Semua Bab Aku Mundur Kau Hancur, Bang!: Bab 111 - Bab 120

201 Bab

Bab 111. Terbang Bersama Cinta Elma

“Terima kasih, El!” Alva mengeratkan pelukan.“Hem,” sahut Elma pelan.“Al! Sudah waktunya! Petugas sudah memanggil namamu dua kali!” Andre mengusap bahu sang adik.“Ya, baik!” Sang pecinta terpaksa melepas pelukan. Mengecup ujung jemari Elma sekali lagi, lama, dalam, dan penuh perasaan.“Aku pergi!” lirihnya kemudian, bersamaan dengan suara panggilan untuk ketiga kalinya memanggil namanya.Lalu, doa-doa mengiring langkah kakinya. Doa yang terucap dari bibir tiga orang yang begitu mencintainya.“Kau menangis?” Lembut suara Anyelir menyodorkan tisyu kepada sahabatnya. Elma, wanita yang telah mengisi relung hati adik kesayangannya.“Ti tidak!” sahut Elma menyeka cairan yang tiba-tiba mengisi rongga hidungnya.“Menangislah! Gak usah malu! Kasihan hidungmu! Air mata itu harusnya ngalir dari mata, bukan dari hidung! Itu karena kau menahannya! Sini!”Anyelir merentangkan kedua tangan, Elma menubruknya, sesegukan di bahu sahabatnya.“Maaf, aku telah lancang jatuh hati pada adikmu, An! Seben
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-15
Baca selengkapnya

Bab 112. Fitnah Mertua

“Ini kuncinya, Bu! Saya langsung pulang, ya!” pamit Andre seraya mengembalikan kunci mobil Elma.“Bapak naik apa?” tanya Elma meski merasa sungkan.“Gampang, ada banyak ojek di pengkolan sana, hehehe … saya cabut, ya! Kalau ada apa-apa, jangan segan telpon saya! Itu janji saya pada Alva, bukan? Menjaga Bu Elma!”“Terima kasih, Pak Andre!”Pria itu langsung pergi menemui dua anggota Alva yang berjaga tak jauh dari rumah Elma. Memerintahkan keduanya agar menjaga Elma dan anak-anaknya dengan baik, baru menghilang dengan naik sebuah ojek.Sedangkan Elma langsung masuk ke dalam rumah. Benar dugaan Andre. Elma termangu di ambang pintu tengah, saat menyaksikan banyak saudaranya dari kampung telah berkumpul di ruangan itu.Yang paling membuatnya bingung adalah, saat melihat kedua mertuanya, juga orang tua Riris ada di antara mereka. Bukankah kemarin mereka semua digelandang ke kantor polisi? Kenapa sekarang ada di rumahnya bareng keluarga Elma dari kampung?“Eh, mamak Vita …! Kau sudah pul
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-15
Baca selengkapnya

Bab 113. Menuntut Setengh Milyar

“Kam yang dulu begitu baik, lembut, sopan, sayang pada keluarga, tiba-tiba bisa berubah kejam dan tak berperikemanusiaan begitu? Tega kam membiarkan orang-orang tua ini mendekam di dalam tahanan. Di mana otakndu, Elma?”“Itu … gara-gara laki-laki itu!” teriak Risda menyela. Elma tersentak kaget, namun masih berusaha tenang.“Dia sudah berselingkuh dengan laki-laki itu! Makanya dia minta pisah dengan Binsar!” lanjutnya dengan wajah garang dan tatapan nyalang menunjuk tepat ke wajah Elma.“Iya, kami melihat dengan mata kepala kami sendiri, bagaimana laki-laki yang bernama Alva itu masuk ke dalam kamarnya! Bayangkan, tak ada rasa malunya, laki-laki itu mengantar dia masuk ke dalam kamar!” Ibu Riris menimpali.“Harga diri kami sudh tercoreng! Perempuan ini sudah kami beli! Tetapi dia berani memasukkan laki-laki ke daalm rumah ini! Kami, selaku keluarag pihak suami, mengatakan dnegan tegas bahwa, kami tidak terima! Perempuan ini harus membayar mahal atas perbuatannya. Bayar secara adat!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-15
Baca selengkapnya

Bab 114. Perang Jambak-jambakan

“Kau memasukkan laki-laki ke dalam kamarmu di depan mata kami waktu itu! Karena kami marah dan menegurmu, llau preman itu memukuli kami! Kau malah menelpon polisi. Dengan menyogok polisi, polisi itu malah menggelandang kami ke tahanan, seolah kami yang bikin keributan! Kau tak bisa mungki lagi, Perempuan murahan!” Ayah Riris ikut berdiri, menuduh dengan segenap kalimat yang paling kasar. Kalimat dusta karangan.“Elma! Kau …. Kau sudah buat malu ayah aku di kuburan sana! Ayah kau menangis darah karena malu liat tingkahmu ini, Elma!” teriak Rudang meremas reams rambutnya sendiri. Air ludahnya yang berwarna merah karena sirih muncrat ke mana-mana.“Kam tidak bisa mengelak lagi, Elma. Ada saksi, dan bukti.” Rustam berkata lemah.“Kau bayar setengah milyar, atau kau cabut gugatanmu terhadap Binsar dan Riris!” Ayah Binsar kembali mengancam.“Maaf, saya menganggu!” Tiba-tiba Titian menerobos masuk.“Siapa kau! Ini masalah keluarga, keluar!” Lagi-lagi Ayah Binsar berteriak seraya menunjuk ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-15
Baca selengkapnya

Bab 115. Untung Ada Titian

“Jaga mulutmu!”Lagi-lagi, kedua ibu-ibu yang sudah bonyok tadi hendak menyerbu Rudang. Tetapi langsung digagalkan oleh para lelaki di situ.“Aku akan tuntut kau! Pencemaran nama baik kau itu! Iya, kami akui memang si Binsar ada niat hendak menikahi si Riris. Karena Riris itu pariban kandungnya! Tapi mereka tak pernah berselingkuh di depan si Elma!” teriak ayah Binsar.“Ada buktinya di hape si Arfan! Aku sudah liat sendiri, seperti apa sepasang manusia tak berotak itu berciuman di depan Elma saat di rumah sakit, menceritakan bagaimana si Riris lebih hebat melayani si Binsar di tempat tidur, lalu menyuntikkan racun mematikan ke selang infus Elma!”“Mana buktinya! Mana hape yang kau bilang itu?” Ayah Riris menunjuk geram wajah Rudang.“Sama Arfan! Hapeku ini tak bisa nyimpan video. Cuma bisa nelpon dan SMS!”“Artinya kau tak bisa buktikan, kan? Kau akan kupenjarakan! Rustam, kau tangani perempuan gila ini! Sama gilanya dia seperti permainnya si Elma rupanya! Satu keturunan, wajarlah!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-15
Baca selengkapnya

Bab 116. Drama Rebutan Anak (Alva Selalu Ada)

“Tak ada pertimbangan! Vita dan Tampan akan kami bawa jika kau usir kami Elma!” “Ya, tak ada lagi yang perlu dipertimbangkan! Keluar kalian!!” Elma meninggikan suaranya. Serempak empat orang pendukung keluarga Binsar yang semuanya laki-laki tiba-tiba berdiri, lalu setengah berlari ke halaman samping rumah. Mereka kembali dengan menyeret Vita. Tampan mereka gendong dengan kencang. Membawa kedua anak Elma menuju Avanz* yang mesinnya telah menyala. “Apa yang kalian lakukan? Lepaskan anak-anakku!” Elma mengejar. “Hey, bod*t! Penculik! Tolong penculik!” Rudang berteriak ikut berlari ke halaman. Keluaga dari pihak Elma perempuan dua orang ditambah Rustam, berusaha merebut Vita dan tampan. Peristiwa rebut rebutan pun terjadi. Tentu saja tenaga perempuan kalah total. Apalagi pihak Binsar ditambah empat orang, yaitu orang tua Binsar dan orang tua Riris. Elma dan Titian berjuang menahan pintu mobil yang hendak di tutup dari dalam. Vita dan Tampan menjerit-jerit di bawah cengkraman pri
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya

Bab 117. Ketika Cinta Sudah Berbicara

“Maaf, saya hanya bercanda, kok. Jangan dipikirin, Abang!” pintanya merasa bersalah. “Oh, jadi cuma bercanda, ya?” “Eh, bukan! Sebenarnay serius, sih. Tapi saya dengar Abang sepertinya susah gitu setelah mendengar ucapan saya. Maaf, saya seperti ngemis, gitu, ya? Maaf, ya, Bang! Saya itu merasa nyaman aja sama Abang. Tapi, kalau Abang merasa terganggu, saya akan hentikan rasa ini. Sekali lagi, maafkan saya, ya, Bang!” “Bukan begitu, Dek Tian. Tapi, anak-anak! Dek Tian tau, kan, kalau ada anak-anak?” “Tau. Masalahnya apa?” “Aku tidak mau cari istri, Dek. Tapi aku mau cari ibu buat mereka. Kalau memnag tidak ada, lebih baik aku menduda saja selamnya. Maaf, bagiku saat ini, anak adalah nomor satu. Maaf, ya, Dek Tian!” “Saya siap jadi ibu buat mereka,” sela Titian cepat. Hening. Tak terdengan jawaban dari ujung sana. Hanya desah nafas Arfan yang terdengar begitu berat dan tak teratur. “Ya, udah, lupain aja. Sepertinya berat banget, ya, bagi Abang! Saya malu. Saya sudha meren
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya

Bab 118. Wajah Masam Roseline

Bab 118. Wajah Masam Roseline “Apa? Bunuh diri!?” Arfan melonjak kaget. “I-iya. Perempuan sukar ditebak, Bang! Di depan kita dia bilang gak apa-apa. Padahal di belakang nyari pisau cater lalu potong urat nadinya. Apalagi kalau dia cintanya dari hati, wah, gawat. Perempuan itu selalu lebih mengedepankan perasaan. Itu sebabnya mereka lebih gampang terkena depresi, kalau udah depresi, wah gak mikir panjang, bunuh di …. Bang! Bang Arfan …!” Anto menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Dia yang nanya, dijelasin, malah ditinggal, waneh …!” gerutunya lalu melanjutkan melayani pelanggan. Sedikitpun dia tak tahu apa yang terjadi di hati Arfan. Rencananya untuk memberi kejutan buat Titian terancam gagal total. Bom hampir meledak di dada pria itu. Seolah tinggal hitungan detik saja. Suara detik berlalu bahkan terdengar begitu menghentak di dalam dada. Informasi yang dia dengar dari mulut Anto tak ubah pemicunya. Pria itu setengah berlari masuk ke dalam rumah, mengangguk sopan kepada para ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya

Bab 119. Penolakan Roseline Terhadap Titian

“Hay, senang bertemu kamu, Sayang!” Titian mengulurkan tangan. “Pa, ayo, disuruh makan sama Bik Uda!” Gadis remaja itu melenggang pergi setelah mengucap kalimat itu. Dia mengacuhkan wanita yang dia pikir telah mencuri hati papanya. Tangan Titian mengambang di udara. “Selin! Kembali!” Arfan lepas kontrol. Untuk pertama kalinya dia berteriak pada putri kesayangan. “Bang, biarin, gak apa-apa!” Titian menenangkan. Namun, Arfan makin terbakar saat Roseline juga tetap tak memperdulikan teriakannya. “Selin! Kembali Papa bilang! Satu … dua … Ti—“ Gadis itu sontak berbalik, berjalan cepat-cepat menghampiri mereka dengan wajah ditekuk dan bibir dipanjangkan beberapa senti. “Minta maaf!” perintah Arfan masih dengan mata melotot. Roseline terlihat ragu, sesekali dia melirik Titian dengan tatapan sinis. Jari jemarinya saling memilin. “Kapan pernah Papa ngajari kamu bersikap tidak sopan pada orang lain, ha! Pernah?” bentak Arfan lagi. Roseline membisu. Titian merasa bersalah. Pasti ga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya

Bab 120. Telepon  Asmara Dari Australi

Arfan juga tidak stress. Jujur, diapun sangat merindukan Titian. Ingin mengobrol santai dengan gadis itu, meski tak berharap lebih untuk memiliki kelak. Dia merasa tak pantas untuk memiliki Titian. Tetapi, rasa di sanubari merayu untuk mendekat. Arfan menghenyakkan tubuhnya di kursi rotan, di halaman samping rumah megah Elma. Pria itu menghentak napas kasar, menatap langit yang kelam. Sekelam hatinya saat ini. “Roseline, Titian … aargh, sakit kepalaku mikiri kalian,” desahnya lirih. Roseline tengah duduk di ruang tamu. Sepertinya dia tengah menunggu seseorang. Entah siapa. Dari tadi dia gelisah, boleka-balik melirik ponsel di tangannya. Sambil berjaga-jaga, kalau-kalau sang Papa diam-diam menyusup ke kamar Titian. Sementara Elma tengah memeriksa laporan penjualan hari ini di kamarnya. Sebuah laptop menyala di hadapannya. Ponsel yang dia letak di samping tiba-tiba menyala. Seorang pria tampan menari-nari di layar. Senyum sontak terbit di bibir wanita itu. “Hay,” sapanya setel
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
21
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status