Home / Rumah Tangga / Aku Mundur Kau Hancur, Bang! / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Aku Mundur Kau Hancur, Bang!: Chapter 131 - Chapter 140

201 Chapters

Bab 130.  Alva Selalu Ada Untuk Alma

“Selamat pagi! Tak ada yang meninggalkan tempat ini! Anda semua harus kami bawa ke kantor polisi!” Beberapa petugas berseragam memasuki ruangan toko. Pegangan para karyawan toko di tangan Elma spontan dilepas. “Kenapa ada polisi? Bapak-bapak ada apa ke sini!” Sang kasir berteriak. “Siapa kau sebenarnya? Suruhan Nara, iya?” Gadis itu berdiri tegak di hadapan Elma. “Kau mau tau siapa aku? Tunggu di kantor polisi! Kau akan tahu siapa aku!” jawab Elma dingin. “Aku akan adukan hal ini pada Bang Binsar! Tunggu saja!” ancam wanita itu sambil meronta-ronta saat polisi menggelandangnya. “Bu Elma tidak apa-apa?” tanya Yogi memastikan keadaan Elma. “Hem, Abang yang memanggil polisi?” “Iya, Bu, atas perintah Bang Alva!” “Saya bingung, ini. Saya harus ngurus toko ini. Siapa yang mengurus kasus ini di kantor polisis, ya? Bang Yogi bisa?” “Maaf, saya mendapat perintah dari Bang Alva, bahwa saya tak boleh meninggalkan Bu Elma sejengkal pun. Maaf sekali! Saya tidak bisa.” “Saya akan telpo
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

Bab 132.  Kejutan Buat Binsar

Flash Back“Pak Binsar!” Seorang petugas membuka jeruji besi.“Saya, Pak!” sahut Binsar langsung bangkit lalu berjalan terburu. “Terima kasih, Pak!” ucapnya begitu bersemangat.Tanpa berkata-kata, petugas membawa pria itu ke sebuah ruangan khusus. Ruangan yang disediakan untuk para tahanan menemui tamu atau keluarga yang datang menjenguk.“Hey, Anda rupanya, aku sudah menduga, Anda akan datang sebelum sidang besok!” sapa Binsar semringah begitu melihat tamu yang menjenguknya. Parlindungan Pasasibu, seorang pengacara andal. Pengacara yang ditunjuk oleh orang tua Riris.Namun, wajah semringah Binsar berubah datar, kala melihat reaksi sang pengacara. Pria empat puluh tahun itu terlihat tegang. Wajah ditekuk, rahang mengeras dan sorot mata yang begitu tajam. Kenapa?“Hey, Bro! Ada apa ini! Kenapa tegang begitu? Ada masalah?” Binsar menghenyakkan tubuh di bangku keras yang disediakan di ruangan itu.“Penipu!” umpat Parlindungan tiba-tiba. Sorot mata kian tajam menunjukkan kebencian yang
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 133.  Riris Hamil Di Penjara

“Duduk di sini!” perintah petugas kepada Riris menunjuk kursi kosong agak jauh dari Binsar.Riris menurut dengan wajah ditekuk karena kecewa. Tapi otaknya berjalan lancar. Sebuah ide dia pikirkan.“Maaf, Bu! Boleh saya berbicara dengan Bang Binsar, ya! Ada yang ingin saya bicarakan, penting sekali! Boleh, ya!” pintanya mulai mengarang. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan kepada sang selingkuhan. Kabar gembira. Baginya, tentu saja.“Tidak bisa! Duduk saja! Jam delapan tepat sidang akan dimulai! Lima belas menit lagi! Harap disiplin!” tegas petugas.“Ibu, tolong beri waktu lima menit saja! Pentiiiiiing sekali! Saya tidak akan macam-macam! Janji! Ini masalah masa depan saya! Tolong, ya, izinin ya, Bu! Toh, Petugas juga nungguin di sini, kan? Boleh, ya!” lirihnya memelas.Kedua petugas wanita itu saling tatap. “Ya, sudah! lima menit!” ucapnya kemudian.“Terima kasih, Bu!” ucap Riris bangkit lalu berjalan ke mendekati kursi Binsar.“Abang! Aku kangen!” ucapnya dengan nada khas m
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 134. Kado Pernikahan Buat Arfan Dan Titian

“Ketiganya sekarang seperti orang sinting, El. Kakek memang sakit, dirawat di rumah pakai suster pribadi yang sengaja aku gaji. Papa dan Mama tuh, yang seperti orang depresi gitu. Papa dan Mama bertengkar hebat setelah kejadian waktu itu. Keduanya sekarang diam. Tak pernah mau bicara. Kalaupun bicara manggil-manggil nama Bang Andre. Saat saat tertentu menjerit-jerit minta tolong agar Bang Andre pulang,” tutur nyelir memaparkan.“Aku turut prihatin, ya, An!” Elma mengusap pundak sahabatnya.“Terima kasih, El. Itu juga sebabnya suamiku aku suruh pulang. Buat menjalankan perusahaan. Papa tidak bisa lagi diharapkan. Dia sedang depresi, El.”“Oh, untung suami kamu mau, An.”“Ya, sebenarnya ini kejutan buat aku. Mas Elang tak pernah tertarik buat bantu-bantu di perusahaan keluargaku. Tapi, kok ini dia mau, ya? Agak janggal, sih.”“Mungkin karena dia merasa iba melihat keadaan keluarga kamu, An!”“Hem,mudah-mudahan karena itu. Karena putriku pernah bilang kalau Nayra sering ke rumah. E
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 135. Tamu Mengejutkan

“Selama ini selalu habis tak berbekas karena Rosa, kan, Bang? Rosa yang berfoya-foya dan tak menjaga amanah. Sekarang, yang di samping Abang bukan Rosa. Coba lihat! Siapa sekarang yang di samping Abang, ha? Titian. Seorang gadis yang sederhana, baik, dan mencintai Abang juga anak-anak. Tuh, bapaknya udah negeliatin ke sini, ayo bangun, jangan samapi dia duluan yang mendatangi Abang, gak sopan!” bujuk Andre menyemangati Arfan.Spontan Arfan menegakkan tubuh, lalu berjalan tegap ke arah ayah Titian. Sang gadis mengiring di belakangnya dengan wajah was-was karena masih ragu dan takut.“Tian! Kau datang Boru?” sambut sang Ayah dengan mata berkaca-kaca.“Bapak,” sahut Titian langsung menyalam dan mencium tangan ayahnya dengan takzim.“Pak, maaf, saya …. bawa Dek Titian memantau toko ini, ta ta tapi, kami tidak hanay berduaan, kok. Ada supir ikut, jadi saya … saya ….” Arfan terbata-bata. Sikap kurang pede dan penakutnya tetap tak jua lekang.“Arfan, jadi ini yang namanya Arfan? Salam, Na
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 136. Ancaman Zul Kepada Elma

Vita merasa rindunya sedikit terobat. Rindu pada sosok seseorang yang begitu memanjakan dirinya selalu. Mereka selalu bersama enam bulan yang lalu. Alva. Vita merindukan pria itu. Entah kenapa, dia seolah melihat sosok Alva pada diri sang tamu. Kerinduan membucah syahdu. Bocah empat tahun itu tak mampu menepis rasa, yang begitu menyeruak di dalam kalbu. Betapa Vita ingin menyentuh tangan pria itu. Betapa sang bocah ingin bergelayut di lengan itu. Bermanja di pangkuan, lalu berceloteh tentang kerinduan. Namun, dia tak punya nyali untuk itu. Sama hal dengan Elma. Wanita itu terperangah. Alva ada di hadapannya. Alva versi setengah baya. Siapa pria dewasa ini? “Jadi, kamu yang bernama Elma?” Suara Bariton terdengar begitu tegas. Tatapan tajam menukik bagai menghujam tepat di manik mata Elma. Bibir yang menghitam karena kebanyakan mengkonsumsi cerutu itu, menyungging senyum miring, begitu sinis. “Cantik! Lumayan!” sergahnya meneliti penampilan Elma dari ujung kepala hingga ke ujun
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 137.  Pelukan Kerinduan Alva

Andre mencengkram lengan pria paruh baya itu, lalu bersiap menyeretnya dengan kasar. Tetapi, hati nurani Elma menolak untuk itu. Biar bagaimanapun, Zul adalah ayah kandung dari Alva, pria yang snagat dicintainya. Tak tega jika Andre berlaku terlalu aksar terhadapnya. “Lepaskan, Bang! Jangan!” sergahnya kemudian. Zul menatapnya lama. Kaget dengan sikap wanita yang sangat dibencinya itu. “Biar bagaiamanpun, beliau adalah Papa Abang! Jangan kasar! Sebagai anak, kita tak boleh mengasari orang tua. Papa Anda akan pergi sendiri. Tak perlu diseret. Silahkan Pak Zul, tingalkan rumah saya! Dan tentang ancaman Anda tadi, semoga Anda berpikir seribu kali sebelum melaksanakannya. Karena saya tidak sendiri. Anak-anak Anda sellau melindungi saya tanpa saya minta. Termasuk Anyelir, dia akan siap menuntut Anda secara hukum, meskipun Anda adalah Papa kandungnya.” Elma berkata dengan nada begitu tenang. Suaranya yang memang merdu, lembut mendayu-dayu membuat Zul sempat terpana. Begitu lembut, namun
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 138. Insiden Cinta Elma

“Apa?” Sontak Alva berdiri, menoleh ke arah Elma. “Vita, bilang sama Bibik, buatkan minum untuk Oom, Sayang!” titahnya sengaja mengusir Vita secara halus. “Papa … Om Alva ini Papanya Vita, Mama!” sanggah Vita cepat. “Oh, iya, Papa.” Gadis kecil itu segera berlari kecil ke belakang. “Papa marahin kamu? Jawab dengan jujur!” Alva langsung mengintrogasi begitu Vita berlalu. “Tidak apa-apa, kita duduk, yuk!” ajak Elma mengalihkan pembicaraan. “Jawab dulu! Papa marahin kamu?” “Pak Alva, sabar! Biar bagaimanapun dia adalah Papanya Bapak. Aku juga tidak sakit hati. Dan tadi, Bang Andre sudah menegur beliau. Jadi, tolong jangan dipermasalahkan lagi, ya!” “Bang Andre?” Alva mengernyitkan kening. “Iya. Sebenarnya aku kasihan juga melihat Om Zul. Dia sepertinya sedih sekali. Kata Anyelir dia agak depresi juga karena kehilangan kalian berdua. Bapak dan Bang Andre.” “Kalau dia masih juga egois dan tak mau berubah, aku tak akan pernah menaruh rasa iba. Biarkan saja!” “Al! Kamu ke sini,
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 139. Siapa Yang Mesum di Dalam Mobil

Elma sedang menikmati sarapannya saat terdengar keributan dari arah toko. Buru-buru dia menelan kunyahan roti di mulut, lalu meneguk habis susu mengandung kolagen di gelasnya. Gegas, Elma berjalan menuju toko. Seorang pria dia dapati tengah mengamuk di depan meja kerja Nara. Pria itu bahkan menunjuk-nunjuk wajah Nara penuh emosi. “Maaf, ada apa ini, Pak?” tegur Elma menghentikan keributan. “Begini, Bu Elma. Pak Sona ini mengorder material pasir, sertu, batu mangga dan batu kelapa. Tapi belum kita kirim karena gudang masih kosong. Sudah saya pesan sejak empat hari yang lalu, tapi pemasok belum ada yang mengirim.” Nara langsung menjelaskan. “Anak buah Ibu ini tidak becus kerjanya! Sudah dua hari pesanan saya tak diantar juga. Proyek saya terpaksa terhenti! Padahal anggota saya butuh makan! Janjinya segera diantar … segera di antar! Tapi mana buktinya! Kalau memang tidak bisa melayani pembeli, tutup saja tokonya! Kalau tokonya sudah bangkrut, bangkrut sendiri saja! Jangan susah
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 140. Janji Sepasang Pezina

“Aku mau ngancurin Bang Alva juga! Kak Anyelir juga, pokoknya seluruh keluarganya! Perusahaan itu milik Papa aku! Karena Papa aku meninggal, dialihkan kepada Om Zul. Janji Kakek jika kami udah dewasa, Bnag Alva akan nikahin aku, dan perusahaan akan kembali ke tanganku! Buktinya mana! Bang Alva nolak nikahin aku, perusahaan gak jadi diserahin ke aku!” curhat Nayra meluapkan semua kekecewannya. “Sabar, Sayang! pelan-pelan perusahaan akan kembali ke tangan kamu! Saat ini, itu yang sedang kita usahakan, bukan? Kalau tidak, buat apa Abang balik ke Medan ini, coba? Ini buat kamu, Sayang! Tapi, ingat, kamu juga harus janji sama Abang!” Beny berusaha menghibur dan menguatkan. “Janji apa lagi, Abang! Aku gak sama dengan keluarga istri Abang! Tukang ingkar janji semua! Bahkan janji mereka terhadap jenazah Papaku sebelum dikuburkan dahulu pun mereka ingkari. Gak takut kuwalat, kan? Aku akan balas sakit hati Papa aku!” sungut Nayra lagi. “Ya, aku hanya ragu, misalnya nanti aku sudah berhasil
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status