Home / Urban / Pinangan Jutawan Berkedok Seniman / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Pinangan Jutawan Berkedok Seniman: Chapter 171 - Chapter 180

276 Chapters

Tampil All Out Di Depan Lois

Sebentar? Kata 'sebentar' itu memiliki arti yang relatif dan tanpa batas waktu. Bisa satu minggu lagi, satu bulan lagi, bahkan satu tahun lagi. Jika Pak Wahyu pernah berkata jika aku disuruh menunggu Lois 'sebentar' lagi, mungkin itu hanya akan menjadi isapan jempol semata. Karena kenyataannya ... "Ly, ini udah tahun pertama kita mendirikan cafe and restaurant ini, ya?" tanya Ishak yang kini duduk disebelahku sambil memangku laptop. Kepalaku mengangguk dengan mata tetap fokus pada kuitansi pembelajaan isi dapur kafe pagi tadi. Sedang tanganku mencatat rekap pengeluaran di sebuah buku besar. "Berarti udah waktunya bayar sewa." Kemudian aku menghentikan aktivitas menulis rekapan pengeluaran. Membasahi bibir dan sedikit menggigitnya. "Shak, ada yang harus kuomongin." Ishak menoleh ke arahku, "Apa?" "Kemarin Mama bilang kalau Vela pengen kerja di cafe and restaurant kita ini." Ekspresi wajah Ishak berubah tidak suka. "Nggak bisa, Ly! Meski Vela udah berubah dan kamu ngasih
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

Mengapa Mereka Bertiga Ada Di Sini?

"Selamat pagi semua karyawan. Apa kabar hari ini?" Kepalaku menoleh ke sumber suara kemudian merasa malu sendiri karena tiba-tiba berdiri dari kursi bis. Ternyata, di ujung kabin bis yang kunaiki saat ini, kepala HRD sedang memegang pengeras suara sambil menatap ke arah kami semua. "Baik!" jawab semua karyawan serempak. Lalu aku segera duduk kembali agar tidak mengganggu pandangan karyawan lain. "Mari kita berdoa terlebih dahulu sebelum berangkat bersama-sama ke Jogja. Semoga perjalanan kita senantiasa dalam lindungan Tuhan sampai kembali pulang. Dan di sana kita bisa berbahagia semaksimal mungkin." "Amin!" Saat rekan-rekan kerja yang lain sedang berdoa dengan khidmat, aku justru menunduk dengan pikiran berkecamuk. Ya Tuhan, apakah nanti aku akan bertemu Lois di Jogja? Jika iya, apa yang harus aku lakukan? Mengapa aku mendadak bingung seperti ini? *** Perjalanan selama sembilan jam menuju Pantai Sadranan benar-benar membuat lelah tubuh ini. Namun ada sepenggal kebahagiaan ya
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

Bersediakah Aku Bertemu Dengannya?

Semua berjalan lancar bahkan saat teman-teman lama Lois menghibur kami semua dengan lagu-lagu yang mereka bawakan. Aku ikut bersuka cita dengan karyawan yang lain hingga lagu yang kesekian itu usai dibawakan. "Oke. Masih semangat?!" tanya sang vokalis. "Masih!" seru semua karyawan yang menonton. "Masih semangat?!" teriaknya sekali lagi. "Masih!!!" seru kami semua lebih kencang. Begitu juga dengan aku yang berteriak sama kencangnya usai ikut menyanyi dari bawah bersama yang lain. "Oke, acara selanjutnya, ada sedikit surprise dari kantor. Kalau tadi surprise dari Pak Presdir tentang pengangkatan putranya yang akan menjadi wakil presdir, tapi sekarang akan ada kejutan dari wakil presdir kita yang baru." Heh? Wakil presdir yang baru? Senyumku luntur berganti kerutan tipis di kedua alis begitu mendengar ucapan si vokalis. Belum sempat aku bermain spekulasi dengan isi otak, si vokalis kembali membuka suara. "Oke, kita sambut, wakil presiden direktur kantor yang baru saja diangkat,
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

Biar Dia Tahu Gimana Rasanya Menunggu

"Dimana Den Mas Lubis sekarang?" tanyaku dengan menatap datar asisten pribadi Lois. Entah siapa namanya. Tapi dari penampilannya sangat rapi dan formal. Sedikit uban ikut menghiasi rambut hitamnya. "Beliau ada di dalam mobil," ucapnya sangat sopan. "Kenapa ada di dalam mobil? Apa dia akan pergi?" "Saya hanya diberi perintah untuk menyampaikan pesan Den Mas kepada Mbak Lilyah. Jika Mbak bersedia, mari saya bantu berjalan ke mobil," ucap asisten pribadi Lois dengan sikap tenang. Kapan lagi bisa bertemu Lois dan membicarakan kelanjutan hubungan kami jika bukan sekarang? Bukankah sekarang Lois adalah lelaki yang sangat sibuk sekali? Bahkan hanya untuk bisa bertemu dirinya, aku harus menunggu tiga tahun lamanya. Keterlaluan bukan?! Memang sesibuk apa Lois? Sibuk kah atau hanya alasan untuk menjauhiku?Tapi apakah aku bisa menahan sesak di dada jika bertemu dengannya? Sumpah! Aku tidak benar-benar siap bertemu dengannya seperti ucapanku yang lalu-lalu. Itu semua hanya sebatas keberan
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

Merobek Surat Gugatan Cerai

"Temui apa nggak ya?" gumamku sambil menatap plafon kamar hotel yang kutempati. "Mau nemui tapi aku udah terlanjur enggan. Nggak nemuin, nanti masalahnya nggak kelar-kelar." Lalu aku mendesah panjang nan lelah. "Andai kamu mau sekali aja Lois, ngasih kejelasannya dari awal kita berpisah, aku mungkin udah bahagia sama jalanku. Nggak ngegantung kayak gini." Tapi lamunanku mendadak terputus begitu ada seberkas kilat yang memantul dari kaca jendela kamar. Lalu terdengar suara guntur. Tidak keras namun membuatku sedikit ketakutan. "Apa mau hujan, ya?" Kakiku kemudian melangkah mendekati jendela kaca kamar dan melihat kondisi langit yang mulai diliputi mendung tapi belum hujan. Kemudian aku teringat jika Lois berada di rooftop hotel. Bukankah rooftop itu tidak ada peneduhnya? Bukankah rooftop juga terlalu berbahaya untuknya jika langit mulai diselimuti mendung dan petir? Tanpa mempedulikan kejengkelan hati karena sikap Lois selama tiga tahun ini, aku segera berganti pakaian leb
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Mencintamu Juga Membencimu

Amplop cokelat berisi gugatan ceraiku yang awalnya berbentuk persegi panjang kini berubah menjadi sobekan-sobekan tak beraturan. Bagian sobekan yang kecil berjatuhan, sedang yang masih bisa dirobek Lois, tetap berada di tangannya. Aku menatap surat gugatan itu dengan kedua mata membelalak tidak percaya seiring Lois puas merobek-robeknya menjadi banyak bagian. Kemudian kedua tangannya menghamburkan sobekan surat gugatan cerai dariku ke udara. Seperti hujan yang mengenai rambut Lois hingga ceceran kertas itu berserakan bersama serpihan kaca gelas yang tadi ia lempar. "Apa maksudmu, Lois?! Bikin surat itu nggak mudah!" teriakku kesal. Lois hanya tersenyum lebar seperti tanpa beban lalu mengusap rambut ke belakang dengan tangan kanannya. "Just do something that I want to," ucapnya teramat santai dengan membentangkan tangan dan kepala menghadap langit yang masih diselimuti mendung. Dia begitu menikmati kekesalan yang tercetak di ekspresi wajahku. Seakan-akan amarahku adalah hibu
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

Lois Memanas-Manasi Hatiku

Lois memelukku?Untuk apa? Untuk meruntuhkan pertahanan hati ini sekaligus membuatku luluh akan sikapnya?Dia pernah berkata saat mabuk ketika kami menginap di villa yang berada di Bandung. Lois pernah berucap jika aku marah dan akan pergi, ia cukup sedikit membuka hatinya dan bersikap manis padaku."Aku minta maaf, Ly."Lois mengeratkan pelukannya. Namun aku berusaha menahan air mata ini agar tidak makin terisak. Sedang kedua tanganku mengepal di sisi kanan kiri tubuh. Sengaja, aku tidak membalas pelukan Lois meski aku menginginkannya. Untuk apa membalas pelukannya? Itu sama saja dengan menyakiti diri sendiri."Kamu pernah bilang, cukup bersikap manis sedikit aja, maka aku pasti luluh. Asal kamu tahu, Lois, waktu itu aku masih bodoh dan buta akan cinta. Tapi sekarang, aku nggak sebodoh itu!""Luka yang kamu kasih ... bikin aku bisa merelakan kamu. Nggak masalah kalau sekarang aku terluka, asal setelah ini baik kamu dan aku bisa bahagia dengan jalan masing-masing."Dengan tangis yang
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

Aku Sudah Menyerah Dengan Pernikahan Kita

Akhirnya aku berakhir di pojokan kolam renang hotel ini. Sedang rekan-rekan lainnya menikmati film yang sedang diputar, mengobrol sendiri, menikmati makan malam yang masih tersedia, dan sebagainya. Sedang Lois ... ah, masa bodoh dengan keberadaannya. Entah dia mau menghabiskan waktunya dengan siapapun, aku tidak peduli lagi. Dan semoga saja aku bisa segera mengusir keberadaannya yang masih merajai hatiku. Kemudian, ponselku bergetar dengan bunyi nyaring. Ishak is calling ...Aku tersenyum tipis melihat namanya terpampang di layar ponselku. "Halo, Shak." "Halo, Ly. Maaf baru bisa telfon kamu. Aku sibuk banget hari ini." "Nggak apa-apa, Shak. Kebetulan di pantai sinyalnya nggak bagus." "Gimana liburannya? Senang?" Apa katanya? Senang? Yang ada justru makan hati dan menjengkelkan. "Aku ketemu Lois, Shak," akuku padanya. Bagiku Ishak sudah seperti kakak. "Lois kesana?" Kepalaku mengangguk dengan ponsel masih menempel di telinga. "Dia ... sengaja nemuin kamu atau gimana, Ly?"
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

Layaknya Suami Perhatian

Lois segera menarik tangan kananku keluar dari kamar Pak Presdir lalu menekan tombol turun pada lift. Sedang tangan kiriku sibuk mengusap air mata yang berderai. Ting!Begitu pintu lift terbuka, Lois segera menarikku masuk dan segera menekan tombol tutup dan menekan angka tiga. Tidak ada orang yang berada di lift selain kami berdua. Beruntunglah karena akan panjang ceritanya jika ada yang tahu aku bergandengan tangan dengan putra Pak Presdir satu ini. "Ly, maafin ucapan Romoku."Kepalaku menunduk untuk menyembunyikan air mata sambil mengangguk. "Apa yang Pak Presdir ucapin itu emang benar, Lois. Kamu itu pewaris, wajar kalau disayang dan dicarikan pendamping yang sepadan. Bukan sama aku yang bisanya bikin nama baik keluarga besar Hartadi tercoreng. Jangankan keluarga besarmu, keluargaku sendiri aja malu karena foto dan video itu.""Lagi pula, kamu nggak cinta aku, ngapain mempersulit diri sendiri, Lois? Ngapain kamu sampai sebertanggung jawab ini? Nggak perlu, Lois."Belum sempat L
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Hak Yang Diminta

"Semakin sering kamu minta cerai, maka semakin lama pula kamu jadi istriku. Jadi, nurut aja!"Tidak ada yang bisa kukatakan selain diam saja sembari menikmati pelukan hangat Lois. Sungguh kepalaku sangat pening dan ragaku lemas sekali. Tangan Lois bergerak pelan mengusap rambutku dan kembali memberi ciuman di sana. Sialan sekali suami di atas kertasku ini. Apa dia ingin membuatku mati merana karena mencintainya tapi tidak bisa memilikinya?Tidak berapa lama, Pak Wawan datang ke kamar Lois. Membawa menu makan malam yang sehat untukku. Kemudian ia undur diri setelah menata semua makanan itu di atas meja. "Ly, makan dulu. Biar aku suapin."Disuapi Lois? Yang benar saja dia. Sikap manisnya itu mengapa datang di saat aku ingin nelepaskan diri darinya. Kepalaku menggeleng pelan. "Aku bisa sendiri, Lois. Aku mau kita ada batasan biar aku nggak terbawa perasaan."Lagi-lagi, Lois tidak mengindahkan ucapanku. Dia justru membantuku duduk di atas ranjang king sizenya. Lalu memposisikan diri d
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
28
DMCA.com Protection Status