Home / Romansa / DOSA TERINDAH / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of DOSA TERINDAH: Chapter 201 - Chapter 210

476 Chapters

Bab 201

Ibu, membayangkan wanita paruh baya yang sudah melahirkan wanita pujaanku itu membuatku memiliki sedikit ketakutan. Jika saat menghadapi kedua orang tua Gina yang punya jabatan dan nama baik juga terkenal aku bisa sangat berani dan santai. Meski aku tau akan ada konsekuensi dari keberanianku membatalkan pernikahan secara sepihak waktu itu. Tapi tak ada sama sekali rasa gentar di dalam hatiku. Namun berbeda dengan menghadapi ibu Aya. Baru membayangkannya saja, sudah terselip rasa takut dalam hati ini.Aku sendiri tak mengerti ke mana perginya kepercayaan diriku yang selalu berlebihan. Membayangkan ibu Aya justru membuat hatiku gentar. Wanita itu pasti punya pandangan buruk terhadapku, karena beliau pernah memergokiku menyentuh putirnya, merapikan anak-anak rambut Aya yang pada saat itu masih terikat pernikahan dengan Adam.Di mata ibu Aya, aku pasti pria yang buruk. Di mata ibu Aya, aku pastilah penyebab utama perceraian putri sulungnya. Aku tak menyalahkan ibu Aya jika dia menilaiku s
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

Bab 202

Dan akhirnya apa yang kutakutkan pun terjadi, karena setelah semua keramahan dan senyum ibu Aya, setelah semua basa-basi yang dilontarkan. Wanita paruh baya yang duduk di kursi roda itu memperlihatkan wajah yang berbeda saat Bang Malik mengutakan maksud kedatangan kami yang kurasa pasti mereka semua pun sudah tau.“Maaf, ibu belum bisa menerima.”“Ibu bukannya tak tau jika putri ibu juga menyukaimu.”“Tapi ibu belum bisa berdamai dengan hati.”“Ibu pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana semua ini dimulai.”“Kalian memulainya dengan dosa.”“Bagaimana ibu bisa menyerahkan putriku pada lelaki yang memulainya dengan cara yang salah.”“Ibu sudah berkali-kali meminta pada petunjuk pada Pemilik Kehidupan.”“Tapi ibu belum menemukan rasa ikhlas untuk melepas Aya pada lelaki yang telah menyusup dengan curang ke dalam rumah tangganya, menghancurkan kristal-kristal yang indah di dalamnya menjadi berkeping-keping.”“Maafkan ibu.”“Ibu belum bisa merelakan Aya.”“Bayangan pengkhia
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

Bab 203

Kak Dian sekeluarga sudah kembali ke Surabaya setelah kegagalanku malam itu. Kakakku satu-satunya itu terlihat berubah setelah malam penolakan oleh ibu Aya. Dia tak pernah lagi bercanda padaku setelah itu, padahal aku sudah berusaha tetap seperti biasa setelah kembali ke rumah. Aku tau, Kak Dian masih sangat terbebani, dan aku kembali harus merasa bersalah atas semua beban yang menggantung di pundak kakakku itu. Dia selalu merasa bertanggung jawab atasku.“Jangan bertindak yang nggak-nggak, ya, Dek,” ucapnya saat berpamitan.“Maksudnya?”“Kakak takut kamu bunuh diri.” Kak Dian mengucapkannya dengan mimik serius.Aku terkekeh.“Nggak lah, Kak. Rugi dong. Belum ngerasain surga dunia masa bunuh diri.”Kak Dian memukulku dengan tas tangannya.“Kakak nggak bercanda!”“Aku juga nggak bercanda, Kak.”Dia memegang bahuku.“Usaha lagi. Dekati dengan hati, dengan ketulusan. Tetap lah dengan komitmen kalian, jangan buat dosa lagi. Jika kamu tak bisa mengambil hati orang yang sudah melahirkannya.
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

Bab 204

“Nindya!”Gadis itu mengangkat wajahnya, mencari sumber suara yang memanggil. “Aya!”“Ngapain di sini?” Suara keduanya bersamaan.“Ibuku dirawat di sini.” Lagi, keduanya bersamaan.Aya menunjuk ruang rawat ibunya, sementara Nindya menunjuk ruangan di sebelahnya. Aku hanya menatap keduanya bergantian.Aya mengikuti langkah Nindya ke ruangan sebelah, lalu sesaat kemudian kembali duduk di sebelahku.“Ibunya sakit apa?” tanyaku.“Kata Nindya ibunya histeris. Lagi tidur tadi. Abis diberi obat penenang.” Kalimat Aya terputus-putus.“Oh.”“Mas Adam ngelamar Nindya.”Aku menoleh.“Ibunya nggak suka. Terus histeris. Kata Nindya dulu memang punya riwayat histeris. Semacam gangguan mental, nggak bisa tertekan.” Kalimatnya masih putus-putus.“Oh.”“Van.”“Ya.” Aku menoleh.“Sadar nggak sih. Ibuku ngedrop karena masih menyesali perpisahanku dengan Mas Adam, yang juga membuatnya menolakmu. Dan ibunya Nindya harus diberi obat penenang karena histeris, mendengar Mas Adam meminang putrinya.”Dia menat
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

Bab 205

PoV CahayaSuara ketukan di pintu ruang perawatan ibu membuatku menoleh, netraku melebar ketika melihat sosok yang berdiri di sana.“Mas Adam!” seruku tertahan melihat sosok yang berdiri di sana. Padahal tadinya kupikir itu Ivan yang datang kembali setelah tadi berpamitan entah ke mana.“Aku masuk ya, Ay,” katanya.Aku mengangguk.Mas Adam melangkah masuk, dan langsung menghampiriku yang duduk di samping ranjang pasien.“Kasihan ibu,” ucapnya. Dia tak bertanya ibu kenapa, kurasa Nindya mungkin sudah mengatakan padanya, karena tadi aku menjelaskan kronologinya sewaktu Nindya bertanya tentang ibuku.Pria itu meraih tangan ibuku, lalu mengusap-usap punggung tangannya. Aku terenyuh melihatnya, Mas Adam memang terlihat tulus menyayangi ibu.“Kata dokter ibu sedang koma,” gumamku.Dia menoleh padaku. “Aku turut prihatin,” katanya.Aku mengangguk“Ivan mana?” tanyanya.Aku tak menjawab.“Tadi kebetulan lihat ada mobilnya di parkiran. Nindya juga cerita tadi ketemu kamu dan Ivan.”Aku masih
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 206

“Dek!” sapaku.Candra masuk, langsung menuju ke ranjang ibu. Lalu kulihat adik bungsuku itu membungkuk berbisik di dekat telinga ibu. Tadi memang sudah kusampaikan pada ketiga adikku mengenai kondisi ibu yang divonis sedang koma oleh dokter yang menangani. Kulihat Candra mengusap sudut matanya sekilas, kemudian berjalan ke arahku dan Ivan.“Kak Aya, Kak Ivan.” Ivan memang menyuruhnya memanggil Kak, sama seperti cara Candra memanggilku, katanya biar terdengar lebih akrab.“Aku adalah anak lelaki satu-satunya di keluarga kita, dan aku yang bertanggung jawab pada Kak Aya dan yang lainnya. Aku yang akan menggantikan peran ayah setelah ayah meninggal. Aku juga sudah bicara pada ibu tadi, kurasa ibu pasti mendengarnya karena menurut cerita yang kudengar, orang yang dalam kondisi koma tetap bisa mendengar apa yang kita ucapkan.” Lelaki muda itu menghela napas berkali-kali, seolah sedang mengumpulkan nyawanya, matanya berkilat-kilat menatapku dan Ivan bergantian.“Aku sudah memutuskan satu h
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 207

Air mataku luruh mendengar rentetan kalimat Candra. Dengan tubuh gemetar kupeluk tubuh adik bungsuku yang kini sudah tumbuh dewasa dengan pemikiran yang semakin matang itu. Tak ada kata-kata yang mampu kuucapkan, aku hanya menangis memeluk Candra sambil membayangkan ayahku. Ya, dia memang anak lelaki satu-satunya, dan dia tau bahwa di pundaknya ada beban berat yang dipikulnya, yaitu menggantikan peran ayah, termasuk mengantarkan ketiga saudarinya pada jodohnya masing-masing.“Kak Aya siapin berkas-berkas, ya. Candra yang akan bertanggung jawab, Kak Aya jangan merasa terbebani. Cukup siapkan diri Kakak untuk pernikahan. Kalau ibu masih dalam kondisi koma, kita bisa adakan ijab kabulnya di sini, di hadapan ibu.”Aku mengangguk, menyetujui ucapan candra.“Kamu benar-benar mirip Ayah, Dek. Kakak jadi kangen Ayah,” ucapku, masih sambil mendekap adik bungsuku itu.“Terima kasih, Bro! Terima kasih sudah mengerti dan memahami sampai sedalam ini.” Ivan menepuk-nepuk bahunya.“Kuharap ini keput
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 208

Pria itu langsung tersenyum saat beradu pandang denganku, aku membalas senyumnya dengan pipi yang merona. Melihatnya dalam balutan pakaian seperti itu sungguh sudah menjadi impianku. Setelah berbasa-basi sebentar, Ivan pun langsung duduk di depan Candra dan penghulu, sementara aku duduk di sofa, diapit kedua adik perempuanku. Semua harus dilaksanakan secepat mungkin karena pihak rumah sakit hanya memberikan izin satu jam untuk prosesi ini.Lalu, momen sakral yang menggetarkan hatiku itu berhasil membuat tangisku pecah, saat Ivan dengan percaya diri menyambut uluran tangan Candra yang memilih menikahkanku langsung. Ivan Nocholas menyebut nama lengkapku dalam ikrar ijab kabul yang diucapkannya dengan lantang dalam sekali tarikan napasnya.Air mata haru menyeruak dari kelopak mataku. Kini, aku sudah sah menjadi istrinya, dan dia menjadi pria yang berhak atasku. Menjadi pelindungku, menjadi orang yang akan menemaniku menjalani sisa hidupku, dan juga menjadi ayah dari anak-anakku kelak. Ki
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 209

“Bu, saya berjanji akan menjaga, melindungi dan menyayangi Aya sepenuh hati. Saya berjanji tidak akan menyakiti putri ibu. Maaf, saya menikahinya di saat ibu masih dalam keadaan seperti ini. Cepatlah bangun, Bu. Agar ibu bisa menyaksikan kebahagiaan kami. Agar ibu bisa menyaksikan Aya melahirkan anak-anak kami.”Mataku kembali menganak sungai saat mendengar Ivan membisikkan kalimat itu pada ibuku. Semoga ibu bisa mendengarnya, semoga ibu bisa merasakan kebahagiaan yang sedang kurasakan saat ini. Karena ini hari senin, kedua adikku pun segera berpamitan setelah mencium ibu. Tak lama Kak Dian dan suaminya pun berpamitan, karena Bang Malik kebetulan ada urusan di kantor pusat. Hingga tinggallah Candra, yang menemani kami di dalam ruangan.“Tolong jaga Kak Aya,” ucapnya pada Ivan.“Makasih, Dek.” Ivan merangkul pundak Candra.Tak lama Candra pun berpamitan karena menurutnya ia harus ke lokasi pekerjaannya yang terletak di pinggiran kota. Aku juga tau jika Candra dipercaya memakai mobil p
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 210

Ivan melepasku ketika mendengar pintu dibuka. Kami menatap ke arah pintu dengan napas yang sama-sama tersengal. Candra berdiri dengan wajah pucat pasi di sana.“Maaf, udah nggak bisa nahanin.” Ivan masih berusaha menetralkan napasnya.“Bukan itu. Kalian sudah sah, terserah mau ngapain,” kata Candra.“Terus kenapa pucat gitu, Dek?” Kali ini aku yang bertanya.“Itu ... di grup WA kerjaan. Astaga!” Wajahnya semakin pias.“Kenapa sih, Dek?”“Di grup WA kerjaan ... pada ngucapin selamat. Pada boss besar. Ngucapin selamat atas pernikahan boss. Juga ... juga ada ... foto-fotonya. Dan ... dan itu ....”Aku tertawa menyadari apa yang membuat Candra sepucat dan segugup itu. Mungkin foto-foto pernikahan boss besar mereka tersebar di grup kerjaannya. Dan itu pastilah foto-foto pernikahan kami. Mungkin Tiara yang menyebarkannya.“Kak Ivan ehh ... Pak Ivan.” Lelaki tanggung itu menelan saliva berkali-kali.“Ya, aku pemilik perusahaan tempatmu bekerja. Aku boss besarnya.” Ivan mengatakannya dengan s
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
48
DMCA.com Protection Status