Malam itu terasa indah bagiku. Udara yang sejuk di dunia asing ini melenakanku. Membuat gairahku memuncak. Untuk sejenak saja, aku melupakan keberadaan Mas Budi, yang barangkali di dunia manusia sana sedang kerepotan mencariku, karena aku pergi begitu saja dari rumah sore itu. Ya, aku melupakan suamiku, demi merasakan sentuhan-sentuhan yang berhasil membuatku gila. Setiap tangan besar dan kasar Reynaldi menelusuri peta tubuhku, aku merasa menggigil. Desahan keluar begitu saja dengan liar. Lenguhan dan desisan tak tahan ingin disodok oleh lelaki kekar ini, membuatku menggelinjang tak keruan. Terutama ketika dengan kuatnya ia menggendongku, lalu merebahkanku di ranjang, lalu menelanjangkiku, lalu menyapu sekujur tubuhku dengan bibirnya lembut. Aku mengerang bahagia. Senyum binal tanpa sadar kutorehkan ke arahnya. Mataku menyipit sayu, merasakan setiap sentuhannya. Birahi telah mengepungku. “Ah! Aaaah! Ah! Aku suka... yaaa!” “Tubuhmu indah sekali, Wirda... alangkah bodohnya suamimu t
Read more