Home / Romansa / Aku, istri kedua / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Aku, istri kedua : Chapter 51 - Chapter 60

96 Chapters

bab.34b obrolan rahasia

“Maaf, Bu. Aisyah tak sengaja menginjak gamis Aisyah sendiri,” dustaku sambil menahan bendungan air mata yang kembali hadir. “Sudah bersihkan dulu sana.”Aku mengangguk dan mengambil sapu di dapur, membersihkan pecahan kaca dan membuangnya ke sampah. Aku tertunduk lemas, bersender di bangku makan sambil menahan Isak tangis yang ingin ku keluarkan. Batinku seperti tersiksa, masalalu terus saja membawaku ke lembah penderitaan. Baru saja aku mendapat secercah kebahagiaan, namun cahaya itu berangsur menghilang. Kembali gelap. Setelah ketegangan hatiku mereda, aku mencoba menguatkan diri. Aku yakin saat ini Zafran membutuhkanku, jam sudah menunjuk pukul 20.00, sudah saatnya Zafran mengasi dan tidur.“Aisyah, kamu kuat. Kamu pernah mengalami masalah yang lebih berat dari masalah ini,” ucapku pelan mencoba menguatkan batinku yang terus menyiksa. Aku kembali ke kamar. Di sana masih ada Ibu, Mbak Zahra dan Mas Zul. “Lama sekali, Nduk. Ini lo kasihan Zafran, dari tadi pengen asi. Tampakny
Read more

bab.35a ikhlas

Nomer tersebut berubah menjadi onlineDan kini dering ponselku berbunyi, aku kalang kabut, angkat atau tidak ya panggilan ini? Aku biarkan panggilan itu terlewat begitu saja. Dan kembali kusentuh tombol off dalam layar pipihku. Aku berbaring menatap langit-langit kamar sambil berusaha memejamkan mata. Bayangan Randi tiba-tiba terlintas, dari awal kedatangannya saat di toko, saat membantuku dalam proses bersalin, memasak kerayan bersama Mbak Zahra dan kini kedatangannya membawa hadiah untuk Zafran. Apa ia memang tulus minta maaf atau justru itu modus? Tiba-tiba senyumnya kini melewati pikiranku. “Astagfirullah,” ucapku lirih. Kenapa aku memikirkan lelaki yang bukan mahram ku. Beberapa kali ku ucap istigfar, hingga akhirnya aku tertidur.**“Pergi dari sini, Nduk! Ibu mohon, aku tak ingin ada malapetaka di rumah ini.”Ibu bersimpuh dan memohon kepadaku. “Bu, aku mohon jangan lakukan ini,” ucapku sambil meraih tubuh paruh baya itu naik. “Aku tidak seburuk yang ibu kira. Semua beri
Read more

bab.35b ikhlas

“Mas tadi sudah sewa mobil, jadi kita bisa berangkat bersama. Kamu siap-siap dulu ya, Mas mau shalat subuh.”Aku mengangguk. Ia berjalan keluar dan aku menyiapkan semua perlengkapan yang harus ku bawa nantinya. Ini adalah pertama kalinya Zafran jalan, tentu saja akan riweh dengan perlengkapan pangeran kecilku itu. Aku memakai gamis panjang bermotif dengan kerut di bagian pinggangnya, membuat tubuh ini terlihat proporsional. Kupandang tubuhku dari pantulan cermin, aku cantik tak kalah dari Mbak Zahra. Aku juga lebih muda darinya dan tentu saja aku bisa melahirkan anak tak seperti ia.Dengan selendang jarik itu, aku membawa Zafran keluar sedangkan tangan kananku membawa ransel yang berisi beberapa kebutuhan Zafran, beberapa pakaian dan diapers. “Mau ke mana, Nduk? Pagi-pagi sudah rapi.” Ibu menyapaku. Dengan nada ketakutan, aku mencoba tenang. Mimpi semalam masih menyisakan luka yang mendalam di tambah lagi obrolan ibu dan Mbak Zahra yang tak sengaja ku dengar. “Di- di ajak Mas Zul
Read more

bab.36 terusir

Ya Allah Ya Robbi, kenapa berbohong begitu menyakitkan seperti ini? Aku mengantar mereka pergi, Mbak Zahra menciumi pipi kanan dan pipi kiri Zafran, sedangkan Mas Zul memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. “Aku gendong Zafran bentar ya, Dek! Aku pasti kangen dengan tubuh gemoy dan senyum ompongnya.” Mbak Zahra mengambil tubuh Zafran ke dalam pelukannya.Kini Mas Zul menghampiri setelah berpamitan kepada ibu. Ku cium punggung tangannya, dan di balas dengan kecupan hangat di ujung kepalaku. “Jangan lupa kalau sudah sampai kasih kabar ya, Mas!” “Tentu, Dek!”Ia menghampiri Zafran yang kini dalam gendongan Mbak Zahra. Di kecupinya lelaki gemoy itu. Hingga Zafran tampak kegelian. “Kami berangkat dulu, Ya. Assalamualaikum,” ucap Mbak Zahra setelah mengembalikan Zafran ke dalam pangkuanku. Sekejap mata mobil itu menjauh. Hanya ibu yang ada di sampingku, menatapku dengan pandangan sinis. Kami melangkah masuk ke dalam rumah. Langkahku kini berhenti di dapur memandang atas meja yang kini
Read more

bab.36b terusir

Lelaki itu terus mendekat, aku benar-benar ketakutan. Ku tarik sprei kamarku untuk menutupi anggota tubuhku. “Siapa kamu? Mau apa kamu?” Lelaki iku tak bergeming, tanpa menjawab sepatah kata pun ia terus melangkah mendekatiku. Wajahnya yang bengis dengan kumis tebal menampakkan senyuman menyeringai yang membuatku ngeri. “Tolong, aku mohon tolong,” teriakku, tak ada jawaban. Hanya sumber air kran itu yang terus bersaut. ‘Ya Allah, tolonglah aku, aku takut.’ Air mata ku kini tumpah, aku tak tahu harus berbuat apa, selain meminta pertolongan kepada Rabku.“Jika kamu mau ambil barang di rumah ini, silahkan. Tolong jangan sakiti kami.” Kenapa ada maling di siang bolong seperti ini? Sebenarnya untuk apa ia datang kemari? Aku bergidik ngeri, sambil memeluk Zafran lebih erat. Ia tak menjawab tapi terus melangkah maju. Aku pun terus melangkah mundur, hingga tubuhku kini menatap ke dinding kayu kamar. “Berhenti. Siapa kamu? Apa mau mu?”Ia menampakkan gigi-giginya yang sedikit menghitam
Read more

bab. 37a QS.Ibrahim

‘Maafkan ibu, Zafran. Ibu janji akan kembali bersamamu.’Aku menapaki jalanan raya, tanpa tahu arah yang ku tuju. Bahkan tempat ini pun terlalu asing, karena waktuku hanya ku habiskan di dalam rumah. Ingin rasanya aku bercerita dan berkeluh kesah kepada Mas Zul tapi sayang saat ini ia tidak sedang bersamaku. Bahkan aku pun tak tahu ia ada di mana. Aku berhenti di ujung jalan, menjatuhkan tubuhku di sebuah pohon yang rimbun, menekuk lutut ku sambil menyeka air mata yang terus luruh ke pipiku. Kenapa aku mendapat ujian seberat ini? Jika dulu aku di asingkan oleh warga aku tak begitu masalah., Tapi kali ini, keluargaku lah yang mengasingkanku. Bahkan ia lah yang menjauhkan ku dari buah hatiku. Rasanya begitu tak adil untukku. Selintas aku melihat wanita bertubuh semampai, memakai gamis panjang serta jilbab menjuntai. Ia mirip sekali dengan Mbak Zahra. “Mbak Zahra,”Wanita itu berbalik, dan ternyata bukan. Lagian mana mungkin ia ada di sini.Aku kembali melangkah, menyusuri jalan tanpa
Read more

bab.37b Qs.Ibrahim

Aku menatap kardus kecil yang bertulis selamat makan, gemuruh di perutku saling bertaut. Aku baru sadar kalau seharian aku belum makan. Ku buka kotak kecil itu, segelas air mineral dan beberapa jajan di dalamnya. Kuambil jajan yang berbungkus daun pisang itu, berisi nasi lembek dengan irisan tahu di dalamnya. Alhamdulillah, setidaknya malam ini aku bisa tidur nyenyak, karena perut ku telah terisi.“sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya akan aku tambahkan nikmat kepadamu. Namun. Jika kamu mengingkari maka adabku akan amat pedih.”Ustad itu mengutip Al Qur’an Surat Ibrahim ayat ke 7.Entah kenapa, dada ku terasa sesak mendengar kalimat itu. Apa ini jawaban Tuhanku? Aku tak pernah mensyukuri hidupku, hingga Allah murka dan memberiku adab yang begitu pedih. Aku yang dulunya wanita hina, di naikkan derajat oleh suamiku. Di terima baik oleh keluarganya. Aku di jadikan menantu kesayangan, aku di beri kemudahan untuk segera di beri keturunan. Aku tak bersyukur , justru selalu cemburu k
Read more

bab.38a

Mereka seperti keluarga sempurna, keluarga bahagia. Pantaskah jika aku kembali masuk ke dalam keluarga mereka?‘Lihatlah, Syah. Kamu itu harus sadar diri. Mereka begitu bahagia dan terasa sempurna tanpa kamu. Apa kamu akan kembali hadir dan mengganggu kebahagiaan mereka?’‘Tapi, Zafran ada di situ, aku ingin bersama anak dan suamiku.’‘Aisyah, Aisyah kenapa kamu tak pernah belajar dari kehidupan? Apa kamu tak pernah punya rasa balas Budi. Apa tidak cukup kebahagiaan yang telah di berikan Mas Zul dan Mbak Zahra untukmu? Apa kamu tega kembali merenggut kebahagiaan mereka.’Hatiku saling bertaut tak karuan, aku bimbang untuk terus melangkah. Ya Tuhan, kenapa begitu getir, semua tampak abu-abu, meremang dan ...“Aisyah bangun Aisyah, bangun ....”Aku membuka bola mata ku yang tampak masih berat untuk terbuka, kurasakan sakit di bagian perutku serta lemas di seluruh tubuhku. Aku baru sadar dari kemarin pagi aku belum makan, hanya menyantap arem-arem dan segelas air mineral dari Arini. “A
Read more

bab.38b

Aku mengangguk dan perawat itu pun pergi. “Kalau kamu bersedia nanti ikut aku. Kamu bisa tinggal di sana.” Entah kenapa, Randi seperti mengerti akan kebingunganku. Lelaki yang menghancurkan hidupku itu seperti ingin membalas kesalahannya tempo lalu. Tapi ... Apa mungkin aku tinggal bersama dia? Dia bukan mahram ku. Bahkan kali ini kita di ruang yang sama hanya berdua pun membuat aku risih. “Maksudnya, kamu tinggal di pesantren yang di bina Abi dan Umi. Tidak jauh dari sini kok.”Lelaki itu seperti mengerti isi hatiku.Mungkin ini memang jalan satu-satunya, untukku menata hati dan merancang kehidupanku ke depan. Ini jalan yang di tujukan Allah untukku mendalami ilmu agama agar aku belajar lebih ikhlas akan semua takdir. Agar aku bisa bersyukur atas nikmat sehat untukku. Jauh di luaran sana aku yakin masih banyak orang yang lebih menderita dari pada aku. “Bagaimana, Syah?” Aku mengangguk.Bersama Randi aku mebonceng menuju pesantren milik orang tuanya. Tak lupa ku beri jarak antara
Read more

bab.39a

“Randi.” Mataku membulat sempurna ketika lelaki itu masuk ke dalam kamarku. Untuk apa ia ke sini? Bukankah ini pesantren? Kenapa ia bisa seenak saja memasuki kamar.“Untuk apa kamu ke sini? Kamu gak boleh masuk!” Aku mendorong tubuhnya agar tak masuk lebih dalam. “Aku bawakan pakaian ganti untukmu. Apa kamu gak ingin mandi dan ganti pakaianmu?” Randi menampakkan tas kresek besar ke hadapanku. “Aku tak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu, ingat itu.” Ia bergegas pergi meninggalkan kamar.“Randi, tunggu!” teriakku.“Ada apa lagi?” ia menoleh, hanya mukanya saja.“Kamar mandinya di mana?” Randi menunjuk salah satu bangunan dan ia kembali melanjutkan langkahnya. Aku menutup kamar, kembali menjatuhkan ke ranjang yang tertutup kasur tipis dan seprei bergambar bunga. Untuk sesaat aku melupakan tentang Mas Zul dan Mbak Zahra. Aku buka plastik kresek itu, hendak mengambil pakaian dan menyegarkan tubuhku. Ku ciumi tubuhku sendiri, yang kini baunya luar biasa, untung saja Randi
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status