“Maaf, saya hanya bercanda, kok. Jangan dipikirin, Abang!” pintanya merasa bersalah. “Oh, jadi cuma bercanda, ya?” “Eh, bukan! Sebenarnay serius, sih. Tapi saya dengar Abang sepertinya susah gitu setelah mendengar ucapan saya. Maaf, saya seperti ngemis, gitu, ya? Maaf, ya, Bang! Saya itu merasa nyaman aja sama Abang. Tapi, kalau Abang merasa terganggu, saya akan hentikan rasa ini. Sekali lagi, maafkan saya, ya, Bang!” “Bukan begitu, Dek Tian. Tapi, anak-anak! Dek Tian tau, kan, kalau ada anak-anak?” “Tau. Masalahnya apa?” “Aku tidak mau cari istri, Dek. Tapi aku mau cari ibu buat mereka. Kalau memnag tidak ada, lebih baik aku menduda saja selamnya. Maaf, bagiku saat ini, anak adalah nomor satu. Maaf, ya, Dek Tian!” “Saya siap jadi ibu buat mereka,” sela Titian cepat. Hening. Tak terdengan jawaban dari ujung sana. Hanya desah nafas Arfan yang terdengar begitu berat dan tak teratur. “Ya, udah, lupain aja. Sepertinya berat banget, ya, bagi Abang! Saya malu. Saya sudha meren
Terakhir Diperbarui : 2022-10-16 Baca selengkapnya