Semua Bab TERPAKSA MENIKAHI JURAGAN TUA: Bab 61 - Bab 70

77 Bab

Bab 61

Celia menepis segala bayangan yang memenuhi otaknya. Gus Rasyid dan Abimanyu adalah dua orang yang berbeda. Tak mungkin wajah itu adalah wajah yang sama. Hanya saja semua memori Celia dipenuhi oleh bayangan lelaki yang sudah mengobrak-abrik hatinya. Gus Rasyid masuk dan menyalami Nyai Fatimah dan Kyiai Usman, lalu menghampiri Juragan Arga dan mencium punggung tangannya juga. Dia pun menangkupkan tangan di depan dada ketika menyapa Nuria, Nilam dan Celia. Sekilas saling bertukar pandang, tetapi Celia memilih abai. Gak penting juga baginya siapa lelaki itu. Lalu Gus Rasyid lebih tampak fokus pada obrolan orang tuanya dengan Juragan Arga tentang perluasan pesantren yang kini tengah dikelolanya. Sementara itu, Celia memilih abai.“Putri saya ini baru lulus SMA tahun ini … sebetulnya dari dulu, saya ingin dia untuk mondok, Kyiai! Tapi kalau belum ada niat di dalam hatinya, susah kalau dipaksakan. Karena itu, saya berharap dia bia mendapatkan jodoh yang bisa membimbingnya kelak!” Juragan A
Baca selengkapnya

Bab 62

Celia perlahan membuka daun pintu, sedikit tersentak melihat penampilan seseorang yang menunggunya. Lelaki berkulit hitam manis itu tengah duduk di bangku panjang yang ada di bawah pohon belimbing. Dia tampak mengipasi wajahnya yang terlihat lelah dengan caping kain. Di sisinya sebuah gerobak terparkir dan bertuliskan es cendol. “C--cupu, l--lo jualan?” tanya Celia memastikan. Lelaki itu menoleh, senyumnya yang khas tersungging, lalu kepalanya mengangguk perlahan.“Iya, Non! Buat nambah-nambah.” Lelaki berkulit sedikit lebih gelap itu mengulum senyuman yang bagi Celia tampak sangat manis. “Kenapa harus jualan cendol, sih? Lo gak risih apa? Secara lo itu anak kuliahan, lo! ITB, kampus bergengsi, eh malah jualan cendol! Matiin nama kampus lo mah!” Celia menatap gerobak cendol yang terparkir tak jauh dari mereka. Senyum pada bibir Abimanyu, lagi-lagi tersungging. Jemarinya menyugar rambutnya yang tampak lepek itu ke belakang. Lalu dia berjalan menuju gerobak cendolnya. Celia hanya mem
Baca selengkapnya

Bab 63

“Ini kontrakannya si Cup, eh Abimanyu bukan, ya?”Celia menatap gadis yang penampilannya tampak modis itu. Namun belum sempat gadis itu menjawab, suara yang familiar terdengar dari arah belakang Celia dan membuat perhatian keduanya beralih pada sosok yang baru datang. “Non Lili!” “Iya, gue! Mana kosan lo?” Celia sumringah ketika menangkap sosok yang baru saja datang itu. Dia mendelik sinis pada arah gadis yang tengah berdiri tak jauh darinya itu dan memperhatikannya dengan seksama. “Ayo masuk!” Abimanyu tersenyum seraya berjalan menghampiri Celia, lalu begitu saja melewatinya. Langkah Abimanyu yang menuju ke arah gadis yang tadi keluar dari dalam kontrakan petakan tersebut membuat ayunan langkah Celia meragu. Dia menatap paras gadis cantik itu dan menelisiknya. “Lo tinggal sama cewek?” Celia menatap Abimanyu. “Enggak, Non! Dia baru datang kok. Hmmm … ini Mutia---teman kampus. Kebetulan kami lagi ada tugas grup. Bentar lagi teman yang lain datang juga.” Abimanyu menjelaskan seray
Baca selengkapnya

Bab 64

Mobil Innova yang dikendarai Abimanyu baru saja terparkir di halaman rumah kosan megah yang ditempati Celia. Wajah lelah Abimanyu turun dari balik kemudi lalu menyerahkan kunci. “Loh kenapa malah balik ke kosan gue, sih? Bukannya nganterin lo dulu! Tar lo baliknya gimana, Mas?” Celia menatap lelaki dengan tampang jadul itu. Senyum terkulum di bibir Abimanyu ketika mendengar Celia mengakhiri panggilan untuknya dengan kata Mas. Entah kenapa, kata sederhana itu terdengar sangat indah terdengar di telinga. “Saya lelaki, Non! Gak masalah pulang malam sendirian!” Abimanyu mengangguk seraya menunduk menjaga pandangan. “Gue anterin lagi, yuk!” Celia sudah hendak naik kembali ke mobil, tetapi Abimanyu melarang. “Enggak, Non! Saya gak akan tenang kalau gak melihat Non Lili sampai masuk ke dalam kosan!” Abimanyu berucap sopan. “So care, lo!” Celia mencebik, tetapi ada senyum yang terkulum begitu saja. Kekesalannya akibat Mutia yang tampak mencari-cari perhatian Abimanyu sedikit terobati ol
Baca selengkapnya

Bab 65

Celia membanting pintu kamar dan menyandarkan tubuh di balik daun pintu yang masih sedikit bergetar. Wajahnya terasa panas. Andai tak gengsi, sudah dia nyatakan perasaannya yang semakin tumbuh itu pada lelaki yang sepertinya tak pernah peka. Namun, lagi-lagi dia merasa malu.“Jadi orang tuh cupu banget, sih? Lo gak bisa gitu baca kode-kode yang gue kirimkan?” Celia berdecak. Padahal dengan menebalkan muka dia sudah rela merubah panggilannya pada Abimanyu menjadi Mas. Namun, sepertinya lelaki itu masih belum paham pada signal-signal yang dia sampaikan. Usai merutuki sikap lelaki yang ditaksirnya, Celia gegas membereskan buku-buku yang hari ini akan dibawanya untuk kuliah. Laptop keluaran terbaru yang diberikan oleh Juragan Arga untuknya lekas dimasukkan ke dalam tas. Belum sempat dia beranjak, sebuah pesan dari nomor baru masuk. Celia lekas membuka layar gawai dan mendapati sebuah pesan dari orang yang dikenalnya. [Hay, Lili! Pulang ngampus bisa ketemuan gak? Ada hal yang gue omongi
Baca selengkapnya

Bab 66

Mutia tersenyum puas melihat wajah Celia yang merah padam ketika video itu selesai diputar. Gebrakan pada meja dan kepergian Celia dalam keadaan penuh kemarahan membuat dirinya yakin, jika masih sangat mudah untuk menjauhkan Celia dari Abimanyu---lelaki yang sudah memenuhi hati dan pikirannya. “Anak kecil sok-sokan mau deketin cowok!” cebik Mutia seraya memasukkan gawai itu ke dalam tasnya. Gegas dia menelpon Abimanyu yang akhir-akhir ini bahkan tak memiliki lagi waktu untuknya. Karena hal itu juga, dirinya meradang dan berpikir jika Celia adalah penyebab di balik semua itu. “Assalamu’alaikum, Abi!” Mutia berucap dengan lembut. “Wa’alaikumsalam, ada apa, Mut?” Suara seseorang dari seberang sana terdengar lelah. “Abi, diminta Umi ke rumah! Ada hal yang akan dibicarakan katanya.” Seperti biasa, Mutia langsung pada inti permasalahan. Dia tahu jika Abimanyu bukan orang yang suka basa basi. “Bicara? Untuk?” Pertanyaan Abimanyu terlempat begitu saja. “Karena kita sudah hampir lulus!
Baca selengkapnya

Bab 67

Dini hari, mobil yang dikendarai Juragan Arga yang diikuti oleh Suryadi sudah memasuki halaman rumah. Suasana lengang, hanya bunyi jangkrik dan katak terderngar dari kejauhan. Satu buah tepukan pada pipi Celia membuat gadis itu mengerjap. Juragan Arga menatap sepasang mata Celia yang sembab. “Sudah malam, mau istirahat dulu atau ke rumah sakit sekarang?” tanyanya memastikan. Celia mengedarkan pandang, rupanya sudah ada di kediamannya sekarang. Dia pun menghirup udara banyak-banyak lalu dia hembuskan. Setelah itu membuka pintu mobil, tanpa menjawab pertanyaan dari Juragan Arga. Dia langsung berjalan gontai menuju teras rumah. Juragan Arga hanya menghela napas, tetapi dia bisa apa? Celia memang keras kepala sejak dulu. Karena itu juga dia begitu berharap pada sosok Gus Raysid yang dia yakini bisa mengubah dan mendidik Celia menjadi lebih baik setelah pernikahannya nanti. Apalagi, melihat Celia sekarang, membuat segumpal pertanyaan dan kekhawatiran semakin menjamur memenuhi rongga pi
Baca selengkapnya

Bab 68

“Papa sudah sakit-sakitan, mungkin umur Papa bisa jadi gak lama lagi. Andai ini permintaan terakhir Papa, kamu mau ya kabulkan? Papa ingin menyegerakan pernikahan kamu dengan Gus Rasyid agar Papa tenang.” Celia tertegun dan terdiam. Berulang kali dia menelan saliva. Tiba-tiba ada yang merembes dari sudut netranya. Entah menangisi apa atau bagian mana yang membuatnya merasa sedih. “Ma, bawa Papa berobat cepetan biar omongannya gak ngelantur ke mana-mana!” ketus Celia sambil melirik ke arah Nuria. “Iya, Mama sudah minta Pak Habib siapkan mobil! Kakak bantu yuk bawa Papa turun tangga!” Nuria menatap wajah anak gadisnya yang mendung itu. “Aku mau saja bantu, tapi ngomongnya jangan ngelantur lagi!” tukas Celia seraya cemberut. Namun tak urung juga dia mendekat ke arah Juragan Arga yang tampak menggigil. “Papa gak ngelantur, Lili! Umur orang itu gak ada yang tahu. Papa juga sudah tua, kalaupun harus berpulang, bisa jadi sudah waktunya!” Suara Juragan Arga terdengar gemetar.“Papa kok n
Baca selengkapnya

Bab 69

"Hah? Nikah sekarang?!” Celia sontak memutar tubuh dan melotot menatap lelaki yang terbaring lemah itu. Juragan Arga tersenyum samar. “Kalau kamu bersedia, lebih cepat, lebih baik! Papa mohon … Papa takut usia Papa tak lama lagi, Lili. Kamu dengar sendiri dari Mama kamu kalau dari pihak rumah sakit sendiri belum bisa mendeteksi virus asing yang bersarang di tubuh Papa … kalau Papa pergi, kamu sama siapa nanti? Papa tak ingin kamu salah jalan dan salah pergaulan, Lili ….” Lelaki itu menatap dengan air mata yang pertama kalinya dia tunjukkan di depan putrinya itu. Dirinya berharap, dengan seperti itu, Celia akan luluh dan bersedia menikah secepatnya dengan lelaki yang dia yakini adalah yang terbaik untuk Celia. Celia bergeming. Tiba-tiba terbayang lelaki yang ada di depannya itu terbujur kaku. Perasaan bersalah dan sesal itu menyelinap ke dalam dadanya. Dia mendongakkan wajah agar air mata yang memburu menyeruak itu tertahan. Begitulah hatinya Celia yang begitu sensitif, meskipun kera
Baca selengkapnya

Bab 70

Perasaan Celia merasa lega ketika pada akhirnya dokter memperbolehkan Juragan Arga pulang setelah satu minggu lamanya dirawat di rumah sakit. Meskipun, hati kecilnya merasa heran, bukannya katanya ada virus berbahaya yang bersarang di dalam tubuh Papanya. Namun, kenapa bisa pulih secepat itu. Bahkan sampai kepulangan Juragan Arga, Celia tak mengetahui jenis penyakit apa yang diderita Juragan Arga sebetulnya. Perasaan senang dan lega itu berkecamuk menjadi buruk ketika Nuria mengabarkan, sore nanti akan ada kunjungan dari keluarga Gus Rasyid ke rumahnya untuk membahas hari pernikahan mereka. “Kakak, sore nanti pakai baju ini, ya!” Nuria membawa satu set gamis dengan kerudung lebar dan meletakkannya di lemari Celia. Pakaian yang berantakan sudah dia rapikan juga. Begitulah Nuria yang menjadi lebih dekat dan semakin dekat saja dengan putri sambungnya itu. Banyak hal dari mereka yang bertentangan, jika Nuria lemah lembut, Celia keras dan meluap-luap. Jika Nuria rapi dan teliti, maka Ce
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status