Semua Bab Aku Mundur Kau Hancur, Bang!: Bab 151 - Bab 160

201 Bab

Bab 151. Nara Meminta Mundur

“Begitu, ya! Baiklah! Aku akan urus itu.” Elma mengalah. “Hem, kalau begitu, kami berangkat! Boleh pinjam kunci mobil kamu?” tanya Alva bersiap untuk berangkat. “Ya, Fitri ikut, ya?” “Tentu. Kalau dia tidak ikut, siapa yang ngurus anak-anak di sana?” “Abanglah! Aku tidak setuju kalau Fitri ikut tanpa aku.” “Kenapa? Kan, kamu sendiri yang tidak bisa ikut?” “Pokoknya aku tidak mau kalau Fitri ikut, titik!” “Oho, aku tau sekarang! Pasti kamu cemburu, kan? Takut aku ngapa-ngapain sama Fitri? Bilang aja!” “Tidak …! Udah sana, berangkat! Awas ya, kalau terjadi sesuatu dengan anak-anakku!” “Kalau terjadi sesuatu denganku, boleh engak?” “Abang!”sontak cubitan jemari Elma mendarat di pinggang Alva. Pria itu meringis sembari menangkap tangan gemulai wanita itu. Alva membawanya ke bibir, lalu mengecupnya dengan penuh perasaan. “Lepasin, malu dilihat orang!” bisik Elma menarik kembali tangannya dengan halus. “Kalau begitu kita cari tempat yang tidak bisa dilihat orang!” “Iih, a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-25
Baca selengkapnya

Bab 152. Zul Minum Racun

“Jangan membantahku, Nara! Aku akan tetap di sini, mengabdi di toko Bu Elma ini! Aku bukan orang kaya, tapi hanya seorang pekerja toko!” Andre berusaha meyakinkan kekasihya. Nara terdiam. “Bang Andre! Ada telpon dari Asisten di rumah Abang!” Elma tiba-tiba masuk ke toko dengan terbesa-gesa. Keduanya dikejutkan dengan teriakan itu. Elma terlihat sangat panik. “Ada apa, Bu Elma?” tanya Andre ikut panik. “Bibik bilang, Pak Zul minum racun!” “Apa? Papa Abang minum racun?” pekik Nara menatap Andre. Yang ditatap hanya mengeditkan bahu. Acuh. Seolah berita itu sama sekali tak penting baginya. Hilang seketika sikap paniknya semula. “Ya, saat ini tak ada siapa-siapa di rumah selain para ART dan Kakek. Perawat Kakek sedang cuti katanya. Aku sudah telpon ambulan agar membawa Pak Zul ke rumah sakit,” jawab Elma masih tetap panik. “Sudah, kan? Ambulan akan membawa dia ke rumah sakit, kenapa Bu Elma masih panik?” tanya Andre, datar, begitu dingin. “Ini, bagaimana, ya? Mobil sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-26
Baca selengkapnya

Bab 153. Botol Air Mineral Berisi Racun Serangga  Milik Nayra

Sinulingga larut di dalam nestapa. Kisah pedih masa lalu melintas mengaduk jiwa. Saat putra satu-satunya dipanggil Yang Kuasa. Ayah kandung Nayra. Remuk terasa jiwa dan raga. Pria itu sesegukan merenungi dosa. Karma apakah yang sedang dia jalani ini. Kenapa nasipnya begitu malang. Garis keturunannya akan terhapus dari muka bumi ini. Empat puluh hari Sinulingga berkabung. Seluruh keluarga terutama pihak Anak Beru Tua memberi kata penghiburan siang dan malam. Agar garis keturunan tidak terhapus seutuhnya, mereka menyarankan untuk menjodohkan Alva dengan Nayra saja. Lagipula secara adat mereka adalah pariban. Sudah seharusnya mereka dijodohkan. Darah sinulingga masih kental di tubuh keduanya. Darah Sinulingga akan tetap ada, dan diakui oleh seluruh masyarakat. Sang kakek merasa mendapat energy baru. Segera dilangsungkan sebuah pesta besar. Pernikahan adat pun dilangsungkan. Pernikahan antara Alva yang kala itu berusia tiga tahun, dengan Nayra dua tahun. CABUR BULUNG itu nama pernika
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-26
Baca selengkapnya

Bab 154. Kakek Di Ambang Kematian

“Bang Yogi! Abang di mana?” tanya Elma melalui panggilan ponselnya. “Saya sudah di jakan menuju lokasi, Bu. Ibu langsung ke rumah sakit saja. Tidak usah ke rumah Bang Alva! Biar saya yang mengurus keberangkatan mobil ambulan dari lokasi.” “Baik, Bang! Saya langsung ke rumah sakit! Saya tungu di sana, ya!” “Sebentar, Bu Elma!” seru pria itu lagi saat Elma akan mengakhiri penggilan. “Ya, Bang?” “Tolong rahasiakan dulu peristiwa ini kepada Kak Anyelir, saya khawatir dia bertambah bingung dan panik. Masalah tak henti-henti datang dalam hidupnya. Saya berjanji, saya akan mengurus ini dengan sebaik-baiknya. Dengan dibantu Bu Elma tentu saja.” “Bang Yogi …,” gumam Elma sedikit terkejut. Kenapa Yogi, yang notabene adalah tenaga keamanan yang ditunjuk oleh Alva untuknya, malah begitu peduli pada Anyelir. Pria itu harusnya mengawal dia saat ini. Tetapi, malah sibuk membantu Anyelir. Ada apa sebenarnya antara Anyelir dan pria itu? “Bu Elma? Ibu setuju, kan?” Yogi memastikan dari seb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Bab 155. Penyesalan Sang Kakek

Bagaimana mungkin aku serahkan perusahaanku kepada perempuan seperti kamu! Perempuan murahan! Bahkan lont* sekalipun masih berpikir seribu kali biila yang memesan jasanya masih ada hubungan kekeluargaan dengannya. Sedang kau? Lihat dirimu, Nayra! Kakek menyesal pernah menjodohkan kau dengan Alva! Sangat menyesal!!” “Cukup!” Teriakan Nayra menggelegar. Namun sang Kakek tak menghiraukan. Nayra telah kesetanan, maka akan dia hadapi dengan cara seperti setan pula. pria sepuh itu kembali meneriaki sang cucu . “Ternyata kau lebih rendah daripada lont*! Nayra! Kau lebih rendah dari pada lont---“ Plak! “Cukup!” teriak Nayra sambil mendaratkan sebuah tamparan di pipi peyot sang Kakek. Kalimat Sinulingga terjeda. Pria itu terkejut luar biasa. Sama sekali tak menyangka kalau Nayra yang selalu dia puja-puja, tega menampar dirinya. “Dengar tua Bangka! Dengan izinmu atau tidak aku akan tetap menguasai perusahaan. Cepat tanda tangan!” Nayra kembali berteriak. Perempuan kalap itu memak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

Bab 156. Andre Menolak Sang Kakek

Nayra tetap berteriak meski sudah digelandang masuk ke dalam mobil polisi. Wajahnya basah airmata bercampur darah. Sinulingga menatap perih dari kursi rodanya. Hatinya bagai teriris. Sakit. Serasa ada yang hilang dari dirinya. Jantungnya, ya, jantungnya bagai di sayat-sayat hingga menjadi serpihan-serpihan debu. Pria itu meraung dalam bisu. Hanya airmatanya yang mengalir, di antara sedu pilu. “Kenapa Bu Elma ke sini? Katanya langsung ke rumah sakit?” Yogi memecah ketegangan. “Aku ditelpon Bibik di rumah ini, katanya Nayra menyandera Kakek. Aku pikir, Bang Andre tidak ke sini. Aku khawatir akan keselamatan kakek,” terang Elma sambil meneliti keadaan Sinulungga dengan netranya. Untuk mendekat, dia sungguh merasa sangat sungkan. Pria tua itu tidak menyukainya. Sebaliknya, ucapan Elma justru semakin membuat pria sepuh di kursi roda itu makin sesegukan. Kalimat Elma adalah belati yang paling tajam. Orang-orang yang dia benci, ternyata … adalah orang-orang yang peduli. Orang-orang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-28
Baca selengkapnya

Bab 157. Ibunda Andre di Masa Lalu

“Bila setahun ini, kau belum juga hamil, maka kau harus ihklas bercerai dengan Zulian! Paham!” tegas Sinulinga kala itu. Riani terpaksa menurut. Lima tahun sudah mereka diberi kesempatan. Jika hasilnya tetap gagal, Riani akan patuh.Itu membuat Zulian sakit hati. Cintanya yang begitu besar pada Riani ternyata tak cukup berarti. Riani ternyata lebih memilih keputusan sang papa, daripada mewujudkan sumpah setia. Padahal saat mereka memilih kawin lari, keduanya telah bersumpah bahwa apapun yang terjadi, mereka tak akan pernah berpisah. Ternyata Riani berniat ingkari sumpah.“Aku juga ingin punya anak, Abang! Abang tidak bisa ngasih aku anak, kan? Mau gimana lagi, Abang harusnya tau diri, dong!”Itu kalimat paling menyakitkan yang pernah Zulian dengar. Sejak saat itu, dia mulai membenci Riani. Ternyata seluruh keluarga besar sang istri begitu merendahkan dirinya. Kalau dulu, Riani masih selalu membela. Zulian mampu bertahan. Tetapi, bila Riani pun sudah merendahkan, maka tak ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-28
Baca selengkapnya

Bab 158. Dikejar Dosa Masa Lalu

“Atau apa?” Ranita menantang. “Atau foto-foto di film ini akan kusebar luaskan!” ancam Zulian sambil menunjukkan satu rol film di tangannya. “Apa, kau? Kau ….” “Saat Kakak tidur tadi, aku meminjam kamera Kakak. Satu rol film aku habiskan untuk mengabadikan fose Kakak saat telanj*ng. Sory, aku menggunakan kamera kakak tanpa permisi!” (Jaman itu belum ada ponsel yang berkamera seperti saat sekarang.) “Bajingan kau! Buat apa kau fotoin aku dalam keadaan seperti itu? Kau maniak, Zulian! Kau sakit jiwa!” “Aku tidak maniak, Kak! Aku laki-laki normal. Aku hanya mencoba bertahan. Orang miskin dan lemah seperti aku, akan semakin tertindas bila tidak menggunakan otak dalam bertindak. Foto-foto ini akan aku jadikan senjata. Pokoknya bila Kakak berani macam-macam, aku akan menyebarkan foto-foto ini. Nama baik Kakak, Papa, perusahaan, akan hancur dalamm hitungan detik. jadi, berpikirlah sebelum bertindak! Saat ini, yang bisa Kakak lakukan hanyalah diam, ok!” “Serahkan rol film it
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-29
Baca selengkapnya

Bab 159. Nirmala  Datang

“Aku ke sini mau menjenguk Papamu, bukan melihat kau! Aku juga sama seperti kau! Mau muntah bila melihat mukamu yang angkuh itu!” ketus Rosma mendelik tajam. “Aku tidak izinkan Tante menjenguk Papa!” Alva menghadang. “Kau tak berhak melarangku! Kita masih keluarga! Jika kau ingin memutus tali kekeluargaan denganku, aku sangat mendukungmu! Tapi hubungan kekeluargaan antara aku dengan keluarga besar Sinulingga, kau tak berhak ikut campur!” “Ok, baik! Kuberi Tante waktu lima menit! Silahkan! Kebetulan aku juga mau ke toilet. Kuharap, begitu aku keluar dari toilet, Tante sudah tak ada lagi di ruangan ini! Jika sempat aku lihat masih ada Tante nanti di sini, jangan sakit hati bila aku terpaksa menyeret dan melemparkan Tante keluar! Paham!” Alva berjalan menuju kamar mandi yang tersedia di rungan itu. Perempuan dengan rambut dicat warna kuning itu hanya mendengus kasar. Tetapi hatinya ciut juga dengan ancaman pria itu. Kecewa dan kesal terasa mencekik sanubari. Setelah menghentak n
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-29
Baca selengkapnya

Bab 160. Bukti Kejahatan  di Ponsel Nirmala

“Apa lagi! Setelah Nayra kakakmu gagal, sekarang kau menggantikan dia? Kau juga mau merayu kakek dan mamaku agar mereka memaksaku menikahimu, begitu?” tuduh Alva ketus. “Tidak! Aku tidak ada maksud seperti itu sedikitpun sama Bang Alva. Aku justru ingin memperbaiki semuanya.” Nirmala tetap tenang. “Memperbaiki? Kau? Anak kecil? Sudahlah! Kau sekolah saja yang benar! Jangan ikut-ikutan tak waras seperti Nayra dan ibumu!” “Aku mau ketemu Kak Anyelir, Bang! Aku telpon gak aktif nomornya. Di mana aku bisa nemui dia?” “Hey, kau di Medan juga?” “Iya, bang!” “Fix, kau dan seluruh keluargamu memang gila!” Tuts … tuts … tuts …. Nirmala melongo, mata jernihnya menatap ponsel dengan putus asa. Sedemikian bencinya sudah Alva kepada keluarganya. Entah apa yang bisa dia lakukan sekarang. Siapa lagi yang bsa dihubungi. Tak ada selain Anyelir. Dia yakin Anyelir pasti bisa menerima dia. Anyelir tahu persis siapa Nirmala. Anyelir tak akan menyamakan Nirmala dengan Nayra, pun ibunya. Tetap
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
21
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status