“Sayang! Peluk nenek, Nak!” “Mama?” Gadis kecil itu mendongah, menatap wajah Zul yang masih menahan lengannya. “Pergilah, Sayang!” titah Zul penuh haru. Vita berjalan pelan, tetapi bukan ke arah ke arah Riani. Kaki kecilnya mengarah kepada Alva. “Papa … kenapa tadi malam gak datang?” tanyanya langsung memeluk leher Alva. Entah mengapa, dia tak respek sedikitpun melihat Riani. Meski wajah wanita itu tersenyum ramah kepadanya, namun, Vita tetap dapat melihat kelicikan begitu nyata. “Maaf, ya, Sayang! Papa jagain nenek. Liat, nih! Neneknya sakit, kan?” Alva memeluk tubuh mungil Vita. Mengelus kepala dan punggungnya dengan penuh kasih sayang. “Nenek?” Vita menoleh ke arah ranjang. “Ya, pergilah! Nenek memanggil Vita, kan?” “Takut! Nenek marahin Mama. Tuh, Mama sedih.” Semua yang ada di ruangan itu terdiam. Riani menolah ke arah Elma. Benar yang dibilang Vita. Riani memang belum menjawab sapaan Elma meski sepatah. “Elma! Maafkan Ibu, ya!” ucapnya kemudian. “Ibu! Gak perlu
Last Updated : 2022-10-21 Read more