Home / Rumah Tangga / Aku Bukan Satu-Satunya / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Aku Bukan Satu-Satunya: Chapter 21 - Chapter 30

94 Chapters

Akan Kuhajar Dia!

Perselingkuhan dan proses perceraian membuat kepribadian Amira berubah total. Amira menjadi lebih pendiam, bahkan di kantor dia memilih menyendiri dan menetap di bilik meja kerjanya. Luna berusaha membujuk sahabatnya itu, tetapi Amira hanya menggelengkan kepala saat Luna mengajaknya bicara atau pergi ke kantin saat jam istirahat. Hanya Luna yang tahu masalah yang dihadapi oleh Amira, meskipun rekan-rekan kerja yang lain penasaran dengan keadaan Amira, Luna tidak memberitahu mereka sedikitpun. Kali ini Luna berusaha lagi membujuk Amira untuk pergi ke kantin. Sudah kedelapan kalinya Amira menolak ajakan Luna. Meskipun lelah, Luna tidak menyerah dan terus menarik lengan Amira untuk pergi bersamanya. "Tidak, Lun. Aku bawa bekal," kata Amira dengan nada sendunya. Luna menggeleng keras, dia tidak ingin sahabatnya itu berlarut-larut dalam kesedihan. Karena itulah dia ingin membuat Amira bersemangat lagi. "Kalau begitu aku tidak mau makan jika kamu tidak ikut ke kantin," rengek Luna dan
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Kedatangan Ibu Mertua

“Berani-beraninya kamu muncul di hadapanku,” teriak Luna bersiap-siap melayangkan tasnya ke tubuh Alan. Secepat kilat Amira berlari menghampiri Luna dan memeluk sahabatnya itu dari belakang. Alan pun mundur beberapa langkah untuk menghindari Luna. Banyak pasang mata yang kini menyaksikan pertengkaran Luna dan Alan. Mereka terlihat seperti anak kecil yang sedang berebut mainan, lalu bertengkar saat ini. Tak lupa, Amira juga membekap mulut Luna agar wanita itu tidak lepas membocorkan tentang perceraian Amira dan Alan. Kalau sudah emosi dan marah seperti sekarang ini, apapun yang ada di otak Luna akan keluar begitu saja dan bisa saja sahabatnya itu kelepasan membocorkan kepada semua orang. “Luna malu dilihat banyak orang,” kata Amira berusaha menenangkan sahabatnya itu. “Ti... emm pemm am....” Luna berkata tidak jelas karena Amira membekap mulutnya. Luna menepuk punggung tangan Amira dan meminta untuk dilepaskan, tentu saja Amira tidak akan melepaskannya. "Tidak akan sebelum kamu
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Perlu Dikasih Pelajaran

Kini mereka bertiga duduk di sofa ruang tamu. Alan yang menuntun sang ibu untuk duduk di sebelahnya, sedangkan Amira duduk pada sofa lain yang berseberangan dengan sofa yang kini diduduki Alan dan ibunya. Sejujurnya Amira masih syok dengan kehadiran ibu mertuanya. Amira hanya menelepon dua hari yang lalu dan mengabarkan tentang perceraian ini. Sejak saat itu Amira belum siap untuk bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada keluarga Alan. Namun, kedatangan ibu Alan membuat Amira lebih sakit hati."Amira, kamu sudah dewasa. Mengapa masih berpikiran seperti anak-anak?" tanya Ratna ketus sekali, Amira termenung lebih tepatnya ingin mendengar lebih jauh ungkapan dari ibu Alan. "Kayla saja tahu bahwa Alan menikahi kamu, dia tidak marah, dia tidak menggugat apapun. Mengapa kamu tidak bisa menerima seperti Kayla?"Deg...Dibandingkan seperti itu membuat batin Amira bergejolak kembali. Amira tidak suka dibedakan dengan orang lain, apalagi dibandingkan dengan wanita yang telah merebut Al
last updateLast Updated : 2023-02-11
Read more

Membuat Perjanjian

Pintu kamar dibuka, saat terdengar suara langkah kaki, Amira semakin memejamkan kedua matanya. Alan memeluknya dari belakang, tetapi Amira segera menepis tangan suaminya itu. Amira bangkit, dia menatap sinis wajah Alan yang tampak memelas. Alan meraih tangan Amira, dia merasa bersalah atas perkataan sang ibu yang menyakiti perasaan Amira. Amira memang pantas marah besar tehadap Alan, selain perbuatan Alan yang tidak bisa dimaafkan, sekarang ditambah dengan ibu Alan yang tidak bisa memahami perasaan Amira.Alan pun juga terkejut dengan sikap sang ibu yang menyalahkan Amira atas retaknya rumah tangga mereka ini. Alan sadar dan mengakui kesalahannya, tetapi tidak dengan sang ibu yang justru membelanya di depan Amira. "Maaf." Satu kata itu yang berhasil keluar dari mulut Alan. Amira memutar bola matanya malas, maaf dan maaf yang selalu Aln ucapkan. Kata maaf tidak akan mengubah keadaan, justru membuat Amira semakin lelah dengan masalah yang mereka hadapi ini. "Maaf, maaf dan maaf teru
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

Pisah Ranjang, Pisah Kamar

"Perjanjian apa maksud kamu?" Alan ikut bangkit setelah mendengar kata perjanjian yang diucapkan sang istri. Amira berjalan menuju koper yang teronggoh dengan tenang di samping lemari. Kontan Alan membulatkan mata karena Amira menyeret kopernya yang berat. Amira belum membongkar ataupun mengeluarkan semua isi yang ada di dalam koper, dia berpikir jika sewaktu-waktu harus pergi dari rumah ini tidak perlu repot-repot mengemas barangnya lagi. "Tidak. Jika kamu berpikir untuk pergi dari rumah ini, Mas tidak akan pernah mengabulkannya," kata Alan seraya menggelengkan kepalanya. "Oke." Amira memutar bola matanya jengah.Amira mengambil bantal dan selimut cadangan yang ada di dalam lemari. Alan mengerutkan dahinya tidak paham dengan apa yang akan dilakukan oleh sang istri. Amira berpikir dan memutuskannya sendiri tanpa berunding dengan Alan. "Perjanjiannya adalah kita pisah ranjang dan pisah kamar," ujar Amira mengungkapkan keinginannya. "APA?" Tanpa menunggu jawaban dari Alan, Amira
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Villa Bram

Amira dan Luna masih belum bertegur sapa. Padahal mereka berdua duduk bersebelahan. Amira berpikir bahwa dia yang harus meminta maaf terlebih dahulu. Masa bodo dengan harga diri, meminta maaf lebih dulu bukan masalah besar. Amira sudah menyusun banyak kata di dalam otaknya, dia hanya perlu mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya, tetapi rasa gugup entah mengapa tiba-tiba datang dan degup jantungnya berdetak kencang. Hanya bicara dengan Luna saja gugup seperti ini, apalagi berbicara dengan bos besar. Amira melirik meja sebelah, Luna tampak tenang dan biasa saja dalam mengerjakan pekerjaannya. Amira mendesah panjang, rasanya hanya dirinya yang gusar atau Luna memang tidak ingin berbaikan dengannya. Kalau begitu Amira yang akan memulai dari pada mereka berdua tetap diam dan dingin sikap seperti sekarang. "Lun.""Mir."Mereka berdua tertegun dan saling pandang. Amira balik badan karena gugup, begitu pula dengan Luna. Mereka berdua selalu seperti ini, jika bertengkar dan mau berbaikan
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Aku Harap Kamu Baik

“Mm-masuklah,” ucap Bram terbata-bata. Amira dan Luna mengikuti pria di depannya yang masuk ke dalam villa berlantai dua ini. Bram belum berani menyapa Luna, mungkin gugup atau takut untuk menyapa lebih dahulu. Luna pun diam saja, enggan membuka suara atau sekedar tersenyum ke arah Bram.Mereka bertiga duduk berseberangan. Bram menatap Luna sejak tadi, sedangkan yang ditatap hanya menunduk. Amira bisa melihat interaksi canggung diantara Bram dan Luna, dia memutar otak untuk mencairkan suasana. “Kamu menyambut tamu dengan kosongan seperti ini,” ujar Amira memutus tatapan Bram pada sang sahabat. “Oh iya maaf.” Bram bangkit, pria itu masih mengenakan jas dan setelan kantornya. Entah urusan apa yang mengharuskan Amira datang ke villanya yang luas ini, tetapi tidak apa di sini lebih nyaman dan tidak ada orang yang bisa mendengar percakapan mereka. Bram kembali dengan nampan yang di atasnya tersuguhkan satu teko bening yang Amira yakini berisi teh. Ada tiga cangkir dan sepiring biskui
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Tamu yang Tak Diundang

Hari sudah gelap, Amira kembali ke rumah sedikit larut. Dia pulang sehabis adzan isya’ tanpa memberi kabar apapun kepada Alan. Amira sengaja mematikan ponselnya agar Alan tidak bisa menghubunginya. Benar saja saat Amira turun dari taxi, Alan tengah berdiri di depan gerbang karena menunggunya kembali ke rumah. Raut wajah Alan menegang, pasti pria itu marah dan sangat khawatir dengan keberadaan Amira yang tidak diketahui sebelumnya. “Assalamu’alaikum,” salam Amira lirih, dia sangat lelah setelah melalui hari yang begitu panjang. Amira menyalami tangan kanan Alan. Bagaimanapun juga, Alan masih berstatus sebagai suaminya. Setelah itu Amira masuk begitu saja ke dalam rumah. Alan menarik tangan Amira, Amira pun menghentikan langkahnya lalu menghadap Alan. Suaminya itu tampak memendam emosi, dahinya berkerut dan alisnya hampir bertaut. Amira sudah menyiapkan diri sebelum kembali ke rumah, dia siap menerima teguran ataupun amarah dari suaminya itu. “Dari mana kamu?” tanya Alan tanpa sada
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Lebih Baik Dia, Bukan Aku

Amira tidak bisa tidur, dia sangat penasaran dengan tamunya yang datang. Namun, dari kamarnya ini tidak terdengar suara Alan, seharusnya Alan menyambut tamu itu atau menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Amira keluar dari kamar untuk melihat situasi sekaligus akan menyambut tamu itu sebagai penghormatan. Amira berjalan dengan hati-hati, dia memegang kepalanya dan menekannya sedikit agar rasa pusingnya mereda. “Siapa yang datang, Mas?” tanya Amira setelah keluar dari kamarnya. Alan menoleh ke belakang dengan rasa terkejutnya, sedangkan Amira melongok ke luar pintu untuk melihat tamunya yang datang dipagi hari ini. Amira pun juga terkejut dengan tamu yang tiba-tiba mengunjungi rumah mereka.“Beri mama jalan,” ucap Ratna sekaligus mendorong tubuh Alan dan Amira. Amira dan Alan saling bergeser. Hari masih pagi sekali, tetapi ibu Alan sudah berdiri di depan rumah mereka dan entah apa maunya. Amira mengerutkan dahi, ternyata tidak hanya ibu Alan saja yang datang, kakak perempuan Alan juga d
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

Nama Baik Tercoreng

Marah pun rasanya hanya membuang-buang tenaga, apa yang Amira lakukan pasti akan berujung sia-sia. Percuma saja jika Amira berusaha tampak baik di depan Alan, ibu mertua dan kakaknya, harga diri Amira tetap saja diinjak-injak. Padahal sebelumnya Amira berpikir mengalah adalah keputusan yang tepat, nyatanya dia semakin dibuat sakit hati. Jika dirinya hany dimaki sebagai istri yang tidak becus, kemungkinan Amira bisa menahannya. Namun, lagi- dan lagi ibu mertuanya membandingkan Amira dengan Kayla. Amira belum pernah bertatap muka langsung dengan wanita itu apalagi berbicara satu sama lain, dia juga tidak tahu sebaik apakah wanita itu sampai-sampai ibu mertuanya sangat mengidamkan Kayla. Namun, bukan berarti dirinya harus dibandingkan bahkan diolok-olok lebih buruk. Istri manapun tidak akan rela jika harga dirinya dicaci maki bahkan dibandingkan dnegan wanita lain. Amira tidak sehebat dan sekuat itu, dia juga punya hati nurani yang bisa terluka kapan saja. Masa bodo dengan Kayla, jika
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status