"Auh!" teriak Cintya cukup keras. Mela langsung menyeruak masuk. "Kalau sakit, berpegangan sini, Bu," ujar suster, sambil menunjukkan gagang ranjang yang terbuat dari besi. Wajah Cintya memerah, menahan malu, lantaran harus menunjukkan bagian intimnya ke dokter kandungan. "Belum saatnya," ujar dokter, sambil melepas sarung tangan yang ia kenakan."Ini sudah sakit sekali, Dok," rintih Cintya tak terima, dibilang masih lama. Padahal, pinggangnya sudah mau patah. "Anak pertama, belum lancar jalannya." Sang dokter melempar guyonan, agar pasiennya tidak tegang. Suster membantu menutup kaki Cintya dengan selimut, lalu pergi. "Mel, bilangin dokter itu, suruh cepat kasih tindakan. Aku sudah enggak tahan," omel Cintya, membuat Mela ingin tertawa keras. Namun, urung ia lakukan, karena kondisi Cintya yang sudah tak karuan.Berbagai posisi, dari miring, sampai nungging sudah Cintya lakukakan, tapi tetap saja, rasa sakitnya justru semakin bertambah. "Jangan keras-keras, di sebelah juga ada
Read more