Home / Romansa / TERPAKSA MENIKAHI JURAGAN TUA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TERPAKSA MENIKAHI JURAGAN TUA: Chapter 31 - Chapter 40

77 Chapters

Bab 31

“B--Bang? Kenapa polisi menangkap Paman Nursam? B--Bukankah anak b--buah Abang yang dulu sudah membuat Radit c--celaka?”Juragan Arga mengalihkan fokus dari layar kaca yang ada di depannya dan menoleh pada Nuria yang mematung tak jauh darinya. “Duduk sini ….” Lelaki itu bukannya menjawab, melainkan menepuk ruang kosong pada sofa yang didudukinya. “A--apa benar yang aku bilang tadi, Bang?”Nuria mendekat, lalu menurut untuk duduk pada sofa tersebut. Juragan Arga melingkarkan tangan kekarnya pada pinggang sang istri. Tubuh mungil itu sudah terbenam pada rengkuhan tangan kekar sang Juragan. Dibiarkannya beberapa saat, hingga gelayar hangat mengaliri darah. Lalu dia memangkas jarak dan menghadiahi beberapa kecupan singkat pada wajah sang istri yang tampak memerah. Satu kecupan singkat pada bibir Nuria mengakhiri semuanya. “Ke kamar, yuk! Abang akan cerita di sana.” “Eh?”Nuria bengong ketika lelaki itu bangkit dan menatap penuh hasrat. Namun lalu dia pun mengangguk karena paham, tak
Read more

Bab 32

Celia dan Anggita sudah masuk ke sebuah restoran. Mereka gegas menuju privat room yang dipesannya. Mobil mereka parkir di halaman restoran tersebut, tanpa mereka sadari sebuah mobil yang mengikutinya menepi. Abimanyu memilih parkir di seberang jalan di depan deretan ruko-ruko di mana mengarah langsung ke arah lobi restoran. Rupanya hanya sekitar dua jam mereka berada di sana. Tampak Celia, Anggita dan beberapa orang keluar bersamaan. Abimanyu yang tengah mengawasi gegas bersiap untuk kembali mengawal. Tak lupa dia mengambil beberapa gambar untuk dia laporkan pada Juragan Arga. [Non Celia habis makan dari restoran, Juragan. Bersama Bu Anggita dan teman-temannya.] Abimanyu kembali menutup gawai ketika tampak mobil Anggita keluar. Dia baru saja hendak menginjak gas ketika sudut matanya menangkap jika Celia masih berada di lobi. Alis Abimanyu saling bertaut, rupanya mereka berpisah. Celia tampak masuk ke sebuah mobil fotuner warna hitam. Lalu mobil itu pun melesat berlawanan arah deng
Read more

Bab 33

[Assalamu’alaikum. Apakah ini dengan Bu Fatma istrinya almarhum Pak Haidar? Kalau benar, tolong jawab saya segera ketika online atau hubungi nomor telepon saya.]Nuria gegas mengetik dan meninggalkan nomor WA-nya. Berharap jika akun itu benar-benar adalah akun facebook milik Fatma---ibunya. Beberapa detik berlalu, jawaban tak kunjung datang. Nuria menyimpan kembali gawai dan menghela napas panjang. Dia pejamkan mata seraya menggumam dalam dada. Melantunkan doa, berharap perempuan yang sudah berjuang mati-matian demi masa depannya itu segera pulang ke tanah air. Ada titik-titik hangat yang menyeruak ketika rindu itu sudah tak tertahan lagi. “Ibuuu … pulanglah … Ibu apa kamu baik-baik saja?” batin Nuria. Ketukan pada daun pintu membuatnya menjeda semua kegalauan yang berkelindan. Nuria bangkit dan membuka pintu kamar. “Maaf ganggu, Nyonya!” Rupanya Bi Menih yang datang. Dia sudah berdiri di depan pintu kamar dan tersenyum ke arahnya. “Ada apa, Bi?” “Ada tamu, Nyonya.” “Siapa?”
Read more

Bab 34

Sepuluh komentar pertama akan dapat masing-masing 25 koin emas 😍😍😍. Komennya hari ini, besok pagi aku bagiinnya ya InsyaAllah. Rekomendasi novel lainnya : MENYEMBUNYIKAN JATI DIRI, ULANG TAHUN IBU MERTUA, PENGANTIN LELAKI PENGGANTI 😍😍😍 Yuk kepoin, siapa tahu suka. “Iya, Bi! Nanti aku sampaikan pada suamiku! Aku tinggal, ya!” Nuria tak menunggu lebih lama. Dia gegas meniti anak tangga dan menuju lantai atas di mana ada Celia di sana. Sementara itu, Bi Menih mengantar Bi Lela pulang. Wajahnya sedikit lebih berseri ketika satu kantong makanan sudah di tangan.Diketuknya pintu kamar Celia, tetapi tampaknya gadis itu tak mendengar. Mungkin kedua telinganya tengah ditutup handsfree seperti kebiasaannya. Nuria mencoba mendorong daun pintu, berharap tak dikunci. Rupanya keberuntungan tengah berpihak padanya. Benar, pintu itu tak dikunci. Ruangan kamar lengang, hanya ada beberapa bantal berserak di lantai, selimut menumpuk pada ujung tempat tidur. Di meja kecil sana, tampak gawai yang
Read more

Bab 35

“I--Ibu?” Tenggorokan Nuria terasa tercekat. Ada rasa deg-degan dan gamang sebetulnya. Dia belum sempat menjelaskan terkait pernikahannya dengan Juragan Arga---lelaki yang sangat dibenci Ibunya. Dengan tangan gemetar dia membuka pintu mobil dan gegas berlari dengan kaki terasa mengawang. Nuria memburu sosok yang selama ini menghilang. Sosok yang susah payah dia cari. Sosok yang pagi tadi suskses membuat moodnya berantakan. Perempuan itu kini nyata, berdiri beberapa meter lagi di depannya. Air matanya sudah basah, menumpahkan rasa kerinduan yang membuncah. “Nur ….” Suara lembut itu terucap lirih ketika jarak terpangkas sudah di antara mereka. Tangis pun pecah. Nuria memeluk tubuh ringkih perempuan itu dengan erat. Rasanya seperti mimpi setelah bertahun-tahun, terkatung-katung sendirian, kini bisa dipertemukan kembali. Andai Ibu pulang lebih cepat, mungkin semua ini tak akan menjadi seperti sekarang. Setelah isak Nuria sedikit reda, dia menjauhkan tubuhnya dari Ibu. Lalu mencium tan
Read more

Bab 36

“Abaaang!” Nuria memekik. Dia berusaha bangkit, tapi tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. “Nur!” Bi Lela dan Ibu bersama-sama memburu tubuh Nuria yang tiba-tiba limbung dan terjatuh. Tekanan yang mendadak dan cukup berat membuat Nuria tak kuat dan kehilangan kesadaran. “Istriku!” Juragan Arga menoleh ketika mendengar suara memekik bersamaan. Dia gegas berlari dan memburu tubuh Nuria yang terkulai.“Kalian puas?! Puas sudah membuatnya seperti ini?” Juragan Arga membagi pandang dengan tajam pada Fatma dan Bi Lela. Sementara itu, tangannya dengan sigap membopong tubuh mungil sang istri dan membaringkannya di ruang tengah.“Ambilkan kayu putih atau minyak telon!” titah Juragan Arga. Bi Lela gegas bangkit tanpa dua kali diminta. Sementara itu, Fatma dengan gemetar mengusap-usap kepala Nuria dan menatapnya dengan penuh cemas. “Buatkan dia teh manis hangat!” titah Juragan Arga lagi ketika Bi Lela sudah datang membawa minyak kayu putih yang isinya tinggal seperempat. “B--baik, Juragan!” B
Read more

Bab 37

Hari itu, seperti biasa Suryadi sudah menjemput Mita pagi-pagi. Namun, dia pun menyempatkan bertemu dulu dengan Juragan Arga untuk mengucapkan selamat. Saat dia datang ditemani Mita, Juragan Arga dan Nuria tengah menikmati sarapan di meja makan. Hanya berdua, Celia tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah dan sarapannya biasanya memang di antar ke kamar. “Selamat pagi, Juragan! Senang sekali mendengar kabar kehamilan Nyonya! Semoga semuanya dilancarkan!” Juragan Arga hanya mengangguk, tapi tak dapat dielakkan rona bahagia tampak kentara dari wajahnya. Nuria yang mengambil alih jawaban. “Terima kasih. Mari sarapan dulu, Pak Suryadi.” Nuria tersenyum dan mengangguk sopan pada dua orang yang berdiri tak jauh dari meja makan itu. “Gak usah, Nyonya! Hanya ingin mengucapkan selamat saja! Hmmm … semoga saya dan Mita juga bisa segera menyusul ke pelaminan.” Suryadi berucap malu-malu. Sesekali melirik kepada Mita yang tampak mengulas senyum yang hambar. Wajah Mita sedikit memucat mende
Read more

Bab 38

Dia pun parkir di tempat yang agak jauh dan bisa mengawasi pintu masuk restoran tersebut. Anggita dan Celia sudah masuk. Abimanyu baru saja mengirimkan kabar pada Juragan Arga kalau Celia sedang makan siang dulu di luar dengan Tantenya ketika dia melihat sosok yang dikenalnya keluar dari salah satu mobil. Itu adalah Marvel---lelaki baj*ngan yang tempo hari hendak melecehkan Celia. Marvel pun masuk ke dalam restoran tersebut tanpa sadar ada sepasang mata yang mengawasinya dengan tangan mengepal. Restoran yang luas, membuat Abimanyu celingukan. Dia jarang sekali berada di tempat keramaian. Beruntung punggung Marvel masih terlihat, dia tengah menaiki anak tangga saat ini. Abimanyu pun menjaga jarak, lalu mengikuti langkah lelaki itu. Hanya saja dia berhenti ketika dilihatnya Marvel masuk ke sebuah ruangan. Abimanyu menggaruk kepala. Kenapa juga mereka makan siangnya harus di ruangan tertutup. Abimanyu kebingungan, lalu memilih duduk pada meja yang kosong dan menatap ke dalam pintu ruan
Read more

Bab 39

Celia sudah masuk ke dalam mobil, dibantingnya pintu mobil itu keras-keras. Beberapa langkah terhalang tampak Abimanyu yang tergopoh. Dia pun gegas masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi. “Jalan! Jangan lelet!” hardik Celia. Ditatapnya dengan sebal lelaki yang tengah meringis merasakan nyut-nyutan pada wajahnya itu. Masih saja ketus, padahal Abimanyu bonyok gara-gara nolongin siapa? “Baik, Non!” Abimanyu tak banyak membantah. Dia pun gegas melajukan innova berwarna hitam metalik itu meninggalkan tempat itu segera. Hening, tak ada percakapan apapun selama dalam perjalanan. Gawai Celia berdering, tampak nomor Juragan Arga yang memanggil. Namun dia memilih mematikannya dan menyimpan gawai ke dalam tas. Tak lama terdengar dering panggilan pada ponsel Abimanyu.“Assalamu’alaikum, Juragan!” “Iya, Juragan. Ada … ini baru mau pulang.” “Ok baik, Juragan.” Abimanyu pun menutup panggilan lalu kembali fokus pada jalanan. Celia memilih diam, pandangannya terlempar lewat jendela. Tiba
Read more

Bab 40

Mita memburu Juragan Arga yang baru saja tiba di tempat kejadian. Wajah Juragan Arga tampak diliputi kecemasan luar biasa. Beberapa masyarakat masih berkerubung. “Selamat siang, Pak! Apakah penghuni mobil selamat?” Juragan Arga mengabaikan Mita yang terus menjejerinya sambil menangis. “Siang, Juragan! Oh jadi ini mobilnya Juragan, ya?” Lelaki paruh baya itu balik bertanya. “Iya, Pak. Supir dan istri saya baru saja mengantar ibunya menempati rumah baru di kampung sebelah. Apakah mereka selamat?” Juragan Arga berucap penuh harap melihat kondisi mobil hanya terjungkal dan tidak terbakar. “Oh dua orang ya? Tapi tadi ketika kami datang untuk evakuasi hanya ada satu orang, Juragan. Eh Emod, tadi cuma satu orang ‘kan yang ada di mobil?” Lelaki yang berdiri tak jauh dari mereka itu menoleh lalu mendekat. “Iya, Karmin. Cuma satu orang anak lelaki. Di sini kan emang jauh dari pemukiman Juragan. Jadi kebetulan tadi saya lewat lihat orang dikeroyok, Juragan. Kami kan jadinya pada lari mau m
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status