Pagi itu, aku merasakan pusing yang luar biasa, setelah semalaman kami bercinta. Tepatnya, aku bercinta dengan jin perempuan itu. Semalam, aku seolah pejantan tangguh yang selalu diharapkan oleh banyak perempuan. Bertahan lama dalam variasi-variasi permainan yang tak pernah kulakukan saat bersama Wirda. Entah kenapa pula, aku begitu lihai sekali malam tadi, dan Kinanti pun terlihat sangat ketagihan saat kami larut dalam nikmatnya senggama. “Apa yang terjadi?” tiba-tiba Wirda sudah di bibir pintu kamar tamu, tempat di mana aku tidur semalaman. “Apa kau begadang, Mas?” “Y-Ya...” jawabku seadanya. Aku tak mungkin jujur berkata bahwa aku bercinta dengan jin semalaman. “Aku sudah membuatkan sarapan. Bangunlah,” kata Wirda tampak kecut, dan sama sekali tidak ada ramah-ramahnya kepada suami. “Apa Mas Budi tidak kerja?” Saat aku melihat jam, rupanya waktu sudah menunjuk pukul setengah sepuluh. Tentu saja aku tidak bisa datang ke kantor karena percuma saja. Tiba di kantor akan membutuhka
Read more