All Chapters of Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku): Chapter 71 - Chapter 80

153 Chapters

Bab 71. Patah Hati Membawa Petaka

“Ah, tidak apa-apa, Pak. Saya baik-baik saja. Oh iya, saya permisi keluar dulu. Ada sesuatu yang harus saya ambil di mobil,” pamitku dengan dalih ketinggalan suatu barang. Namun, itu hanya alasanku agar bisa keluar dari ruangan ini. Kakek Arum dan Bu Rina mengangguk mengiyakan. Tidak menunggu lama aku keluar dengan langkah gontai.Aku berjalan meninggalkan ruang tamu di Yayasan ini. Namun, secara tidak sengaja kulihat Arum sedang tertawa dengan anak-anak panti ini. Di belakangnya ada pria yang dikatakan sebagai suami barunya duduk sambil memperhatikan dengan tatapan yang entah. Seketika dadaku bergemuruh, tangan ini mengepal menahan gejolak cemburu yang semakin menyiksa. Berbeda saat melihat Satria dengan Arum, meski tetap merasakan cemburu, namun aku masih yakin bisa mendapatkan kembali hatinya. Akan tetapi, seolah harapan itu musnah mengetahui kenyataan yang sangat menyakitkan ini.Namun, dalam pikiranku masih bertanya-tanya, bagaimana bisa Arum bertemu dengan pria itu? Bukankah se
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Bab 72. Aku Pembunuh!

Aku mengerjap beberapa kali, memandang sekeliling ruangan yang didominasi warna putih. Aroma obat tercium oleh hidung ini. Aku tahu ini Rumah Sakit. Namun, apa yang telah terjadi? Kenapa aku sampai dirawat di sini? Diri ini mengingat-ingat apa yang telah terjadi padaku sebelumnya. Ah, iya. Aku ingat telah menabrak gerobak soto dan menyerempet pedagangnya. Seketika mataku membulat mengingat kejadian tersebut, merasa khawatir dengan orang yang sudah menjadi korban tabrak olehku. “Alhamdullilah kamu sudah sadar, Sayang,” pekik Mama sambil memeluk membuatku meringis menahan sakit di sekujur tubuh. Mendengarku kesakitan Mama melepaskan dekapannya. “Maafkan Mama. Mama enggak sengaja. Gara-gara seneng lihat kamu sadar, Mama lepas kontrol,” jelasnya sembari tersenyum lega. “Aku baik-baik saja, Ma.” Aku mencoba menenangkan tidak ingin wanita yang kusayangi tersebut khawatir. Aku mencoba bangun, namun tidak bisa. Apa yang terjadi dengan tubuhku? “Mau ke mana, Ga?” tanya Mama ingin membant
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Bab 73. Arum Datang

Papa mengangguk mengikuti apa yang kuinginkan. Kemudian, beliau berpamitan, katanya akan ke rumah mereka untuk menyampaikan secara langsung keinginanku. Di satu sisi aku tidak tenang telah mencelakai orang meski tidak sengaja, di sisi lain pula terus saja memikirkan Arum. Sampai saat ini aku belum rela kalau dia menjadi milik orang lain. Papa dan Mama belum tahu mengenai kabar terbaru mantan istriku itu. Apa sebaiknya aku menceritakan kepada mereka? Kira-kira bagaimana reaksi Mama dan Papa jika tahu Arum sudah menikah kembali? Tiba-tiba, rasa sesak kembali bergelayut di dalam hati ini. Bagaimana bisa aku menjalani hidupku tanpa Arum? Bolehkah aku egois masih ingin memilikinya meski dia telah menjadi milik orang lain? Seseorang mengetuk pintu ruangan ini, lalu Mama membuka dengan terperangah. Memangnya siapa yang datang ke sini sehingga Mama seperti setengah terkejut? Terdengar suara wanita yang memberi salam, dari suaranya kenapa aku merasa itu Arum? Benarkah dia datang kemari men
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Bab 74. Maksud Kedatangan Arum

Mama pamit keluar sebentar dengan alasan ingin membeli sesuatu. Namun, aku tahu, itu hanya alasannya saja. Beliau mengerti kami perlu menjaga privasi. Akan tetapi, yang kutak habis pikir. Pria angkuh, suami Arum itu sama sekali tidak ingin beranjak dari tempatnya duduk. Dia bergeming sejak tadi dengan posisi yang sama sambil menggeser-geserkan layar ponsel di tangannya. Entah kesibukan apa yang dilakukannya. Bahkan, kacamata hitam yang dia pakai sama sekali tidak pernah lepas. Dasar pria aneh dan sombong. Apalagi sikapnya yang menurutku terlalu dingin sama sekali tidak kusuka. Mungkinkah Arum bisa jatuh cinta pada orang seperti dia? Tidak mungkin! Aku tahu Arum memang wanita yang baik, tidak pernah banyak menuntut. Namun, sebagai seorang wanita pastinya menyukai pria yang perhatian dan hangat. Bagaimana mungkin Arum tahan memiliki suami seperti dia. “Mas sebelumnya aku minta maaf mungkin kata-kataku akan menyakiti hati Mas Arga. Tapi, aku harus mengatakan ini untuk yang terakhir ka
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

Bab 75. Terpuruk Lebih Dalam

Aku hampa. Separuh hatiku serasa kosong kini. Wanita yang kucintai telah benar-benar pergi tanpa bisa kembali. Jika, ada orang yang tahu ingin tahu apa itu definisi kehilangan, inilah yang kurasakan sekarang. Kosong! Itu yang kurasakan setelah separuh jiwaku pergi.Aku termenung di dalam ruangan ini sendirian. Mama belum juga kembali ke mari. Membuatku hanya merenung dengan air mata yang takbisa lagi kutahan. Aku tahu, untuk seorang pria, menangis adalah hal yang tabu. Akan tetapi, bukankah tidak salah jika itu kulakukan sekarang? Hari itu telah tiba, hari yang kutakutkan di mana diri ini harus melepaskan Arum untuk selamanya bersama pria lain. Kuambil ponsel dan dompet di atas nakas. Membuka galeri foto yang penuh dengan potret Arum yang sedang tersenyum di sana. Sangat manis, senyum yang bisa memabukkan serta membuatku tergila-gila. Akan tetapi, hanya karena satu kesalahanku yang bernama nafsu. Diri ini kehilangan Arum untuk selamanya. Menyesal, itu yang kurasakan kini. Akan tet
last updateLast Updated : 2022-11-13
Read more

Bab 76. Lebih Tenang

“Rezeki, Jodoh, dan Maut sudah ditakdirkan Allah SWT saat kita masih di dalam rahim.”💞💞💞Hari ini dokter menyatakan kalau aku sudah boleh pulang dari Rumah Sakit. Kondisiku sudah membaik. Tinggal penyembuhan luka dalam saja. Namun, itu tidak akan berangsur lama. Sebelum pulang ke rumah, aku meminta Papa untuk mampir dulu ke rumah almarhum Pak Sastro, orang yang tidak sengaja kutabrak.Papa menuruti apa yang kuinginkan. Beliau membawaku ke rumahnya. Hunian mereka berada di sebuah perkampungan biasa. Dengan rumah yang saling berdempetan serta akses jalan yang hanya bisa dilalui satu mobil saja. Harus kuakui, warganya bukan dari kalangan atas, tetapi suasananya cukup asri dan bersih. Aku salut kepada para warga yang sangat menjaga lingkungan agar tetap bersih seperti ini. Itu membuktikan kalau mereka dipastikan akan sehat secara rohani serta jasmani.Mobil Papa berhenti di depan sebuah rumah sederhana, namun bersih. Meski rumah tersebut tidak sebagus dari hunian sekitarnya. Akan tet
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Bab 77. Ikhlas Menerima Takdir

Beberapa bulan ini, kegiatan seorang Arga tidak terlalu banyak. Hari-hari kulakui hanya untuk memulihkan kembali kesehatan kakiku. Mama selalu menemani putranya ini untuk terapi, berharap secepatnya aku akan lekas sembuh. Untuk urusan pekerjaan, sudah kuserahkan tanggung jawab itu kepada teman sesama Dokter yang dapat dipercaya. Sedangkan, untuk restoran, setiap dua hari sekali aku akan datang ke sana untuk mengontrolnya ditemani Mang Mansur.Jangan ditanya rasaku saat ini, setiap malam masih saja merindukan mantan istriku Arum. Meski sudah kucoba untuk merelakannya tetap saja hati ini berat. Memang benar, seorang suami yang telah menyia-nyiakan istrinya akan menyesal saat sudah menjadi mantan dan bersama dengan pria lain. Arum sudah cukup memberikanku kesempatan kedua sehingga mustahil untukku mendapatkan yang ketiga kalinya. Hari-hari kulakui dengan kesepian, akan tetapi diri ini masih bersyukur, setidaknya masih bisa diberikan waktu untuk pria bodoh ini agar bisa memperbaiki diri.
last updateLast Updated : 2022-11-14
Read more

Bab 78. Karyawan Baru

“Iya, Pak. Saya mau melamar kerja di sini. Kata teman restoran ini membuka lowongan pekerjaan untuk menjadi kasir, jadi saya datang ke sini untuk mencari peruntungan,” ujarnya sambil menundukkan kepalanya.Apa gadis ini pemalu? Kenapa dari tadi hanya menundukkan kepalanya? Tiba-tiba terbersit wajah Arum saat melihat sekilas gadis ini. Jika dilihat-lihat, penampilannya seperti mantan istriku dulu saat pertama kali kami bertemu. Aku meraba dadaku, merasakan sesuatu di dalam sana. Perasaan apa ini?Aku menggeleng mencoba menghilangkan pikiran bodoh ini. Mengalihkan pikiranku kepada hal lain.“Jangan panggil saya, Pak. Itu terkesan tua sekali. Padahal saya belum sesepuh itu,” ujarku sambil menyodorkan tangan meminta berkas yang ada di tangan gadis di hadapanku. Dengan tergesa dia memberikannya dengan senyum yang kaku. Mungkinkah dia gugup? Gadis yang aneh dan terlihat lucu di mataku.“Dengan nilai IPK kamu yang tinggi ini, kenapa hanya melamar jadi seorang kasir?” tanyaku heran saat melih
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

Bab 79. Gadis Aneh

Keesokan harinya entah kenapa aku semangat untuk datang ke Restoran. Tidak seperti biasanya ke sana setelah dua hari sekali. Mungkin karena ingin melihat hasil kerja gadis itu untuk pertama kali. Sudah biasa bukan seorang atasan menilai pegawainya ketika bekerja ketika awal kerja?Dengan diam-diam kulihat kerja gadis itu cekatan dan rajin. Apalagi, pakaiannya yang sopan membuat nilai plus di mataku. Aku menggeleng mencoba menepis pemikiranku ini. Apa yang kamu pikirkan, Ga? Buang jauh-jauh apa yang ada di dalam otakmu itu!Aku bermonolog sendiri dengan hati dan pikiranku. Mencoba tidak Memikirkan wanita mana pun. Bahkan, Arum masih saja bersemayam kuat di hati ini. Tidak mungkin ada yang bisa menggantikannya. Apa lagi, aku cukup tahu diri dengan kondisi kakiku yang cacat ini.Jangankan untuk hidup dengan orang lain, bahkan dengan Arum pun jika itu bisa aku akan memilih mundur. Tidak ada wanita yang pantas untukku yang pendosa serta cacat seperti ini.Karena ini akhir bulan, hari ini
last updateLast Updated : 2022-11-15
Read more

Bab 80. Pulang Bersama

“Harusnya kamu mencari pacar atau suami, biar bisa mengantar dan menjemputmu kerja. Kalau begini, kan, malah repot sendiri kalau pulang malam-malam,” ucapku tanpa bermaksud apa pun. Namun, gadis itu mematung. Wajahnya memerah seolah menahan tangis sambil memainkan tangan yang ada di pangkuannya. Ada apa dengannya? Apa aku salah bicara?“Kamu kenapa?” tanyaku merasa khawatir sekaligus rasa tidak enak hati karena takut salah ucap.“Tidak apa-apa, Mas,” jawabnya. Dia menoleh dengan senyum kaku tampil di wajahnya hingga semakin membuatku merasa bersalah.“Maaf kalau saya salah bicara. Saya tidak bermaksud apa pun,” sesalku. Membuat dia menggeleng dengan cepat.“Tidak! Mas Arga sama sekali tidak salah apa-apa. Saya baik-baik saja, kok. Beneran.” Gadis itu kembali menoleh ke arahku sambil tersenyum, meyakinkanku.Karena tidak ingin kembali salah bicara, sepanjang jalan tidak ada percakapan apa pun di antara kami. Hanya menyimak Mang Mansur yang terus saja mengajak Haniya mengobrol. Kebetul
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status