Home / Rumah Tangga / Aku Mundur Kau Hancur, Bang! / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Aku Mundur Kau Hancur, Bang!: Chapter 121 - Chapter 130

201 Chapters

Bab 121. Roseline  dan Video Mesum  Rosa

Bab 121. Roseline dan Video Mesum Rosa “Mama? Seline dia itu mamamu?” Elma terperangah. “Kakak? Itu Mama?” Ardho yang tadi asik bermain dengan Tampan pun datang karena mendengar keributan. Dia mengenali suara ibunya, namun ragu saat melihat wanita itu menggunakan masker seperti cadar. “Papa jahat! Aku benci sama Papa! Aku benci sama Bik Uda! Aku benci sama kalian semua! Ardho, ayo ikut Kakak!” Roselin berlari ke kamar tamu. Mungkin hendak mengemasi pakaiannya untuk ikut sama ibunya. Ardho yang masih kebingunganpun menurut. Mengikuti Kakaknya menuju kamar tamu. Elma masih terkejut, wanita itu berjalan mendekati Rosa lalu berjongkok di hadapan wanita bercadar itu. “Ini benar Kak Rosa?” tanyanya seraya menyentuh ujung masker yang dikenakan wanita itu. “Jangan sentuh aku!!” teriak Rosa menepis tangan Elma. “Kenapa Kakak menutup wajah? Kenapa Kakak tiba-tiba menyerang Titian! Titian itu salah apa sama Kakak?” cecar Elma. “Kau masih bertanya dia salah apa?” Rosa berteriak.
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 122. Wajah Asli Rosa

Rosa merasa ditampar. Kalimat Roseline membuatnya tak berani lagi mengangkat wajah. Tapi saat Titian justru menjaga nama baiknya di mata anak-anak, dia merasa Titian sengaja cari muka. Rasa bencinya makin menggila. “Kenapa Tante bela Mama! Bukankah baru saja Mama jambakin rambut Tante! Harusnya Tante senang, dong, aku ngehujat Mama!” sinis Roseline di antara sedu sedannya. “Tidak, Sayang! Bukan itu masalahnya. Tante hanya tak ingin Selin sedih! Tante tak ingin Selin kecewa sama Mama Selin. Kita ke kamar, ya. Biar para orang tua nyelesein masalahnya! Selin anak yang baik, Tante yakin itu.” “Enggak mau!” Roseline menepis kasar tangan Titian. “Mama jahat! Selama ini dia udah jahatin Papa. Selalu kasar sama Papa. Kalau Selin tanya kenapa jahatin Papa, katanya karena Papa gak becus cari duit. Katanya dia tinggalin Papa karena Papa selingkuh, punya cewek lagi. Katanya Tante juga jahat, pencuri, pelakor! Padahal … Mama yang jahat, Tante! Kasihan Papa! Papa selalu dikasarin sama M
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 123. Syarat Dari Roseline, Titian Harus Segera Jadi Mamanya

Bab 123. Syarat Dari Roseline, Titian Harus Segera Jadi Mamanya“Lepaskan, Abang! Sakit! Ingat, aku ini masih istrimu! Abang memnag sudah talak aku, tapi aku belum pegnag suart cerai. Apa buktinya kalau aku ini bukan istrimu lagi, ha!” teriak Rosa dengan langkah terseret paksa.“Tunggu surat ceraimu! Akan segera kuurus begitu aku panen jagung. Sekarang belum cukup uangku! Jangan pernah coba-coba kau dekati lagi anak-anakku! Paham!” tegas Arfan seraya mencampakkan tubuh wanita itu di teras, lalu kembali masuk ke dalam rumah. Pintu utama dia banting lalu menguncinya dari dalam.“Abang! Aku minta maaf … aku mohon, kita rujuk saja, Abang! Demi anak-anak! Aku mohon, Abang!”Rosa memelas. Anto sang penjaga gudang datang mendekat, Lutfi, anggota Alva yang mendapat giliran jaga malam ini, juga mendekat. Kedua pria itu lalu memegang tangan Rosa satu seorang. Keduanya mengangkat tubuh Rosa di ketiak, meletakkan wanita itu di trotoar jalan, tepat di depan toko, lalu mengunci pagar besi dar
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 124. Roseline Titisan Rosa

“Dia apa? Kenapa dengan Papa?” cecar Roseline.“Papa kamu belum, maksud Tante, dia …. dia belum lamar Tante, bahkan Tante gak tau apakah papa kamu suka atau tidak sama Tante, gimana mau nikah?” jawab Titian pelan.“Ha? Jadi selama ini kalian tidak pacaran?” Roseline terbelalak.“Tidak,” sahut Titian jujur.“Lalu, buat apa Papa nyimpan foto Tante di ponselnya? Buat apa dia sering tatap-tatap foto itu? Oooo, aku tau sekarang, kalian berdua itu persis kayak teman sekelas aku. Saling suka tapi malu-malu, iya kan?!”“Papa kamu belum tentu suka sama Tante, Selin!”“Suka! Aku saksinya. Pokoknya Tante harus nikah sama Papa, titik!”“Tapi, Papa kamu belum lamar Tante, Sayang!”“Suruh, dong Tante, agar Papa lamar Tante! Pokoknya Tante harus jadi Mama kita, udah itu aja, sekarang Tante temui Papa sana! Rencanain tanggal pernikahannya, se … ce … pat … nya!!”Roseline mendorong tubuh Titian ke luar dari kamar. “Pokoknya besok pagi, aku harus udah dapat jawaban! Kalau tidak ada jawaban, aku
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 125. Lamaran Tiba-tiba

[Oh, ya? Cepat banget berubahnya? Berarti kalimat Pak Alva ngena di hatinya, syukurlah. Tapi, bagaimana bisa dia minta Titian kangsung jadi mamanya? Gak mungkin, kan? Surat cerai Bang Afan dengan Kak Rosa belum keluar. Bagaimana caranya, coba?]Elma membalas pesan Alva.[Mereka bisa nikah siri dulu, kalau itu, Sayang. Yang jadi masalah bukan itu.][Lalu?][Ancaman Roseline][Roseline mengancam Titian?][Ya. Besok pagi dia harus sudah dapat jawaban dari Titian kapan rencana pernikahan. Jika tidak, dia akan minggat diam-diam.][Titian mau enggak, ya, dinikahi Bang Arfan?][Titian mau, dia ngaku sama Roseline. Masalahnya sekarang Bang Arfan][Kenapa dengan Bang Arfan?][Hingga detik ini belum ada kejelasan hubungan mereka. Bang Arfan tak pernah bicara apapun. Apalagi soal pernikahan.][Oh, ok, aku akan menyelesaikan masalah ini. Udah ya, telponnya! Aku akan nemuin Bang Arfan.][Hem, semangat ya, Sayang! Pinter-pinter ngomongnya!][Ya, terima kasih Pak Alva!]**Titian berusaha memeja
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

Bab 126. Alva Memblokir Nomor Roseline

Roseline terbangun pagi ini karena sakit perut. Tadi malam dia tak mau makan malam karena merajuk. Akibatnya sekarang, perut kosongnya memberontak. Terasa perih yang amat sangat. Gadis itu melirik jam yang tergantung tepat di atas pintu kamar. Pukul enam kurang seperempat. Mungkin di dapur sudah tersedia sarapan, begitu pikirnya. Perlahan dia menyibak selimut yang menutup tubuh sebatas pinggang. Lalu bangkit perlahan. Roseline lalu mencuci wajah dan sikat gigi di kamar mandi yang tersedia di kamar tamu itu. Buru-buru mengeringkan wajah dengan handuk yang tergantung di belakang pintu kamar mandi, lalu berjalan dengan lemas keluar dari kamar. Namun, langkahnya segera terhenti saat melewati nakas di samping tempat tidur. Ponsel. Seketika dia lupa rasa sakit di perut untuk sesaat. Bayangan wajah tampan Alva bermain di benak. Kembali tubuh mungil itu duduk di bibir tempat tidur, setelah menyambar ponsel. Menyalakan benda pipih itu, lalu mulai menscroll chat yang masuk. Menca
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab 127. Drama Mengharu Biru Di Meja Makan

Saat Ardho mencium aroma nasi goreng dan telur dadar, bocah laki-laki itu langsung datang ke dapur. Teringat masakan sang Mama, saat mereka masih berkumpul dulu. Bocah itu menikmati nasi goreng dengan meneteskan air mata. “Kenapa, sayang! Gak enak, ya? Kok nangis?” Seorang gadis menyuapinya dengan penuh kesabaran. Titian. “Enak, Tante! Enak banget!” jawab Ardho sambil mengunyah nasi di mulutnya. “Terus, kenapa nangis?” “Kangen sama Mama ….” “Cep, cep, Sayang! Sini peluk!” Titian memeluk dengan menahan haru. “Mama … Tante! Mama ilang!” “Iya, Sayang!” “Tadi malam ada Mama datang, tapi dia pakai topeng. Itu benaran Mama, kan, Tante? Kalau iya, kenapa dia gak peluk Ardho kayak gini? Kenapa dia marah-marah, Tante?” “Sabar, ya, Sayang! Sekarang peluk Tante saja dulu, ya! Anggap aja mama kamu, mau kan?” “Mau, tante!” “Iya, Sayang! Sekarang makan lagi, ya? Ak mulutnya, Tante suap lagi.” “Iya, Tante, ak!” Ardho membuka mulut masih dengan linangan air mata. “Jangan nangis, lagi,
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab 128. Menjelang Sidang Perceraian Elma

Titian menatap Roseline dengan mata berkaca-kaca. “Sayang …,” lirihnya menahan haru. “Tante …. maafin Roseline, ya!” Tiba-tiba, gadis remaja itu bersimpuh di kaki Titian. Elma menyeka air bening yang mengembun di sudut mata, lalu berjalan dengan berjingkat agar tak bersuara. Dia tak ingin dua orang yang sedang berpelukan haru di meja makan itu mengetahui keberadaanya. Elma kembali ke kamarnya. Segera dia mengunci pintu kamar, lalu meraih ponsel miliknya. Menyalakan benda itu, lalu langsung menekan nomor Alva. “Ya, sayang? Ada apa ini, pagi-pagi sudah nelpon, kangen, ya? Sama, aku juga sangat merindukan kamu, Sayang.” “Saya mau bicara serius, Pak.” “Aku juga sedang bicara serius, El. Serius, aku sangat merindukanmu, sumpah!” “Ini tentang Titian.” “Titian lagi, apa lagi sekarang, Sayang!?” “Di mana orang tua Titian tinggal, Pak Alva tentu tau, secara Bapak pernah jadi pacarnya, iya, kan?” “Elma … kami belum sempat pacaran. Aku udah cerita bukan bagaimana kisah yang sebenar
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab 129. Binsar Berulah Lagi

“Oh, sedang ada discount besar-besaran, ya? Saya malah enggak tahu. Tapi, dalam rangka apa, ya, Pak, kok ada discount besar-besaran?” selidik Elma makin curiga. “Katanya dalam rangka syukuran karena istri dari pemilik Toko ini baru saja sembuh dari sakit kanker. Sebagai bentuk syukur, mereka sengaja buat harga discout selama dua hari. Mulai dari kemarin, dan dilanjut hari ini.” “Oh, begitu.” Kaget luar biasa. Ide siapa pula ini? Ini benaran toko cabang dia atau bukan, sih? Atas izin siapa toko ini membuat ada acara discount ini? “Rencananya mau beli apa, ini, Dek?” Pria itu menghentak kebingungan Elma. “Oh! Saya mau beli cat tembok merk yang paling bagus,” jawabnya asal. “Ya, banyak-banyak saja, Dek! Kalau saya, sih, untuk saya jual lagi. Lumayan beli di sini dapat discount lima puluh persen. Saya jual lagi dapat untung dobel, hehehe. Tapi beginilah harus antri. Padahal masih pagi, tapi pembeli udah banyak yang antri.” “Tapi, Bang, barang-barangnya kok udah ludes, ya!
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab 131. Tragedi   Menjelang  Sidang Perceraian

“Toko ini akan saya isi lagi penuh! Besok pagi harus beroperasi kembali. Kau benahi toko ini agar kembali seperti sedia kala. Kau selesaikan smeua urusan dnegn pelanggan yang orderannay belum sempat dikirim karen akehabisan barang! Beri mereka pemahaman bahwa discount lima puluh persen itu adalah penipuan. Kau bisa?” “Ta ta tapi, Buk?” “Kenapa, kau ragu melakukannya? Pokoknya kau harus bisa mengembalikan toko ini seperti sedia kala! Kuberi kau waktu dua minggu! Setelah dua minggu, toko ini akan aku serahkan pada abangku dan calon istrinya. Kau akan aku tarik ke Medan, menjadi kasir di toko pusat! Kau bersedia?” “A aku aku … aku akan kerja di Medan? Di toko pusat?” Nara melonjak kaget. Kaget karena sedikitpun tak menyangka. Setelah berbuat kesalahan bukannya dipecat, malah akan dipindahkan ke toko pusat. Tetapi syaratnya begitu berat. Memperbaiki toko ini selama dua minggu ke depan. Mampukah dia? Rasanya itu tak mungkin. Pelanggan pasti banyak komplen karena orderan mereka
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status