Home / Thriller / Digoda Suami Gaib / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Digoda Suami Gaib: Chapter 121 - Chapter 130

149 Chapters

Bab 122: Tubuh Pengganti

“Kalian semua sudah siap?” kata Nyi Mas Sekar setelah Gandarakala akhirnya luluh juga. Kendati jawaban lelaki itu hanya mengangguk saja. Kini, perempuan ini hendak melakukan telepati sukma, di mana saat semua orang terhubung dengan Nyi Mas Sekar, semuanya akan bisa melihat putri mahkota Destyana Harasantya, alias Kinanti—seperti yang sering disebut oleh suamiku. “Kupastikan yang terhubung langsung padaku adalah Wirda, Raja Gandarakala, dan...” “Sebaiknya, Ki Subadra saja. Biar Aki menjadi saksi,” kata salah seorang sepuh lainnya. Alhasil Ki Subadra menjadi saksi di antara pertemuan penting dan terkesan sakral tersebut. “Aku tidak pernah bertemu manusia secerdas dirimu,” kata Ki Subadra memuji Nyi Mas Sekar. “Bagaimana bisa sesepuh dan leluhur dahulu tidak memasukkan namamu sebagai bagian dari ramalan.” “Itu karena peranku hanya perantara saja, Ki. Selebihnya, kalianlah yang mengatur jalannya kehidupan kalian. Mudah-mudahan ini akan membuat hidup kalian terus berdampingan dengan b
Read more

Bab 123: Syarat Seorang Peri

Raja Gandarakala masih geram dengan upaya provokasi yang terus dilakukan oleh Destyana Harasantya. Putri mahkota perempuan itu terus saja membuat sang raja iblis kesal, sampai akhirnya Sekar mengutarakan hal utama mengapa dirinya diajak untuk berunding dalam ruang batin perempuan itu. “Aku benar-benar tak tahan ingin membunuhnya!” pekik Raja Gandarakala tak henti mendengus. Kalau saja Ki Subadra tidak ada di sini sudah pasti ia akan lebih lepas kendali. Di sisi lain, dari sini pula aku melihat sisi lain Gandarakala alias Reynaldi yang amat tak bisa kuandalkan menjadi seorang suami. Aku membayangkan bila sosok sepertinya hidup di dunia manusia. Entah bagaiamana jadinya. Kupikir, aku telah salah termakan nafsu. Ya, aku hanya termakan nafsu dan tanpa mempertimbangkan kepribadian sebenarnya. Sebentar, Ki Subadra sempat melirikku seolah berkata padaku agar aku bisa bersabar menghadapi sikapnya yang satu ini. “Tenanglah...” kata Ki Subadra. “Tapi, Ki! Dia...” “Kalau kalian tidak bisa
Read more

Bab 124: Sesuatu Yang Datang di Liburan

“Bagaimana?” tanya sang putri mahkota peri itu, bahkan sampai membuatnya mendekati sosok Nyi Mas Sekar. “Kuakui, kau cukup berani melakukan ini. Dan aku baru melihat dirimu yang sebenarnya di sini. Saat beberapa waktu lalu, ketika aku duduk di belakang jok mobilmu, kau terlihat perempuan yang menyedihkan—kendati aku masih dapat melihat hal itu darimu. Tapi, setidaknya di sini kau tidak menyembunyikan kekuatanmu.” “Ini hanya sebagian saja dari apa yang kau lihat tentangku,” kata Sekar begitu percaya diri sekali. “Lalu? Aku hanya pura-pura bersedih saat kakekmu berpura-pura ikut membasmiku dari kehidupan Budiman?” “Kakekku tidak berpura-pura. Dia akan tetap membasmimu di depan Budiman, tapi, akulah yang akan mengambalikanmu dan membuatmu hidup menggantikan Wirda.” “Kau...” kata Destyana setengah terkejut tapi selanjutnya putri mahkota peri itu terkekeh-kekeh. “Benar-benar perempuan berbahaya. Bila kakekmu sampai tahu, kau akan celaka...” “Dia tidak akan tahu. Atau mungkin dia tahu
Read more

Bab 125: Dirasuki Calon Suami

Aku mulai merasa Mas Budiman semakin mendekatiku. Semakin dekat ia melangkah di belakangku, semakin tegas pula Reynaldi memintaku untuk mendekati pohon. Semakin dekat aku dengannya, ia tampak kembali memberikan kata-kata manis—yang mana pastilah untuk membuatku bisa kembali menggilainya. Ia sudah tahu kalau mantera yang ia susupi di dalam darahku kini telah perlahan memudar. Kupikir, Reynaldi amat tak mengerti mengapa manteranya yang cukup terbilang kuat itu dapat berkurang perlahan dari diriku. “Aku ingin kau tetap mencintaiku sebagaimana kita telah melakukan serangkaian persetubuhan.” “Aku hanya ingin bilang bahwa wujud cinta bukan sekadar bersetubuh. Bukan sekadar saling bersentuhan kulit dan ...” “Aku mengerti, kekasih. Aku mengerti...” Tidak, dia belum sepenuhnya memahaminya. Kupikir cara memahami cinta belum terlalu dewasa Berbeda dengan Gantara yang jauh lebih realistis dan rasional meskipun ia hanyalah seorang jin—yang sama sekali tidak merasakan peliknya menjadi manusia.
Read more

Bab 126: Semoga Kau Senang Menggunakan Tubuhku

“Aku tidak apa-apa,” kataku sembari dipapah oleh istri Lukas dan pacarnya Jarwo. Pasalnya setelah aku mengemban kekuatan besar dari Reynaldi, tubuhku yang tak mampu menahan kekuatan Raja Gandarawa lantas luruh dan hampir saja pingsan. Mataku menggelap, dan kepalaku langsung vertigo. Mas Budiman tampak hendak meraihku, tapi agaknya ia pun tampak kehabisan energi setelah sosok peri itu terus berada di sisinya, dan aku bisa melihat pula ada serapan energi dari tubuh suamiku ke tubuh peri itu—membuat Destyana Harasantya terasa makin cemerlang dan muda. Di saat yang sama, aku makin melemah dan hampir saja terjerembab ke tanah. Namun, istri Lukas dan pacarnya Jarwo lantas datang setelah mereka agaknya menyadari kalau kami tertinggal cukup jauh di belakang mereka. “Kamu yakin tidak apa-apa, Wirda?” “Ya... aku tidak apa-apa.. Kita sebaiknya selesaikan saja di sini...” kataku lemah. “Baiklah... hey! Jarwo! Lukas! Cepat tolong Budiman!” “Ada apa?” pekik kedua lelaki itu. “Sepertinya...”
Read more

Bab 127: Tamu Mengundang Hasrat

Aku mencoba terlelap, dan menunggu Mas Budi segera masuk kamar. Sebentar, aku tiba-tiba saja tanpa sadar menyungging senyum ke arah sebuah dinding kosong. Entah kenapa kulakukan, mungkin karena aku sedang diburu rasa penasaran: apakah Mas Budi akan tertipu dengan wujud yang menyerupaiku—dan kini sedang terduduk di sofa ruang keluarga—sedang menonton TV. “Mas Budi akan tertipu,” gumamku. Sebentar, aku mencoba tidur. Tapi, tetap saja rasa lucu kerap datang mengintaiku. Apa yang akan terjadi? Apa peri itu benar-benar sejahil ini? Lebih dari itu, aku hanya berharap Destyana Harasantya, atau yang akrab disapa Kinanti oleh suamiku itu bisa menjadi diriku yang baik—sembari ia berusaha sekuat tenaga mengubah perasaan cintanya pada sosoknya. Entah dia akan melakukan apa, tapi yang pasti buatku, karena ia pun berasal dari golongan jin, sudah pasti dia akan memberikan mantera khusus pada suamiku, sehingga ia mulai memikirkan sosok cantik itu. Aku akui, aku sedikit cemburu, bagaimana bisa pe
Read more

Bab 128: Waktu Muslihat

Saat ini, mungkin saja suamiku sedang terjebak oleh permainan yang sedang diciptakan oleh Kinanti. Dan aku malah terjebak dalam gairah yang sangat membahayakan. Tangan Gantara terus meremas buah dadaku yang tampak membulat dan menggairahkan. Ia membuka satu persatu kancing piyamaku, hingga nampaklah wujud bentuk bukit kembar yang membulat, kencang dan pejal itu. Aku tak merasa memiliki bentuk yang seperti itu kecuali aku melakukan bedah plastik dengan pergi ke dokter. Tapi, ini secara otomatis saja semua tubuhku berubah bentuk menjadi lebih seksi dan sensual. “Kau memang menguarkan energi yang membuat para pemuda gandarawa kerap mengkhayalkan dirimu. Oleh karena itulah, aku mesti menjagamu... kendati sebenarnya mereka tidak akan bisa mendekatimu, karena kau memiliki suatu energi yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan kerajaan saja.” “Macam dirimuuuh...sssh...aah... Gantara...” Dengan cekatan lelaki itu lantas meraih pucuk buah dadaku yang terasa mengeras. Dan saat mulut dan kumis
Read more

Bab 129: Sebuah Zat

Apa yang terjadi dengan Mas Budi, sungguh aku tak tahu dan tak peduli, kendati Kinanti telah menidurinya dalam dunia khayalnya. Meski aku sudah menduganya bahwa jin perempuan itu memang melakukannya. Namun, sungguh melihat suamiku merangkak begitu menuju ranjangku membuatku cukup simpatik juga. Pikirannya mungkin kini sedang bercabang; antara memercayai bahwa penglihatannya—juga pendengarannya—perihal aku yang bersetubuh dengan Gatara merupakan sebuah khayalannya semata atau justru sebuah kenyataannya. Ini sama saat dia memergokiku bersetubuh dengan Dokter Rizal yang mana sebetulnya adalah Gantara pula yang sedang memakai tubuhnya. “Wirda...” kata Mas Budi dengan suara lemah. “Wirda...” Aku sebenarnya ingin membantunya, sekadar berdiri dan kembali ke ranjang kami di kamar villa yang penampakannya cukup besar bila dibandingkan dengan rumah kami. “Kupikir kau masih menonton,” katanya dengan nada lemah—persis seperti orang mabuk. “Hah?” Aku lantas berakting setengah kaget. “Kupik
Read more

Bab 130: Gantarra Memacu Gairah

Sesampainya di rumah, kami sama sekali tidak sempat membereskan semua barang-barang yang kami bahwa dari Puncak. Entah itu baju kotor maupun oleh-oleh berupa pakaian dan makanan, tampak dibiarkan saja menggeletak di atas meja ruang keluarga. Aku hanya bersih-bersih sebentar. Tak mandi, karena kami baru tiba di rumah hampir dini hari, dan rasa lelah segera mengintai kami. Meski demikian, kami tak juga membuat suara. Kami seperti pasangan yang bisu dan hanya berkomunikasi ringan dan sepele melalui gestur. Setelah aku bersih-bersih dan menyuruh Mas Budi secara tersirat untuk mengambil makanan di lemari pendingin aku segera ke kamar dan mengunci pintu kamar. Ya, seolah aku tidak ingin lelaki yang statusnya masihlah suamiku itu mengisi sisi lain di ranjang kami. Aku hanya ingin seorang diri di kamar. Menunggu datangnya kembali sosok Gantarra, karena entah kenapa aku masih merasa berhasrat dan menginginkan sentuhannya, setelah yang ia lakukan padaku di kamar villa itu tidak membuatku pu
Read more

Bab 131: Peri Itu Ingin Bertamu

Semalaman aku diterpa berahi oleh Gantarra. Kasurku rasanya sudah membanjir, entah oleh carianku ataupun cairan tubuhnya, yang menggaib. Tubuh kami sudah sama-sama berpeluh. Sesekali, aku masih sempat melihat bayang-bayang Dokter Rizal dalam diri Gantarra. Apakah mungkin ia masih mengenakan tubuhnya untuk melakukan persenggamaan ini? Aku tak tahu, yang jelas lelaki ini telah berhasil menguasai tubuhku untuk ke sekian kalinya. Kendati tidak sebanyak yang dilakuakan oleh Reynaldi padaku, tapi entah mengapa, batinku justru makin menguat saat bersama dengannya. Meski lelaki itu tak berada di sisiku dalam beberapa lama—dan lebih sering Reynaldi yang menggantikannya, tetap saja, kini sinyal batinku merasa Gantara-lah lelaki yang telah berhasil mendapatkan hatiku seutuhnya. Apakah ini berlebihan atau sekadar bagian dari fenomena kasmaran semata. Aku tak tahu, tapi jelas aku bisa merasakannya sendiri, bahkan di saat aku dalam perenungan yang serius, bukan pesona berahi yang dimunculkan da
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status