Home / Romansa / Aku, istri kedua / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Aku, istri kedua : Chapter 31 - Chapter 40

96 Chapters

bab.22b(POV Zahra)

“Jangan, Ra. Mbak masih pengen tinggal di sini lebih lama bersama mu.”Sehari, dua hari dan kembali mengulangi Minggu. Semua tampak begitu menyiksa. Namun ketika diri ini ingin menyerah dan kembali pulang ke rumah. Bayangan ibu turut hadir, duduk bersimpuh dengan wajah yang mengiba membuatku tak tega menolak permintaan dari wanita yang telah melahirkan suamiku itu. “Astagfirullah, Mbak,” teriakan itu terdengar jelas. Sayup-sayup ku lihat seseorang menghampiriku.“Mbak, Mbak Zahra, Mbak.” Terdengar beberapa kali namaku di sebut, tanganku terasa di genggam erat. Perlahan ku buka mata yang terasa memberat ini. “Alhamdulillah, Mbak Zahra sudah sadar.” Rara tersenyum melihatku, baru ku sadari adikku memang sudah sebesar ini. Kuamati ruangan ini, begitu berbeda. Bahkan ada jarum infus yang menempel di punggung tanganku. “Mbak Zahra sedang di rumah sakit. Tadi seusai solat dhuhur Mbak tak sadarkan diri.”Aku melihat jam dinding yang tertempel di dinding kamar ini, menunjukkan waktu asha
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

bab. 23 Bangkrut

“Sekarang, kalian harus berhemat ya? Keuangan suamimu.sedang menipis.” Aku menengok ke sumber suara, begitu pun Mas Zul dan Mbak Zahra.“Bu, bukan saatnya.” Mas Zul menggeleng ke arah wanita yang melahirkannya.“Mau sampai kapan kamu tutupi, Zul? Keuanganmu memang sedang tidak baik-baik saja kan? Bahkan kamu berniat menjual mobil peninggalan bapakmu.”Mas Zul tampak terheran mendengar perkataan ibu. Aku dan Mbak Zahra pun ikut ternganga. “Bu,” ucap lembut Mas Zul kepada ibu. “Aku yakin berobat istrimu tidak murah, Zul! Apalagi usahamu lagi di ambang kebangkrutan. Kamu kepala keluarga harusnya tegas. Bisa bicara jujur kepada istri, saling mencari solusi. Bukan malah memendam sendiri seperti ini.”Aku dan Mbak Zahra kini memandang kekasih halal bersamaan. Wajah Mas Zul terlihat malu, sepertinya ia belum siap semua rahasianya di bongkar ibu. Aku tak menyalahkan ucapan wanita yang telah melahirkannya, aku justru bahagia setidaknya aku tahu bagaimana keadaan suamiku saat ini. Meskipun a
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

bab. 24 Pesan Misterius

“Aisyah.” Suara serak khas lelaki itu memanggil namaku, sontak aku melihat ke sumber suara. Mataku membulat sempurna dan mengucek netraku yang tak perih ini. Hatiku kembali berkecamuk, terasa sakit kembali melihatnya.Lelaki yang dulu menghadirkan trauma begitu mendalam, lelaki yang dulu membuatku di caci dan di hina. Serta di anggap sebagai wanita murahan. Dengan seenaknya ia kembali hadir menampakkan mukanya di hadapku. Tidak malukah dia? “Untuk apa kamu ke sini?” tanyaku dengan nada tinggi.“Jangan galak-galak dong, Aisyah. Benar kan nama kamu Aisyah?”Aku memilih diam dari pada menjawab pertanyaan lelaki ini. Netranya kini mengarah ke perutku yang berisi.“I-inj anak kita?” tanyanya dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Senyum yang membuatku risih dan kembali mengingat masa-masa silam sebelum aku mengenal Mas Zul.“Bukan. Jangan bicara yang tidak-tidak.” “Ada apa, Dek.” Kekasih halalku itu menghampiri, sepertinya ia menyadari kalau saat ini aku sedang tidak baik-baik saj
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

bab. 25 Lelaki masalalu

“Ada yang lihat ponsel ku tidak? Apa ketinggalan di rumah tadi ya?” tanya Mas Zul. Netraku membulat sempurna, kalau Mas Zul tak membawa ponsel, lantas siapa yang mengirim pesan kepadaku? Berarti bukan ia yang mengirim bunga untukku? “Bukannya tadi ... E ...” Aku tak mampu melanjutkan ucapanku. “Iya, Mas. Tadi ketinggalan di rumah. Ini sekalian, Zahra bawakan. Takutnya nanti ada yang penting.”Mbak Zahra mengambil sebuah ponsel dari tas nya. Mas Zul menerima dan terus melihat layar pipih itu, di susurinya beberapa notif di dalamnya. “Ada tawaran tausiyah luar kota, Dek! Bagaimana?” ucap Mas Zul setelah membaca pesan di dalamnya.Aku dan Mbak Zahra saling beradu pandang. “Jangan, Mas! “ jawab Mbak Zahra.“Terima, Mas!” jawabku bersamaan dengan Mbak Zahra.Kini Mas Zul menatap kami bergantian. “Terima saja, Mas. Ini kesempatan Mas Zul biar karirnya kembali naik. Biar toko saya urus dengan Mbak Zahra.” Aku sengaja memamerkan pendapatku yang berlian, memberi ruang luas untuk suamik
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more

bab. 26 kontraksi

Maaf? Mudah sekali ia mengucapnya. Apakah ia tak berpikir panjang tentang perbuatan yang ia lakukan kepadaku? Apa tak pernah berpikir tentang tekanan moralku? Tentang mentalku? Aku mengernyitkan dahi, memicingkan mataku sambil tersenyum kecut ke arahnya.“Aku akan tanggung jawab dengan perbuatan yang pernah aku lakukan, maaf kala itu aku sedang mabuk berat. Tak mampu berpikir dengan jernih.”Berulang kali ucapan maaf terdengar dari bibirnya. Namun, kalimat itu justru terus mengguratkan luka di setiap inci hatiku. Aku kembali mengingat kejadian setahun silam. Di saat ia dengan bengisnya mengambil harga diriku, meskipun mulutku penuh kata permohonan untuk melepaskan nyatanya lelaki itu seakan tak punya nurani dan menodai tubuhku. Tak berhenti di situ saja, aku bahkan mengandung anaknya. Anak yang tak pernah tahu siapa bapaknya. Anak yang tak pernah tahu siapa nasabnya, aku di kucilkan, di asingkan bahkan di jauhi warga. Mereka menganggapku sampah yang layak di buang. Hingga dua bulan
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more

bab. 27a Zafran anakku

P Y U H H ...Kurasakan perutku seperti meletus. Bau anyir keluar dari organ vital ku“Egh....”Kini sensasi rasa ingin mengejan menghampiri. Kutarik nafas panjang lanjut kuhempaskan dengan pelan, mencoba mengatur nafas yang kini tersengal.“Jangan mengejan dulu, Dek! Di tahan,” ucap Mbak Zahra sambil memegang erat lenganku. Randi sepertinya menekan pedal gas lebih dalam, roda mobil kini berjalan lebih cepat. Hingga tubuh seperti terhuyung dan sensasi mengejan terus hadir. Kontraksi pun kini datang semakin cepat, aku terus mencoba mengatur napas yang sedang tidak karuan. Daerah pinggul dan sekitarnya kini rasanya semakin tak tertahan, tulang seperti di koyak hingga aku meringis tak berdaya. Tubuhku terasa lunglai, menahan sakit yang semakin intens menghampiri. Tak selang lama, mobil ini pun berhenti. Aku bernapas lega, mungkin saja ini sudah sampai halaman rumah sakit. Namun naas di sela kesakitanku yang terus menghampiri, mobil itu berhenti karena ada kecelakaan lalu lintas. “Arg
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

bab.27b Zafran anakku

Mbak Zahra kini mendekat, menggendong sebuah bayi yang terbalut dengan kain warna biru.“Zafran telah lahir, Dek! Alhamdulillah sehat.”Aku sudah lahiran? Kapan aku melakukannya? Argh, apakah tadi aku kena bius dan di laksanakan operasi Cesar? Kenapa Mbak Zahra yang kini menggendong Zafran lebih dulu, harusnya aku. Bukankah aku yang ibu kandungnya.Pintu kamar terbuka, dan kini seorang wanita paruh baya berbaju putih dan berkulit sawo matang itu mendekat. Di belakangnya ada Mas Zul yang mengekori.“IMD dulu ya, Bu!” Perawat itu mengambil Zafran dari tangan Mbak Zahra kemudian di letakkan di atas dadaku. Aku di minta untuk menyusui bayi merah itu. “Zafran, anakku sayang!” Aku mengecup dahi bayi mungil ini sedangkan ia masih terus mengenyot asinya. Ada sensasi rasa tersendiri, aku bagaikan wanita yang sempurna. Mas Zul mendekat dan kini mengelus ujung kepala yang tertutup jilbabku.“Selamat ya, Dek. Sekarang sudah menjadi ibu.” Kini Mas Zul mengusap rambut Zafran yang tipis, lanjut
last updateLast Updated : 2022-10-03
Read more

bab.28a bothok tahu

“Apa? Cesar?” jawab ibu dengan nada tinggi, tampaknya ia tak suka dengan kalimat yang baru ku ucap.“Iya, Bu. Aisyah sendiri tidak tahu, tiba-tiba Aisyah tersadar dan Zafran di gendong Mbak Zahra.”“Ini pasti kamu gak pinter mengejan, makanya di lakukan tindakan Cesar. Tahu kan, kalau operasi itu biayanya mahal, berkali-kali lipat dari lahiran normal.”Aku mengangguk, sambil menahan buliran air mata yang hendak jatuh.Ku tatap mereka yang mengisi ruangan, wajahnya tampak nanar menatapku.“Bu, yang penting Zafran lahir selamat, Aisyah juga selamat. Masalah biaya kan bisa di cari.” Mas Zul bersuara dan menyorotkan kamera di wajahnya, sepertinya ia mengerti dengan raut mukaku yang menyimpan kepedihan. “Kamu itu kebiasaan, sukanya manjain istri, Zul!” **Mbak Zahra dan Mas Zul tampak bahagia dengan Zafran di gendongan wanita cantik itu sedangkan lelaki sempurna itu tampak menemani sambil mengelus rambut bayi lelaki itu. Mereka tampak seperti keluarga bahagia sedangkan aku hanya mampu t
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more

bab. 28b bothok tahu

Aku terus menatap pintu kamar yang dari tadi terbuka, berharap ada seseorang yang menjenguk dan sekedar tanya kabarku saat ini. Lama aku menunggu hingga netraku kini disambangi rasa kantuk.“Nduk, jangan tidur. Ini Zafran pengen asi. Lagian gak baik ibu melahirkan tiduran pagi-pagi.” Suara dengan volume aagj tinggi itu membuatku terkejut. Wanita paruh baya itu sudah berdiri di sebelahku, menyerahkan Zafran yang terus membuka mulutnya seperti mencari sumber air untuknya. Aku raih lelaki kecilku itu. Memberikan kepuasan untuk Zafran yang kini di liputi kehausan. Kuciumi bayi kecilku itu, sambil kudendangkan sholawatan agar ia terus nyaman bersamaku. Sesekali aku meringis menahan sayatan pisau di area perutku. “Aduh,” aku mengaduh hingga sumber asi itu terlepas dari bibir Zafran. Zafran yang hendak tertidur kini terbangun dan mengeluarkan suara tangisannya. “Gimana sih, Nduk! Jangan buat Zafran menangis, mengasihi itu yang benar,” ucapan pedas ibu membuat batinku yang terluka meng
last updateLast Updated : 2022-10-11
Read more

bab. 29a kerayan

“Sebenarnya siapa Aisyah, Zul? Bagaimana kondisi keluarganya sebelumnya?” “Bukankah Zul sudah pernah jawab, Bu! Aisyah itu wanita sebatang kara. Ia tak memiliki keluarga, dan ia orang yang kurang berada.”“Apa Cuma itu? Gak ada yang kamu tutupi? Ingat ibu selalu tahu jika kamu berbohong, dan ibu gak suka di bohongi.”‘Ya Allah, apakah ini menjadi akhir dari menjadi bagian keluarga ini? Apakah ibu bisa menerimaku dengan masa lalu ku yang begitu kelam.’Mas Zul tampak terdiam, ia seperti berpikir jawaban apa yang harus di ucapkan kepada wanita yang telah melahirkannya itu. Oek ... Oek ...Terdengar tangisan Zafran yang melengking, dengan tergopoh aku menghampiri tubuhnya yang tidur di atas kasur kamarku. Tak lama kemudian, ayah serta neneknya itu pun datang. “Astagfirullah,” ucapku sambil mengambil semut di leher Zafran. Tampaknya binatang kecil itu telah menggigit kulit pangeran kecilku, terlihat dari warnanya yang memerah dan sedikit benjol di sekitar binatang kecil itu ditemukan.
last updateLast Updated : 2022-10-12
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status