“Ah, tidak apa-apa, Pak. Saya baik-baik saja. Oh iya, saya permisi keluar dulu. Ada sesuatu yang harus saya ambil di mobil,” pamitku dengan dalih ketinggalan suatu barang. Namun, itu hanya alasanku agar bisa keluar dari ruangan ini. Kakek Arum dan Bu Rina mengangguk mengiyakan. Tidak menunggu lama aku keluar dengan langkah gontai.Aku berjalan meninggalkan ruang tamu di Yayasan ini. Namun, secara tidak sengaja kulihat Arum sedang tertawa dengan anak-anak panti ini. Di belakangnya ada pria yang dikatakan sebagai suami barunya duduk sambil memperhatikan dengan tatapan yang entah. Seketika dadaku bergemuruh, tangan ini mengepal menahan gejolak cemburu yang semakin menyiksa. Berbeda saat melihat Satria dengan Arum, meski tetap merasakan cemburu, namun aku masih yakin bisa mendapatkan kembali hatinya. Akan tetapi, seolah harapan itu musnah mengetahui kenyataan yang sangat menyakitkan ini.Namun, dalam pikiranku masih bertanya-tanya, bagaimana bisa Arum bertemu dengan pria itu? Bukankah se
Last Updated : 2022-11-11 Read more