All Chapters of Hakikat Cinta (Kamu Berhak Bahagia): Chapter 41 - Chapter 50

111 Chapters

41. Benih-benih Ambisi

Bayu berkali-kali menyenggol kaki istrinya, tetapi tak kunjung diacuhkan. Ujung retinanya mencuri wajah Salman yang tidak nyaman. "Iya ya, saya mengerti. Dipikir-pikir seperti tak masuk akal, ayahnya Izza kawin lagi di saat anaknya menderita penyakit serius," timpal Salwa. "Itulah cinta, Mbak. Cinta benar-benar bisa membuat orang buta. Kita sering temui ketimpangan dalam cinta. Si miskin dengan kaya, cantik dengan buruk rupa, baik dengan buruk. Tapi menurutku, tidak ada yang lebih buta dan gila, seperti seseorang yang berkeluarga bersikukuh mencintai orang lain. Apa mereka tidak memikirkan dampak kepada anak-anak?!"Dengan kikuk Salman mengambil minumannya. Ia melayangkan pandangannya ke jalanan. Cuaca mendadak terasa panas. Bahkan udara yang hirup pun terasa menusuk. Beruntungnya obrolan Anita dan Salwa terputus oleh sebuah mobil yang memasuki halaman rumah. “Setya?”Mobil sport terparkir secara sempurna. Tak lama keluar sepasang suami istri mendekati mereka. “Ustadzah.” Cahya me
last updateLast Updated : 2022-10-15
Read more

42. Benih-benih Ambisi (2)

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu itu mudah bagi Allah.” (Qs. Al-Hadid: 22)🌸🌸🌸Munajah menyentuh dagu Jamilah. “Betapa baiknya kamu. Sudah jelas dia jahat padamu, tapi kamu masih berpikir baik tentang dia.” *** Dari dalam Aditya mengenali deru mobil kakaknya, Lydia. Mendadak ia kehilangan semangat nonton video streaming yang dimainkan di televisi. Ia mematikan televisinya, lalu beranjak menuju kamar. “Tunggu!” perintah Lydia ketika dia membuka pintu. Aditya berpaling. “Kakak mau laporan tentang Amel kan?! Aku capek sekali dan jangan lagi menjodoh-jodohkan, aku capek.” “Lalu sampai kapan kamu begini?! Ingat usia. Jangan sampai saat kau tua nanti, anakmu masih kecil. Bapak ibu juga sudah tua.” Aditya mengembuskan napas lelahnya. Ia kembali duduk ke sofa di depan televisi. “Pernikahan tidak bisa dipaksa. Bagaimana aku bisa bersikap m
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

43. Akibat Roti Buaya

“Buka matamu, Salman. Sadar. Orang ini bukan perempuan baik-baik. Gara-gara dia kamu telah berani membentak melawan Ibu.”“Itu karena Ibu sendiri.”“Dia telah merebut ruko dari hasil kerja keras ayahmu, sekarang kamu mengurangi jatah ibu, besok-besok entah apa yang dia renggut. Dia memecah hubungan ibu dan anak. Ibu telah dengar itu. Kamu jangan membelanya lagi!” Salman melongo. Ia tidak mengerti dengan kalimat terakhir ibunya. “Kesabaranku sudah habis, Salman. Ceraikan dia sekarang juga!” Suami istri itu tersentak. “BU!”“Ibu tidak main-main Salman. Surgamu di telapak kaki ibu.”“Tapi bukan begini caranya!” bantah Salman. “Jangan panggil aku Ibu, jika kamu tidak menceraikan perempuan ini!”Salman menggelengkan kepala. Salwa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat berkali lipat. Andai tidak mengingat anaknya yang berjuang di sana, saat itu juga ia meminta kematian.Tanpa suara Salman menarik tangan Salwa. Namun, Salwa mengokohkan diri, sehingga tarikan Salman tidak berarti. Sal
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

44. Lembaran Baru

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur." (Qs.An-Nahl: 78)***“Iya, aku gila. Aku tahu, hatimu terlanjur hancur. Aku pun tidak ingin lagi membual. Setidaknya lakukanlah ini demi Salsa. Buah hati kita. Dia masih sangat memerlukan kasih sayang kita.” Salwa terdiam. Menatap ayah dari putrinya dengan seribu pertanyaan. “Ya, kita rujuk ya,” bujuk Salman. “Aku lelah,” ucap Salwa dingin. “Dulu, aku berusaha abai dengan sikap ibumu karena aku sangat mencintaimu. Sekarang perasaan itu telah hancur, tidak ada lagi yang dapat membuatku bertahan.”Salman turun dari kursinya. Bersimpuh dengan di depan Salwa. Ia merangkum dua tangan Salwa dalam genggamannya. “Beri aku kesempatan sekali lagi. Pandanglah Salsa, kita mulai dari awal lagi. Ya.”“Mengapa itu tidak camkan pada dirimu sendiri dari dulu? Aku sudah berusaha bertahan sekian demi Salsa, kenapa kau baru berpiki
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

45. Lembaran Baru (2)

. *** Entah siang atau malam, Salwa mengisi waktunya dengan murajaah. Tepatnya tilawah, karena ia tidak bisa membaca dengan menutup mushaf. Jika terasa lelah, ia akan membuka tulisan Cahya. Sebagai tubuh, hati juga membutuhkan nutrisi supaya tetap sehat. Terlebih lagi untuk hati yang sakit. Ia lebih membutuhkan nutrisi sehat dan menjauhi yang tidak sehat meski menyenangkan. Anggota tubuh mendapatkan nutrisi lewat makanan, sedang hati mendapatkan nutrisi dari informasi yang diserap melalui indra pendengaran, penglihatan, dan perasa. Karena itu, gunakan semua indra untuk menyerap informasi bermanfaat. Makanan yang mengandung nutrisi tinggi adalah zikir, ilmu, kisah motivasi – terutama kisah sahabat, silaturahmi kepada orang miskin, dan sedekah. Zikir bagaikan air membersihkan dan memberi kesegaran pada tubuh. Ilmu akan menambah wawasan sehingga pikiran lebih terbuka. Kisah akan menyalakan dan mendorong semangat kebaikan. Silaturahmi kepada orang miskin akan mengajarkan kita arti s
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

46. Timbal Balik

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (Qs. Al-Isra: 7) *** “Menurutku, dilihat dari bangunan dan lokasinya, gedung ini sebaiknya kamu fokuskan pada penyediaan pakaian kelas menengah ke atas," usul Bayu sambil menuruni anak tangga. Aditya berjalan di belakangnya."Kenapa, Om?""Om?!"Langkah Bayu terhenti. Aditya tertawa. "Gini nih orang menolak tua," tunjuk Aditya. Ia memegang perutnya yang terasa kram. Bayu mendengus dengan ejekan Aditya. "Begini. Dilihat dari gedungnya, orang menengah ke bawah akan sungkan mampir ke sini. Kalau bukan pelanggan tetap, mereka akan mengira tempat ini hanya menjual pakaian mahal." Obrolan mereka terhenti. Seorang perempuan cantik dan modis memasuki ruangan. "Ma?" Haikal bergegas turun.Jamilah menyeret Haikal menjauh dari mereka. "Mama perlu duit," bisiknya. Bayu dan Aditya saling bersitatap. "Bukannya baru kemarin, Ma?" "Mam
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

47. Timbal Balik (2)

"(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (Qs. Ali Imran: 34)🌸🌸🌸“Anita dan Bayu ke mana? Rumah sebelah kelihatan gelap.”“Katanya tadi mau menjenguk Acil Imah di rumah sakit,” jawab Salwa tanpa menoleh. “Oh iya, katanya sakit beliau makin parah, ya.”Salwa mengangguk. “Pelan-pelan, Sayang. Kita harus sabar. Menggores sedikit demi sedikit, biar warnanya terlihat bagus. Sini, Tante coba kasih contoh lagi.” Aditya mengamati gerakan Salwa. Dulu Salwa tidak menyukai menggambar, sekarang terlihat sudah mahir. Dulu Salwa menyukai hal yang berbau bisnis, sekarang lebih mendedikasikan kepada pendidikan atau layanan masyarakat. Dulu Salwa langsung bersikap hangat jika mendekat, sekarang malah mengabaikan. Ia benar-benar harus mulai nol jika ingin merengkuh kembali, gadis kecil yang sempat hilang dari kehidupannya. “Wa, sudah malam. Kamu
last updateLast Updated : 2022-10-17
Read more

48. Satu Keluarga

“Umi juga.” Salwa merasakan seluruh asa lelahnya mengalir. Betapa keberadaan malaikat kecilnya, sangat berarti agar membuatnya lebih kuat. “Umi nangis, ya?” Salsabila melepaskan pelukannya. Salwa mencoba mengurai senyum. “Umi sangat bahagia. Umi rindu sekali, anak Umi yang cerewet ini.” Salwa mencubit pipi chubby putrinya. “Sepertinya Ustadzah Cahya sangat baik merawatmu.”Salsabila mengangguk. “Om Setya, Tante Lidya, juga Om Adiwarna sangat baik sama Salsa.”“Alhamdulillah.”“Abi mana?” Diam-diam Salwa menahan napasnya. Meski sudah memperkirakan, tetap saja memunculkan reaksi tidak nyaman. “Abi sedang kerja, nanti juga ke sini. Yuk, ganti pakaian! Atau mandi dulu, biar lebih segar.” Belum sempat sempat Salsa beranjak. Terdengar ketukan diiringi sebuah salam.“Nah, itu Abi datang,” seru Salwa. Salsabila langsung meloncat dari ranjangnya dan berlari membuka pintu. “Pintu nggak dikunci, kenapa pakai ketuk?” cecar Salsabila. “Assalamu ‘alaikum.” Salman langsung berjongkong dan mer
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

49. Satu Keluarga (2)

“Salsa, bagaimana rasanya tinggal di rumah Ustadzah Cahya? Dia galak, nggak?” tanya Anita pada Salsabila yang duduk berseberangan dengannya.Cahya mendengus. Salsabila menggeleng. Ia sibuk menggigit semangka yang dipotong segitiga tipis. Ia duduk diapit oleh Aditya dan Salwa. Badannya menyandar ke badan Aditya. “Salsa, yang lurus dong duduknya. Kasihan Om Adit. Kalau kena pakaian Om Adit, nanti kotor,” tegur Salwa. Baru saja ingin meluruskan duduknya, sebelah tangan Aditya langsung merengkuhnya. “Tidak apa. Om senang, kok. Tak lama lagi Salsa akan balik lagi ke Jakarta.” Anita menatap mereka penuh arti. “Salsa banyak makanan bakar di sini, kenapa memilih semangka?” tanya Bayu. Sesaat ia menengadah, menatap wajah Aditya, lalu mengedikkan bahunya. Sontak beberapa orang di sana tertawa. “Jadi ceritanya, Salsa juga tidak tahu kenapa suka itu?” sela Setya yang duduk di samping Cahya. Cahya duduk di samping Anita. Salsabila mengangguk. “Kita nggak tahu ya, kalau Salsa ternyata sang
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more

50. Berhak Bahagia

"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (Qs. Al Isra: 27)***Salsa memasang wajah cemberut. "Coba kalau ada Abi di sini. Mungkin dia bisa nambah bantuan."Seketika semuanya terdiam. Aditya Kembali menoleh ke arah Salwa. Mata itu kembali redup. *** "Salsa, mau berangkat kok mukanya cemberut begitu?" tanya Aditya dengan berjongkok, ketika mereka berkumpul di halaman rumah singgah. Cahya sudah berdiri di samping Anita. Sedang Setya memasukkan barang-barang ke bagasi mobil. Salman ikut membantu. "Minta diantar, Om. Abinya menjaga nenek, jadi nggak bisa mengantar," jelas Salwa. "Kamu?" tanya Aditya. "Perjalanan sejauh itu, perempuan harus ditemani mahram, Dit," jawab Salwa. "Bagaimana kalau aku yang temani?"Gerakan Salman terhenti. Menjaga nenek yang sakit hanyalah alasan. Kenyataannya, ia tidak mungkin lagi jalan bersama Salwa. Siapa yang dapat menyangka, kalau Aditya akan melakukan itu. "Benar, Om?" Seketika ma
last updateLast Updated : 2022-10-18
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status