Home / Thriller / Digoda Suami Gaib / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Digoda Suami Gaib: Chapter 81 - Chapter 90

149 Chapters

Bab 82: Tradisi Gandarawa

Ratih, dayangku dari bangsa Gandarawa itu memiliki kemampuan unik. Selain kemampuan memijatnya kupikir nomor wahid, kemampuan lainnya adalah ia bisa menerawang suatu peristiwa dari jarak yang cukup jauh. Dan kini, Ratih sedang menunjukkan keahliannya itu di hadapan para bangsawan istana raja Gandarawa. Kulihat ayah dan ibu Reynaldi atau Raja Gandarakala yang tampak sudah sepuh, terlihat khawatir tatkala mendengarkan peristiwa peperangan yang cukup menyedihkan di perbatasan. Aku pun agak menggigil mendengarnya, ketika Ratih baru saja berucap salah satu prajurit bangsa Gandarawa tewas dengan leher tersula oleh prajurit bangsa peri. Belum lagi beberapa jantung prajurit Gandarawa dicabik dan dibawa lari, untuk selanjutnya akan dijadikan persembahan Dewi Kali, yang merupakan sesembahan bangsa peri. “Mereka akan membawa jantung-jantung prajurit Gandarawa itu kepada penguasa bangsa peri di Kamalayu, untuk dipersembahkan kepada Dewi Kali,” kata Ratih, yang kini kedua matanya memutih semua.
Read more

Bab 83: Manusia Lain di Tanah Gaib

Perang dimenangkan oleh Gandarawa. Meski mereka telah kehilangan lima desa di perbatasan akibat serangan bangsa peri Kamalayu, Raja Gandarakala alias Reynaldi berhasil memertahankan wilayah kerajaan. Ratih berkata melalui penerawangannya, calon suamiku itu menempatkan ribuan prajurit Gandarawa dan dedemit lain yang mengabdi pada bangsa Gandarawa untuk menjaga perbatasan. “Kini, mereka sedang berjalan pulang menuju kota utama kerajaan. Membawa lima komandan peri yang cantik-cantik.” Sorak-sorai pun menggema di dalam aula kerajaan itu. Berita pun cepat menyebar ke penjuru kota, membuat para pemuda bergembira mendengar hal itu. Tentu saja, itu akan menjadi kesempatan untuk mereka bisa menggiliri peri-peri ini hingga nafsu mereka terpuaskan. Aku ngeri mendengar obrolan pemuda-pemuda itu, karena mereka tak ubahnya sekumpulan lelaki-lelaki brengsek yang ada di duniaku. Tapi, aku segera mengingat lagi ucapan Anjani. Ini adalah kerajaan Gandarawa. Di mana hal itu merupakan bagian dari ad
Read more

Bab 84: Senyum Sedih Ibu Para Jin

“Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Ibu Athania berada di Gandarawa?” tanyaku suatu waktu, yang mana hari itu aku tidak banyak kegiatan di dalam istana kerajaan bangsa jin ini. Salah satu dayang pribadi Ibu Athania, ibu dari Reynaldi atau lelaki yang dikenal sebagai raja gandarawa atau Raja Gandarakala itu memanggilku agar aku senantiasa masuk ke kamarnya. “Aku hidup di tahun 70-an, saat itu aku menempati sebuah rumah tua bersama keluargaku...” “Ibu Athania sudah menikah?” “Belum? Kenapa? Kau ingat akan legenda klasik perihal istri yang ditinggal suaminya bekerja, akan tetapi tiba-tiba si suami malah berbalik pulang, dan belakangan kita menganggap lelaki yang menyerupai suaminya itu adalah bangsa Gandarawa? Apa itu yang ada di dalam pikiranmu?” jelas Athania tampak tersenyum. Perempuan itu rupanya bisa membaca isi pikiranku. “Bagaimana bisa Ibu tahu?” “Aku tahu, sayang. Kau pasti berpikir seperti itu. Jawabanku adalah tidak. Aku sama sekali belum menikah saat itu, dan sepe
Read more

Bab 85: Lupa

“Aku berkali-kali memikirkannya, sayangku... aku memikirkan alasan mengapa aku begitu tergila-gila olehnya. Bukan hanya ketampanannya saja, tetapi kehadiran sosoknya... walau, orang-orang yang saat itu berusaha mengobatiku berkata, mahluk yang mendekatiku—yang membuatku jatuh cinta adalah genderuwo berbulu hitam lebat dengan pandangan merah menusuk. Mereka semua berkata demikian agar aku sadar dan tidak lagi terpikat dengan suamiku kini... tapi, semuanya tak kudengar... pesona suamiku terlalu kuat sehingga yang kupikirkan hanyalah dirinya saja...” “Lalu? Kapan mulanya Ibu berada di sini, dan memutuskan hidup di sini?” “Ibu juga lupa kapan kiranya. Tapi, yang pasti sejak kejadian itu, satu-satunya ingatan Ibu tentang dunia manusia hanyalah, diriku yang terbaring sakit di kamarku, sementara suamiku senantiasa menjagaku, hingga tak lama kemudian, tahu-tahu aku sudah berada di dunia yang indah ini. Dalam beberapa hari kemudian aku sudah menikah dengan suamiku, dan selang setahun kemudi
Read more

Bab 86: Tarian Gaib

Malam itu, aku benar-benar tidak jadi mempertanyakannya kepada Raja Gandarakala alias Reynaldi—apakah cinta ini benar-benar murni atau lelaki penguasa bangsa Gandarawa itu memengaruhiku dengan mantera pemikat yang membuatku tergila-gila. Aku tak mempertanyakan hal itu lagi, karena sebelum aku larut ke dalam tarian malam itu, entah kenapa aku jadi memiliki pemikiran lain. Kupikir, agaknya tak masalah bila aku mencintainya karena mantera-mantera Reynaldi. Melihat kehidupan Athania yang begitu menyenangkan di dunia Gandarawa; punya wajah awet muda, dicintai rakyatnya, dan menjadi berkuasa atas bangsa ini, yang mana kelak bila aku menikah dengan Reynaldi, maka aku pun akan memiliki kehidupan seperti itu. Aku pun jadi meragukan pula, bahwa apabila cintaku benar-benar nyata kepada Mas Budi, kenapa pula aku begitu mudahnya terpedaya oleh Reynaldi. Apa karena kekuatan sihirnya lebih besar dari tulusnya cintaku? Aku tak tahu, yang jelas, kalau memang itu yang terjadi, berarti begitu rapuhnya
Read more

Bab 87: Kemarahan yang Terpendam

Saat kedua mataku terbuka, aku sudah berada di kamar rumah sakit. Aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi padaku, tapi satu hal yang pasti, aku sudah berada kembali di dunia manusia. Berpapasan dengan orang-orang dan mendengar obrolan orang di luar rumah sakit. Ketika aku menoleh ke samping ranjangku, tepat di ranjang sebelahku, di balik gelebaran tirai itu bisa kulihat Budiman meringkuk di sana. Apa dia mencariku? Batinku. Apa dia tidak tahu bahwa aku tak lama lagi akan benar-benar menjadi permaisuri dari bangsa Gandarawa. Menjadi permaisuri sebagaimana yang selalu diimpikan oleh orang-orang—setidaknya kalangan anak gadis yang sedang bermain-main dengan masa depannya. Aku melihat ke arah Mas Budi yang tampak lemah terbaring di ranjang. Begitupun aku. Menari semalaman. Meski tubuhku sengaja dilemaskan, dan membiarkan dayang-dayang itu mengendalikan seluruh anggota tubuhku, aku tetap merasa energiku terkuras habis. “Maafkan aku Mas Budi... sebaiknya kita selesaikan saja...” gumamku
Read more

Bab 88: Pasang Surut Hubungan

Aku menyalak. Aku akui, aku tetap bersikukuh memegang pisau dapur pemotong daging itu kala Mas Budi terus memintaku untuk meletakkan pisau yang pastinya telah membuat ia ketakutan. Jelas sekali di hadapanku bagaimana rautnya ketika menatapku. Saat aku mengiriminya tatapan nanar, ia sama sekali tidak membalasnya. “Simpan dulu pisaumu, Wirda,” kata Mas Budi terlihat sedikit gemetar tatkala tatapanku begitu intens dan serius saat bersinggungan pandangnya. Ya, kami jadi seperti seseorang yang terlihat sedang bermain adu kekuatan dalam bersitatap. “Dengar, Mas. Aku tidak mau pindah rumah!” kataku sembari berlalu kemudian kembali ke dapur. Kembali memotong daging sapi sisa itu dengan kekuatan yang cukup besar di atas talenan yang tak kalah besarnya pula. BRAAAK...BRAAK... BRAAK. “Apa kau tidak menyadarinya, Wirda?... Sejak kita berada di rumah ini, hal-hal aneh selalu datang menyertai kita. Kau seharusnya sepenuhnya menyadari itu, Wirda. Kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Kita
Read more

Bab 89: Aku Tersihir

Pagi itu, tepat setelah Mas Budi berangkat kerja, aku seperti biasa disibukkan dengan hal-ihwal rumah tangga. Kendati tidak terlalu banyak bahan makanan yang terdapat dalam lemari pendingin pun, aku tetap memasak seadanya. Kemudian mencuci pakaian dan menjemur. Kupikir, aku kembali ke rutinitasku. Menjadi seorang istri manusia. Tak ada yang istimewa dari pekerjaanku selain rasa letih dan kemampuan mengolah kesabaran yang semakin meningkat. Tatkala aku sedang membersihkan bufet ruang tamu, di mana aku bisa melihat foto-foto kebersamaan kami di sana, bahkan aku bisa melihat betapa berdebunya foto pernikahan kami—tanpa sengaja aku menjatuhkan beberapa tumpukan buku yang tersimpan di pinggiran bufet. Aku pun menjatuhkan vas bunga. Untung saja tidak pecah, batinku. Bila vas itu sampai pecah, Mas Budi pasti akan berpikiran aneh-aneh, sepertihalnya aku yang dianggap tidak menghargai pemberiannya, atau aku yang sudah lelah menjalin hubungan pernikahan dengannya. Padahal aku tahu itu hanya b
Read more

Bab 90: Dokter Rizal yang Tampan

“Halo?” ujar suara lelaki dari seberang telepon. Aku masih termenung, seolah menikmati suara lelaki bernada agak berat dan maskulin itu. Bersama itu pula, entah kenapa dadaku terasa berdegup kencang. Napasku memburu seraya mendengar suara lelaki ini. “Halo?” katanya lagi. “Halo...” akhirnya aku menjawabnya. “Siapa ini?” “Aku Wirda... istri Budiman...” “Wirda? Wirda yang itu! Ya, Wirda ada apa? Apa ada yang bisa kubantu? Di mana Budiman?” “Mas Budi sedang bekerja... a-aku bisa minta tolong kepada Dokter Rizal?” “Tentu saja. Apa yang bisa kubantu?” “D-Dokter... aku sedang tidak enak badan... aku merasakan sakit di sekitar dadaku, dan saat ini tidak ada siapapun di rumah... Mas Budi sedang bekerja di kantor seperti biasa, dan nomornya sedang sulit dihubungi... aku tidak tahu harus menelepon siapa lagi, Dok... kebetulan sekali Mas Budi meninggalkan buku teleponnya di rumah dan aku menemukan nomor teleponmu di sini... tolong, Dok... entah ini berhubungan dengan paru-paruku atau ja
Read more

Bab 91: Cinta yang Lain

Paras lelaki itu semakin dekat. Aku tak tahu harus berkata apa lagi. Namun, semakin lama sosoknya semakin mendekati serambi, aku merasa Dokter Rizal mengingatkanku pada sosok Gantara, panglima perang dari kerajaan Gandarawa yang juga berperan penting dalam membawaku ke negeri gaib itu, kala kami menunggu Reynaldi alias Raja Gandarawa datang menjemputku beberapa waktu lalu. “Wirda?” sapanya. Ia tampak mengernyitkan keningnya ketika melihatku yang tampak merenung sendiri Aku memang melamun sesaat, seolah kesadaranku terserap entah ke mana. Hal disebabkan karena aku begitu makin terpikat oleh Dokter Rizal yang parasnya makin mengingatkanku pada sosok panglima perang itu. Tubuhnya tampak kekar di balik kemejanya, juga sorot matanya yang awas di balik kacamatanya seakan membuatku luluh. Jelas, aku bertanya-tanya pada diriku. Apakah aku sudah rusak?! Bagaimana mungkin aku yang telah mencintai Reynaldi—yang bahkan aku mengkhianati perkawinanku dengan Mas Budi—sekarang aku malah mencoba me
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status