Semua Bab Pernikahan Berselimut Noda: Bab 1 - Bab 10

40 Bab

Yessi Ananda

"Huek!" Aku terus memuntahkan isi perutku hingga kerongkonganku terasa perih. Sarapan yang baru saja kutelan, seakan hanya singgah sebentar di lambungku sebelum akhirnya terkuras kembali hingga isinya telah habis, dan mungkin tak bersisa.Di usia kehamilanku yang masih terbilang muda ini, aku memang kerap kali mengalami morning sickness.Mas Wira hanya melirik sebentar dengan ekor matanya, sambil tangannya terus memasangkan dasi di leher. Tadinya, aku yang hendak memasangkan dasi tersebut. Namun perutku tiba-tiba terasa mual karena mencium aroma parfumnya, maka mau tak mau Mas Wira yang melakukannya sendiri.Setelah puas menguras semua isi perutku dan memastikan rasa mualnya tak ada lagi, aku pun bergegas berkumur dan mengelap mulutku dengan selembar tissu. Setelah itu menghampiri Mas Wira yang sedang mengancingkan lengan kemejanya.Aku berinisiatif hendak membantunya. Namun, baru saja tanganku terulur hendak meraih tangannya, Mas Wira langsung berkelit menghindar."Tidak usah. Ini
Baca selengkapnya

Luka Yessi

"Anak kurang ajar! tak tau malu! beraninya kamu mencoreng nama baik keluarga dengan aib yang kamu lakukan itu!" hardik papi saat itu.Plak! Plak! Belum puas papi mencaciku kini tangannya melayang menampar pipi kanan dan kiriku, membuat mami menjerit histeris karenanya.Sementara Yessa, kakak perempuanku yang karakternya cenderung tomboy, hanya melihatku dari kejauhan dengan tatapan sinis.Abangku yang bernama Yossi terus menenangkan papi yang kalap. Kalau bukan karena ditahan Bang Yossi, mungkin aku sudah mati bersimbah darah karena ditusuk oleh beliau menggunakan pisau. Ya, papi sangat kalap menghajarku sampai berlari ke dapur dan mengambil pisau. Bang Yossi dengan sigap langsung menerjang papi yang hendak melukai putri bungsunya. Abangku yang memang dulunya seorang atlet taekwondo tak menyia-nyiakan kemampuannya itu. Entah bagaimana caranya pisau tersebut dapat terlempar dari tangan papi.Sedangkan mami menjerit-jerit sembari memelukku, berusaha melindungi putri tersayangnya dari
Baca selengkapnya

Mimpi Buruk

Aku bergegas menoleh ke belakang begitu pintu kamar terbuka. Lalu tersenyum tatkala melihat suamiku masuk. Sembari berusaha menutup lebam di lengan kananku dengan pose yang seharusnya tidak mencurigakan sama sekali. Pria itu kemudian terlihat membuka jasnya."Mestinya tadi kamu nggak usah ngangkatin berat-berat seperti itu," ujarnya.Aku hanya memandangnya dari tempatku berdiri."Kamu tau kan, kalau itu bisa berakibat fatal sama kandungan kamu?" Mas Wira mulai membuka kancing kemejanya dan membuatku seketika membalik badan ketika ia melepasnya.Hmm. Sudah berani rupanya pria itu bertelanjang dada di depanku. Padahal sebelumnya ia akan memilih berganti baju di kamar mandi."Kenapa berbalik? bukankah kamu sudah terbiasa melihat tubuh polos lelaki?" Sindirannya sontak membuat tubuhku menegang. Hatiku serasa dikoyak. Kemudian darahnya mengalir tanpa henti. Luka itu basah lagi.Dadaku bergemuruh hingga tanpa sadar kedua tanganku mengepal. Aku pun memutuskan meninggalkan kamar, tak berni
Baca selengkapnya

Rasa Trauma

Siang ini, langit tampak cerah. Semilir angin sepoi-sepoi terasa menyapu ke wajahku. Harusnya aku bisa mengantuk karenanya. Namun lantaran benakku masih dibayangi perihal mimpi buruk semalam, alhasil aku pun menjadi agak sedikit ketakutan, hingga tak terpikir sama sekali agar kedua mataku bisa mengantuk.Sebenarnya, setelah Mas Wira menyelimutiku tadi malam, mataku menolak untuk dipejamkan lagi. Bagaimana tidak, mimpi buruk itu selalu datang setiap mataku mulai terpejam.Sungguh aku sangat takut sekali, namun sebisa mungkin kutahan. Untung Mas Wira tak melihatku sebab posisi tidurku yang membelakanginya. Setelahnya, kedua mataku pun tetap terbuka lebar hingga pagi menjelang."Dicariin ke mana-mana ternyata malah enak-enakan duduk di sini. Kamu ini ya! kerjaannya ngelamun terus tiap hari! jangan berpikir kamu bisa jadi tuan putri di rumah ini! Enak saja!" Lagi. Mertuaku mencerocos tiada henti seraya berdiri di ambang pintu. Aku pun bergegas bangkit dan berjalan mendekatinya."Ada yan
Baca selengkapnya

Terpaksa Menginap

Setelah dibujuk oleh Mas Wira sedemikian rupa, akhirnya aku pun bersedia ikut masuk ke dalam. Kami berdua kemudian duduk di lobby hotel guna menunggu seseorang yang Mas Wira maksud.Tak lama kemudian, pria setengah baya berjalan menghampiri kami. Mas Wira pun bangkit, demikian juga aku. Tangan Mas Wira terulur menyalaminya."Kenalkan, ini istri saya, Pak." Hatiku lagi-lagi kembali menghangat mendengar pengakuan Mas Wira barusan. Rasanya aku merasa dihargai dan juga diakui."Oh, Pak Wira sudah menikah ternyata. Saya kira ini tadi pacarnya," sahut bapak itu tersenyum sembari menjabat tanganku."Baru satu minggu lebih kami menikah, Pak," ucap Mas Wira."Wah pengantin baru ternyata," timpal sang bapak. Mereka kemudian membicarakan masalah pekerjaan. Aku menyibukkan diri dengan pura-pura memainkan ponsel agar tidak tampak terlalu menganggur. Meskipun hanya scrol-scrol tidak jelas karena ponselku kehabisan pulsa dan juga kuota internet."Sekali-sekali menginap di hotel ini, Pak. Cocok unt
Baca selengkapnya

Pelukan Sang Suami

Mas Wira kembali menutup pintu ketika karyawan hotel tersebut keluar setelah menata berbagai menu di atas meja.Sementara aku masih berdiri dengan dada yang naik turun menahan rasa emosi yang masih mengendap di ubun-ubun.Mas Wira menatapku sekilas, kemudian berjalan menuju meja yang kini terhidang berbagai menu lezat. Pria itu lalu duduk di kursi sofa."Temani saya makan, Yessi," ucapnya.Aku memalingkan wajah, merasa enggan menuruti permintaannya."Yessi!" panggilnya sekali lagi.Mau tak mau, aku pun berjalan ke arahnya. Kemudian duduk di sebelahnya dan memilih jarak agak jauh darinya.Mas Wira menggeser kopi beserta kudapan ke hadapanku.Keheningan menyertai kami untuk beberapa detik."Maaf untuk yang tadi. Aku memang sengaja melakukannya," ucap Mas Wira."Sebagai seorang suami, aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi denganmu." "Beberapa kali aku menemukanmu mengigau dalam tidur. Dan kamu juga tadi sangat ketakutan ketika aku membawamu ke sini. Aku yakin ini semua ada h
Baca selengkapnya

Si Kaku Yang Lembut

Ceezzzzz!Cezzzz!Samar-samar telingaku mendengar sesuatu yang disemprot. Sedetik kemudian, indera penciumanku menangkap aroma yang membuat perutku terasa mual dengan tiba-tiba.Refleks, aku pun bangkit dan langsung berlari ke arah wastafel, lalu muntah di sana.Mas Wira bergegas menghampiriku, niatnya ingin membantu memijit tengkukku. Namun kehadirannya justru semakin memperparah rasa mual di perutku.Tangan kiriku terangkat memberi isyarat padanya agar tak mendekat."Maaf ... maaf, Yessi!" ucapnya terdengar menyesal. Ia pun berjalan menjauhiku.Aku kembali berjalan ke arah sofa selesai mengeluarkan semua isi perutku. Tubuhku rasanya lemas, namun aku lega."Pakai masker." Mas Wira mendekat dan menyerahkan masker untukku. Aku segera memakainya. Tangan Mas Wira terulur mengusap perutku. Mendadak tubuhku seperti tersengat aliran listrik yang membuatku menegang selama beberapa detik. "Sepertinya bayinya tak suka padaku. Buktinya dia selalu menolak aroma parfumku," tuturnya.Aku tertawa
Baca selengkapnya

Setitik Harapan

Jantungku semakin berdetak kencang kala Mas Wira membelokkan mobilnya memasuki pelataran rumahnya.Tanpa sadar tanganku sampai meremas dress selutut yang sedang kukenakan. "Wah, wah! enak ya yang sedang berbulan madu," sindir mama mertuaku ketika kami memasuki pintu rumah."Bukan bulan madu, Ma. Kami terjebak hujan, mobil pun mogok. Bukannya Wira udah kasih tau mama di telpon? Ini aja tadi benerin mobil dulu baru belanja ke pasar," sahut Mas Wira menjelaskan."Iya, tau. Yang mama herannya kok kalian bisa barengan? apa Yessi nelpon kamu, ya?" sangka mama."Kemarin Wira mau ketemu klien, Ma. Nggak sengaja malah ketemu Yessi di jalan, katanya mau belanja.""Lagian, ngapain sih mama pakai nyuruh-nyuruh Yessi belanja segala? memangnya Bik Inah ngapain aja? bukannya biasanya yang belanja Bik Inah?" lanjut suamiku.Sementara aku terus menundukkan kepala sejak tadi."Eeee! enak saja kamu tuduh mama yang nyuruh dia belanja. Orang dia yang mau sendiri, kok!" sangkal mama dan langsung ngeloyor
Baca selengkapnya

Yudha?

"Mau makan dulu, atau belanja dulu?" tanya Mas Wira menawarkan pilihan ketika kami berdua memasuki pintu sebuah mall."Terserah Mas saja.""Hmm, sampai sekarang aku bingung kenapa wanita suka sekali mengeluarkan senjata ampuhnya itu," gumam Mas Wira."Hah? senjata apa, Mas?" Aku mengernyitkan dahi."Kata 'terserah'. Nggak mama, Rena, kamu, suka sekali bilang terserah," ucap Mas Wira."Terus, siapa lagi yang suka bilang 'terserah' ke Mas Wira?" godaku.Lelaki itu hanya tersenyum dan tak menjawab pertanyaanku. Aku juga tak berharap mendapat jawaban darinya. Niatku tadi hanya ingin menggodanya saja.Kami berdua pun menaiki eskalator. Mas Wira memutuskan untuk mengisi perut dulu. Alasannya, karena perempuan tidak boleh telat makan, begitu katanya. Aku hanya mengiyakan saja. Meski aku tidak tahu apa alasannya. Kalau lelaki berarti boleh telat makan, begitukah?Ketika sedang menunggu makanan tiba, tak sengaja pandangan mataku menangkap Bang Yossi yang juga tengah makan bersama dengan anak
Baca selengkapnya

Menutupi Kehamilan

Bibirku terus menyunggingkan senyum sembari berbaring di atas ranjang. Hatiku berbunga-bunga mendapati kenyataan bahwa Mas Wira ternyata terlalu peduli padaku. Menunggunya di atas ranjang adalah hal yang tepat kulakukan saat ini.Hingga lelaki itu keluar dari kamar mandi, setelah selesai membersihkan diri. Sebuah rutinitas yang biasa kami lakukan ketika akan mulai menyambangi alam mimpi.Ekor mataku seakan tak ingin lepas darinya. Aku merasa diriku ini mulai tidak waras karenanya. Aku menginginkan sesuatu yang lebih. Ya, lebih dari malam-malam kemarin selama kami menikah. Bagaimanapun, aku ini wanita normal yang butuh kasih sayang dari seorang suami. Bukan, bukan berharap melakukan aktivitas seperti yang biasa dilakukan oleh pasangan suami istri. Hanya ingin tidur di pelukannya seperti di hotel kemarin, itu saja. Akan tetapi, hingga Mas Wira selesai memakai piyamanya, pria itu malah tak mendekatiku sama sekali. Ia memilih beranjak ke sofa yang kini telah beralih fungsi menjadi tempat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status