Aku bergegas berlari ke halaman rumah."Kak! Berhenti! Ini bukan salah Mas Wira, Kak!" jeritku memohon.Kak Yessa menghentikan pukulannya kemudian beralih melototiku."Udah dibikin hampir mati di rumah itu masih juga kamu bilang bukan kesalahannya??!" hardiknya."Itu perbuatan mamanya, Kak. Mas Wira baik," balasku sambil menangis."Aku mohon lepaskan Mas Wira, Kak. Dia suami Yessi," mohonku lagiKak Yessa tampak emosi, dadanya turun naik."Aarrgghh!! Kalo bukan Yessi yang minta. Udah gue bikin mati loe!!" teriaknya di telinga Mas Wira. Setelahnya ia berlalu dari tempat itu.Begitu Kak Yessa pergi, aku langsung meraih Mas Wira yang sudah terkulai lemas ke dalam pelukan. Wajahnya babak belur, sudut bibirnya bengkak mengeluarkan darah. Aku yakin, tenaga Mas Wira cukup mampu untuk melawan kakakku yang membabi buta tadi. Akan tetapi, mengingat Kak Yessa adalah seorang wanita, terlebih kakak iparnya, pastinya membuat Mas Wira berpikir ribuan kali untuk melawannya."Mas, kamu masih sadar, ka
Read more