“Kamu memang patut diacungkan jempol, Haikal,” ucap Salwa sambil memperhatikan bagian kerah. “Tapi label harganya mana?”“Oo, mungkin sudah hilang, saya tadi juga mencari. Tidak ada. Mungkin pakaian sudah terlalu lama, sampai hilang. Kalau Tante suka, gamis ini gratis untuk Tante. Tidak apa kan kalau ini pakaian lama?”“Tidak apa, saya menyukainya. Tapi kasih saja harganya berapa?”“Tidak, Tante. Anggap saja, ini sebagai hadiah dari wali seorang murid. Seharusnya saya malu telah memberikan kepada Tante barang la--”“Tidak masalah, saya menyukainya, kok. Terima kasih, ya,” potong Salwa. Ia jengah dengan sikap rasa bersalah yang ditunjukkan Haikal.Silmi mengulum bibirnya, menahan tawa. Ia tahu, gamis yang diberikan Haikal, bukalah barang murahan. Ia menduga, yang dilakukan Haikal di balik meja ada memotong lalel gamis itu supaya tidak dilihat oleh Salwa.*** 🌸🌸🌸Salwa langsung menghempaskan tubuhnya begitu sampai di rumah, setelah lelah lahir batin menyergapnya. Memori di resepsi p
Read more