Air mataku luruh mendengar rentetan kalimat Candra. Dengan tubuh gemetar kupeluk tubuh adik bungsuku yang kini sudah tumbuh dewasa dengan pemikiran yang semakin matang itu. Tak ada kata-kata yang mampu kuucapkan, aku hanya menangis memeluk Candra sambil membayangkan ayahku. Ya, dia memang anak lelaki satu-satunya, dan dia tau bahwa di pundaknya ada beban berat yang dipikulnya, yaitu menggantikan peran ayah, termasuk mengantarkan ketiga saudarinya pada jodohnya masing-masing.“Kak Aya siapin berkas-berkas, ya. Candra yang akan bertanggung jawab, Kak Aya jangan merasa terbebani. Cukup siapkan diri Kakak untuk pernikahan. Kalau ibu masih dalam kondisi koma, kita bisa adakan ijab kabulnya di sini, di hadapan ibu.”Aku mengangguk, menyetujui ucapan candra.“Kamu benar-benar mirip Ayah, Dek. Kakak jadi kangen Ayah,” ucapku, masih sambil mendekap adik bungsuku itu.“Terima kasih, Bro! Terima kasih sudah mengerti dan memahami sampai sedalam ini.” Ivan menepuk-nepuk bahunya.“Kuharap ini keput
Last Updated : 2022-12-21 Read more