All Chapters of Hakikat Cinta (Kamu Berhak Bahagia): Chapter 51 - Chapter 60

111 Chapters

51. Berhak Bahagia (2)

"Wa, kamu tidak apa kan?" *** Liburan telah usai. Aktifitas belajar mengajar kembali dimulai. Saat dalam memasuki halaman gedung, seorang batita laki-laki berjalan sambil roti. Salwa terkesiap. Mendadak anak itu terjatuh. Ia berlari mendekati anak yang tengah menangis itu. Ia langsung merengkuh anak itu setelah membersihkan kedua telapak tangan juga lututnya. Tak lama datang seorang santriwati. "Maaf, Ustadzah." Santriwati itu mengulurkan tangannya, ingin mengambil alih, tetapi batita itu menolak. "Basith, Ustadzah mau ngajar." Santriwati itu berusaha menarik badan Basith, tapi batita itu makin menangis. "Biarkan dia tenang dulu," usul Salwa. Sebelah tangannya mengusap pelan punggung Basith."Kamu keponakan Ustadz Hasan?"Santriwati itu mengangguk. "Jadi selama Ustadz ngajar, kamu yang jaga?" Salwa kembali bertanya. "Iya, Ustadzah." "Sudah lama ya ibunya meninggal?" "Sekitar 6 bulan," sahut Santriwati."Kasihan sekali." Salwa meluruskan badan Basith. Tangis anak itu sudah r
Read more

52. Cinta di Atas Sajadah

"Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (Qs. Al-Isra: 79)*** "Entahlah. Dia tidak mengibasku, artinya dia mengenaliku saat itu. Tapi di sisi lain, aku melihat dia seperti … ketakutan." Anita kembali menghentikan gerakannya. "Trauma?"***"Kal, Mama minta duit dong!" Jamilah mendekati putranya yang sibuk memerhatikan gambar-gambar jualannya di salah satu marketplace online. Qori benar-benar membuat tokonya termasuk di deretan atas. "Ngga punya. Yang kemarin saja belum Mama kembalikan," sahut Haikal tanpa mengalihkan perhatiannya. Sebelah tangannya masuk ke kemasan snack."Masa sama Mama perhitungan gitu," protes Jamilah.Haikal meletakkan potongan keripik kentang yang tadinya mau disuap "Ma, bukannya Om Salman selalu memberi Mama uang?""Dari dia cuma untuk kebutuhan sehari-hari. Mama kan juga pengen nongkrong bareng teman, arisan, shopping.""Ma, seharusnya sadar diri d
Read more

53. Cinta di Atas Sajadah (2)

“Kok, makannya tergesak-gesak? Mau ke mana?” tanya Jamilah melihat putranya yang menyuap makanan dengan cepat.“Ada janjian,” jawabnya sambil berdiri dan meneguk air minumnya.“Haikal, duduk dulu!” sela Salman lembut.Haikal menurut, tetapi ia langsung berlari begitu selesai menghabiskan minumannya.“Janjian?” kening Jamilah mengerut tajam.***Dari balik pintu kaca Jamilah sudah bisa melihat perempuan yang tak jauh dengan putranya. Perempuan itu sedang mencermati selembar gamis, lalu memasukkannya ke dalam kantong plastik.Seketika emosinya menderap. Dengan langkah cepat ia masuk, mendekat, lalu melayangkan sebuah tamparan.Plak.“MA!” teriak Haikal. Aditya yang tadinya sibuk mencermati dekorasi menoleh.“Jadi kamu yang selama ini morotin anak saya. Kalau ada dendam langsung saja, jangan manfaatin anak saya.”Salwa terlihat masih shock. Sebelah tangannya memegang pipinya yang terasa panas. Jamilah sepertinya belum puas melampiaskan emosinya. Ia berusaha menarik kerudung Salwa, tetapi
Read more

54. Mahram Untuk Anakku

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar." (Qs. At-Taghabun: 15)***“Hei, jangan salah! Dia juga laki-laki, meski masih bau kencur."Bahu Salwa bergerak-gerak. Menahan sensasi kupu-kupu menggeliat di perutnya.Diam-diam Aditya menyimpan tawa Salwa dalam memorinya. ***Seakan telah direncanakan, bersama sepupunya, Basith menunggunya di halaman gedung pondok Salwa mengajar. “Assalamu ‘alaikum, Basith.” Salwa berjongkok, lalu merentangkan tangan.Wa ‘alaikum salam warahmatullah.” Sesaat Salwa terkejut. Jawaban kali ini bukan lagi khas suara sepupu Basith, tapi suara bariton yang memang pernah dikenalnya. Seketika ia menjadi kikuk. Tanpa menyadari tangannya sudah memegang tangan mungil Basith.“Pintar, anak saleh.” Ia menghadiahi ciuman di pipi kiri dan kanan Basith. Seketika anak itu tertawa. tawa itu mengingatkannya pada almarhum Ustadzah Maryam, ibunya Basith. Tanpa dapat dikendalikan, ia memeluk erat tubuh mungil Basith.
Read more

55. Mahram Untuk Anakku (2)

“Dia kenapa?” tanya Anita yang baru saja keluar dengan pakaian santai. Salwa hanya menjawab dengan mengedikkan bahu. “Cemburu sama Basith, ya,” pancing Anita menggeser beberapa mainan untuk tempat duduknya. Salwa tak menjawab. “Sal, aku tau kamu berusaha menghindari membicarakan ini. Maaf, jika aku terlalu mencampuri urusan pribadimu.”Salwa mengangkat wajahnya.“Kamu nyadar nggak di balik nama Sebuah Rasa pada kafenya?"Salwa menggeleng."Sebuah Rasa yang membuatnya tak bisa lagi melihat wanita lain. Dia benar-benar totalitas dengan kafe itu. Ia pernah cerita padaku, kafenya hampir saja kolaps, tetapi ia tetap mempertahankan. Baginya kafe itu bukan sekadar kafe, melainkan sudah menjadi bagian dirinya."Anita melepaskan satu anak bongkar pasang lalu mengganti dengan yang lain. Sekarang bongkar pasang itu sudah terlihat berbentuk armada. "Sampai akhirnya aku kerja di sana, dan menemukan menu favorit. Perlahan kafenya mulai bangkit. Ia banyak cerita tentangmu. Tentang alasan ia me
Read more

56. Seorang Hasan

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (Qs. Al-ankabut: 69)🌸🌸"Mari kita bangun rumah tangga dengan niat lillah." Suara lirih itu seketika membuat Salwa mengangkat wajahnya. Ia merasakan jelas debaran dadanya. "Kita sama-sama punya masa lalu, tentu tidak mudah melupakan begitu saja, bahkan mungkin akan membayangi rumah tangga ke depannya. Namun, ana percaya rumah tangga yang dibangun niat lillah, terus berbenah sesuai petunjuk Allah, Allah akan memberikan sakinah, mawadah warahmah.""Seperti yang antum bilang, kita sama-sama punya masa lalu. Bedanya antum ditinggal wafat, tentu luka tidak sama dengan ditinggal pergi. Sampai saat ini masih berbekas di hati ana, itulah kenapa ana tidak dapat menerima lamaran antum. Ana khawatir tidak dapat menjalankan tugas sebagai istri dengan baik. Meski niat lillah, tentu kita juga harus memiliki pondasi yang kuat
Read more

57. Seorang Hasan (2)

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran." (Qs. Al-Baqarah: 186)***Aditya bergegas ke taman belakang rumah Bayu begitu mendapatkan pesan daring dari Salwa. [Nanti sore temui aku di taman belakang] Saat ia tiba di taman itu, Salwa telah menunggunya di kursi taman yang dinaungi payung besar. Di meja telah tersedia dua minuman botol. "Hei!" sapa Aditya sambil duduk. "Assalamualaikum." Salwa mengingatkan. "Iya. Assalamualaikum," ulang Aditya sambil membuka tutup botol."Wa alaikum salam."Aditya mendekatkan ujung botol ke mulutnya, tetapi tiba-tiba gerakannya terhenti. "Ucapkan bismillah." Salwa melepaskan pegangannya di botol. "Bismillah," ucap Aditya dengan muka manyun. Salwa tersenyum lebar dibuatnya. Senyumnya semakin melebar ketika menyadari fakta,
Read more

58. Jalan Yang Berbeda

Ia memutar otaknya untuk menangani masalah ini. Meminta bantuan kepada Aditya dan Bayu tidak memungkinkan lagi. Jangankan meminta, memperlihatkan wajah saja ia tidak berani. *** Waktunya Salsabila pulang telah tiba. Salwa telah melakukan perjanjian dengan Salman. Salman yang menjemput Salsabila, sedang Salwa menjaga Munajah."Assalamualaikuuum." Dari dapur Salwa sudah mendengar ciri khas salam putrinya. Munajah yang berbaring ikut bergerak-gerak demi mendengar salam itu. "Umiii." Salwa merentangkan tangannya dan segera memeluk putrinya segenap jiwa. Ia juga menghujani pipi Salsabila dengan ciuman. "Umi rindu sekali dengan anak Umi yang salehah ini." "Salsa juga." "Sapa nenek dulu."Salwa melepaskan pelukannya. Ia menuntut putrinya ke tempat Munajah berbaring."Nek." Salsabila menyalami dan mencium punggung tangan neneknya. Munajah hanyalah menyahut dengan gumam tak jelas. Air matanya mengalir deras. Salwa hanya menatap iba. "Nenek ngomong apa?""Dia sangat senang bisa meliha
Read more

59. Jalan Yang Berbeda (2)

"Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, kecuali orang tuanya yang Yahudi, Nasrani, atau Majusi."1🌸🌸🌸"Umi sini dong!" teriak Salsabila sambil melambaikan tangan. *** Hari kedua, Salwa mengenalkan Salsabila dengan Basith. Ia membawa Basith ke rumah singgah biar lebih leluasa. Hasan mengikuti mereka dengan naik motor sendiri. Salsabila langsung menyukai Basith, bahkan Salsabila terlihat pandai menemani dua anak kecil. "Salsa nyusun apa?" tanya Hasan di sela celoteh kedua batita. Hasan mendekat. Salwa menjaga mundur sedikit. Tak ada yang menyangka, mundurnya Salwa membuat Salsa spontan merasa tidak nyaman. Ia hanya menjawab dengan senyuman. "Ami Hasan tanya apa? Dijawab dong," ucap Salwa. Ia menggeleng. Kenyataannya, ia hanya memasang sembarang tempat dari hasil susunan Basith dan Izza. "Gimana kalau Ami coba buatkan jadi sebuah gedung?" tawar Hasan.Ia mengangguk canggung. ***Aditya menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Sejenak ia melihat jam di layar ponselnya. Hampi
Read more

60. Mengapa Harus Memilih?

"Salsa?""Salsa bisa tidur di mana saja. Malam ini bisa di sini atau ikut Umi. Gimana? Mau nemani Abi atau Umi?" Salwa berpaling ke wajah ayahnya, lalu ke ibunya. Keduanya sama-sama memberikan senyum kasih sayang. Namun hal itu, membuatnya semakin kebingungan. Kenapa harus memilih?"Atau gimana malam Salsabila ikut Umi dulu? Nanti kita bicarakan lagi. Sudah larut malam." Salsabila mengangguk. "Ayo. Salim sama Abi dulu!" pinta Salwa. Salsabila menurut, meski masih tidak mengerti. Ia mengulurkan tangan yang disambut Salman dengan pelukan. Seketika Salman tidak kuasa menahan tangisnya. "Maafkan, Abi ya. Ini salah Abi, kita jadi terpisah begini." Salsabila melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata ayahnya. "Abi salah apa? Umi Abi Salsa tidak mungkin bertengkar kan? Kenapa harus pisah?""Ceritanya panjang, Sayang. Nanti kita bicarakan lagi. Salsa harus istirahat dulu. Tidak baik Umi pulang kemalaman ya," bujuk Salman. Salsabila mengangguk. Ia turun dari ranjang. Setelah mengambil
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status