengkaran barusan. Luna akan sangat kecewa padanya, Amira tidak ingin hal itu terjadi. "Luna? Ka-kamu...." "Aku melihat semuanya dan aku mendengar semuanya," kata Luna memotong perkataan Amira. Amira semakin menegang, dia bangkit walau kesusahan untuk berdiri. Amira menghampiri sahabatnya yang kini sudah berkaca-kaca. "Apa yang aku dengar barusan itu bohong, kan?" Luna mencari jawaban, dia sudah kecewa karena telah berpisah dengan pria yang masih dia kasihi hingga sekarang. Dan sekarang dia tidak ingin mendengar pengakuan yang semakin membuatnya patah hati. "Lun, apa yang kamu dengar tolong lupakan!" Amira menggenggam kedua tangan Luna dan berusaha menenangkannya. "Tidak." Kini Amira dan Luna menatap Bram secara bersamaan. "Bram, jangan!" "Lun, sebenarnya aku mencintai Amira jauh dari sebe

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terdengar Suara Talak

    "Sejak aku melihatmu, aku sudah jatuh hati padamu." Suara Bram menggema di sudut-sudut bangunan yang masih separuh jadi itu. Tangan Amira yang hendak mengambil beberapa material terhenti seketika saat mendengar pengakuan Bram yang kesekian kalinya. Amira masih saja syok saat Bram mengungkapkan perasaan padanya. Padahal suasana sebelumnya tidak secanggung ini, tetapi Bram membuat Amira tidak enak hati terhadap pria itu. BrukBrukTerdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari, Bram menengok ke belakang dan benar saja ada seorang pekerja berlari ke arahnya. Seharusnya pekerja tersebut melihat Bram yang sedang berdiri di depannya, tetapi pekerja tersebut malah mendekat dan seperti sengaja menabrak tubuh Bram.Gerakan tubuhnya yang secara impulsif seketika menabrak tubuh Amira. Keduanya pun terkejut, Bram menubruk Amira yang saat itu memegang material besi-besi kecil. Besi-besi itu pun tanpa sengaja berjatuhan mengenai punggung Bram yang berusaha melindungi Amira. Nas sekali

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Rencana Jahat Kayla

    "Aku ingin kamu bekerja dengan becus."Kayla melirik kesekitar karena takut ada yang melihatnya sedang berbicara dengan seorang pria asing. Suara bising dari decitan besi dan alat-alat berat tak menyurutkan semangat Kayla untuk melancarkan rencananya. "Jangan sampai gagal," perintah Kayla lagi dengan kedua matanya yang memelotot tajam. "Baik, Bu. Serahkan saja pada saya," jawab pria yang memakai topi berwarna kuning. Kayla tersenyum dengan puas saat pria itu pergi dari hadapannya. Senyuman licik di bibirnya karena dendamnya terhadap Amira. Rencananya harus berhasil, dengan begitu dia bisa mendapatkan cinta dan perhatian dari Alan. Kayla mengintip dari balik tembok dan melihat pria suruhannya itu melaksanakan tugas seperti yang diperintahkan olehnya. Bukan hanya senyuman yang terbit di bibir Kayla, kini tawa kecil akan kemenangan seolah tak mau pergi dari mulut kecilnya. Kayla pergi dari bagunan proyek setengah jadi yang digarap oleh perusahaan Amira dan yang menjadi tanggungjawab

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Memisahkan Cinta Sejati

    "Apa kamu sadar saat mengatakan itu?"Alan berkacak pinggang seolah-olah syok mendengar pengakuan dari Kayla. Kayla memaku di tempatnya, dia menunggu jawaban dari Alan atas pengakuannya tersebut. Dia berharap ada harapan besar dari suaminya ini, berharap pula bahwa suaminya juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. "Aku sangat sadar saat mengatakan itu, Mas." Kayla mendekati Alan kembali, tetapi pria itu malah menjauh darinya. "Bagaimana pun juga aku istrimu, Mas. Tidak ada yang salah dengan perasaanku ini," lanjutnya lagi berusaha meyakinkan Alan. "Tentu saja salah!!!"Brak!!!Brak!!!Alan menggebrak meja beberapa kali yang ada di depannya, sejenak Kayla menutup kedua matanya dan merasakan sakit yang berdenyut di dasar hatinya. Ya, bodoh sekali bahwa dirinya berharap bahwa Alan akan mencintainya seperti pria itu mencintai Amira. Pada kenyataannya dia tidak pernah mendapatkan bagian sedikit pun di hati Alan. Bukan Kayla namanya jika dia menyerah hanya sampai di sini saja, dia

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tinggalkan Dia!

    "Apa salahnya mesra-mesraan dengan suami sahku?" Amira menatap Kayla penuh kemenangan. Tawa Amira sedikit mengejek saat melihat wajah Kayla yang pias. Kayla pun balik menertawakan Amira, wanita itu pun tidak mau mengalah dan semakin menunjukkan taringnya. Amira menaikkan sebelah alisnya, lalu kakinya mundur beberapa langkah saat perut buncit Kayla hampir menyentuh bagian perutnya. "Masih bilang kalau Mas Alan adalah suamimu? Bukannya kamu sendiri yang meminta cerai darinya?" Kayla berkacak pinggang, Amira melihatnya saja terasa begah dengan perut buncit Kayla yang sepertinya membuat Kayla kesulitan bernapas. "Masih punya muka ternyata kamu ya, padahal kamu sendiri yang membuang Mas Alan." Kayla membuat emosi Amira terpancing. Namun, Amira tidak ingin membuang-buang tenaga hanya untuk meladeni Kayla. Mood paginya harus baik untuk bekerja, sebisa mungkin Amira mengatur napas dan mengembalikan perasaannya seperti semula. "Bagaimana kalau aku dan Mas Alan tidak jadi bercerai?" Sejujur

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Saling Mengikhlaskan

    "Apa benar kamu baik-baik saja?" Alan membuntuti ke manapun Amira pergi. Amira menghela napas panjang, dia menghentikan langkahnya saat sudah berada di ruang tamu. Alan pun turut berhenti tepat di belakang sang istri. Amira membalikkan badannya, lalu menatap serius wajah Alan yang terlihat sangat khawatir padanya. "Aku baik-baik saja, Mas. Lihat aku sudah lebih kuat dari pada kemarin. Jangan melihatku seperti anak kecil, okay." Amira menyelempangkan tasnya. Jika berlama-lama di atas tempat tidur rasanya akan lebih sakit. Amira lebih suka bergerak dan bebas melakukan apapun dari pada bermalas-malasan di rumah. Apalagi saat ini dia ada di rumah yang tidak ingin ia tempati. Alan tidak membiarkan Amira begitu saja untuk pergi bekerja. Dia mengambil kunci mobil dan menyusul Amira yang sudah ada di halaman rumah. Alan menarik lengan Amira sampai wanita itu memekik karena bertubrukan dengan dada bidang Alan. "Ahh ada apa lagi, Mas?" Amira semakin jengkel dengan sikap antusias Alan. "Ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status